Mohon tunggu...
M. Nahrowi
M. Nahrowi Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis | Pengamat Bisnis Digital | Konsultan

Suka berbagi catatan; Teknologi, Bisnis, Inovasi & Seni. Sembari minum kopi di warung internet.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

[Digital 4.0] Membuat Product atau Membaca Data? Mana yang Lebih Dahulu Dilakukan?

6 November 2022   01:19 Diperbarui: 6 November 2022   01:26 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan digital terus bergerak dinamis dari waktu ke waktu, persepsi pekan lalu bisa saja berubah pekan ini. Semua hal itu didasari oleh beberapa faktor, baik social issue, sentimen market, kondisi ekonomi ataupun perubahan algoritma digital itu sendiri. Para pemilik bisnis perlu melihat bahwa sentimen market yang berubah-ubah ini perlu divalidasi kembali, ditangkap dan diimplementasikan ke dalam bisnis sesuai dengan karakternya. 

Sergey Brin (founder Google) menyatakan, think like user. Berpikir seperti apa yang user pikirkan. Pendapat inipun diperkuat oleh munculnya metode baru dalam hal membaca kebutuhan market salah satunya adalah Product Designk Thinking oleh Alex Osterwalder. Dia menyebutkan bahwa, saat kita membangun sebuah konsep, ide-ide bisnis ataupun hal apapun untuk suatu komunitas, suatu persona, kita perlu validasi terhadap 2 hal yaitu : siapa yang akan membeli ini? siapa yang akan melihat ini? lebih detail lagi, dia menyebutkan bahwa usianya berapa? gendernya apa dan dimana dia menemukan kita? Semakin detail kita menjelaskan, maka kita semakin tahu siapa pemilik dari product kita nantinya.

Hampir kebanyakan bisnis yang kami temui, mereka ingin membuat product tapi tidak ada data yang menyebutkan kenapa product itu perlu dibuat? seberapa banyak permintaan dan seberapa banyak orang yang menyukai hal itu? Ketika product itu akan dirilis dan ternyata tidak ada market yang menemukannya, dipastikan product tersebut tidak berhasil atau kurang optimal. Sehingga dalam konsep product design menyebutkan bahwa : Bukan kita yang menyukainya (sebagai pembuat) tapi tanyakan kepada siapa yang akan menjadi konsumen dari product ini, apakah mereka suka? Jika tidak, maka kita perlu mengganti atau merubahnya sesuai apa yang mereka pikirkan dan sukai.

Beberapa bisnis lambat untuk melakukan inovasi, karena merasa bahwa apa yang mereka punya sudah cukup dan tidak perlu melakukan perubahan, perubahan dilakukan jika memang ada kebutuhan market atau kondisi market sudah tidak relevan dengan bisnis [Philip Kotler] untuk itulah peranan dari product market fit, membantu untuk memediasi antara kebutuhan market, kebutuhan bisnis FIT / seimbang, dan proses tersebut tidak selalu benar atau salah, artinya proses tersebut akan terus diperbaruhi dari waktu ke waktu, adaptif dan mengikuti trend market yang terjadi, tanpa menghilangkan karateristik, filosofi dan brand dari bisnis itu sendiri.

Digital 4.0 menggerakkan pemikiran, bahwa membaca data terlebih dahulu lebih penting daripada membuat sesuatu tanpa ada dasar, data menjelaskan apa yang terjadi secara realtime dan faktual, sehingga pengambilan keputusan berdasarkan data lebih terhindar dari bias untuk melakukan pengambilan keputusan, baik itu strategi ataupun lainnya.

Salam literasi, M. Nahrowi #ProductMarketFit #ProductDesignThinking

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun