Mohon tunggu...
M. Nahrowi
M. Nahrowi Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis | Pengamat Bisnis Digital | Konsultan

Suka berbagi catatan; Teknologi, Bisnis, Inovasi & Seni. Sembari minum kopi di warung internet.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Entrepreneur Series: Para Owner Bisnis Perlu Membaca Ini

3 November 2022   03:01 Diperbarui: 3 November 2022   03:14 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Sedikit saya sadur dari tulisan saya di medium, yang membuat minuman kaleng itu bukan starbucks tapi nestle, kita tahu kan bahwa nestle punya banyak minuman salah satunya Nescafe. Sekarang rekan-rekan bisa cek digerai minimarket, semua produk nesface stoknya meningkat dan berbagai variasi. 

Hal yang dilakukan starbucks waktu lalu adalah melihat bagaimana respon market, apakah ini layak dilanjutkan apa tidak, apakah hanya heboh diawal atau memang akan berkelanjutan.

Ternyata hasilnya adalah, konsumen starbucks loyalitasnya tetap pada gerai starbucks, mereka datang karena sesuatu pengalaman yang disebut customer experience, hal itu yang tidak bisa diwakilkan di kemasan botol mereka.

Nah, memang nyatanya kesulitan utama adalah tentang kita perlu validasi terlebih dahulu, apakah ini benar-benar dibutuhkan? sebelum kita benar-benar membuat bisnis tersebut nyata. Dan validasi terbaik disebutkan oleh peter ducker adalah dari suara konsumen yang memang jadi segmentasi kita. 

Jika kita kembali ke kasus bisnis resto diatas, kita perlu membaca lagi, selama ini bagaimana pelanggan mereka menemukan mereka? bagaimana mereka datang? apa yang mereka sukai dari restoran itu? apakah mereka mau datang lagi? disitulah pentingnya riset, kita ingin lebih dalam menggali apa yang mereka tidak sampaikan secara lisan, mereka akan nyaman menyampaikan aspirasi mereka dengan jujur tanpa mereka diketahui identitasnya. 

Bisnis harus mau dikritik dan itu bagian dari proses pembentukan lebih baik, incase misal hasilnyapun tidak menyenangkan setidaknya bisnis tersebut tahu apa alasan mereka membeli, apa alasan mereka tidak kembali atau apa alasan mereka datang lagi. Sehingga mereka tahu apa kelebihan bisnis mereka, kekurangannya untuk diperbaiki. 

Tapi kembali lagi, semua ini harus dieksekusi oleh para pemilik bisnis, tanpa adanya eksekusi maka akan terlewat begitu saja. Dan singkat cerita, mereka menjadi lebih sadar bahwa di era digitalisasi sekarang "ditemukan pelanggan" itu menjadi penting, tidak semua teman WhatsApp mereka melihat apa yang mereka promosikan setiap harinya (misal jika yang melihat hanya 50 orang atau bahkan 20 saja).

Dan sebagai penutup, saya mengambi intisari buku Seth Godin seorang pakar. Bahwa, Kita tidak akan terlihat jika kita tidak belajar untuk melihat, hal itu relevan dengan yang disampaikan Steve Jobs dalam Genius Marketing Risetnya, kenapa Apple tidak promosi di televisi steve? Dia menjawab, mereka bilang pada hasil riset mereka, bahwa orang-orang yang membeli produk Apple jarang nonton televisi, mereka ada ditempat lain. Statement itu bisa saja benar, atau memang Apple sengaja fokus kepada niche tertentu hal itu bisa dijadikan contoh kasus saja. 

Terimakasih, salam Literasi. M. Nahrowi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun