Tak perlu diragukan lagi bahwa pendidikan merupakan salah satu prioritas terpenting bagi suatu negara untuk melanjutkan kehidupan masa depan negara itu sendiri. Suatu negara yang maju berasal dari manajemen sisitem pendidikan yang berkualitas. Sebagai contohnya, negara Jepang. Ketika Jepang dibombardir negaranya saat perang dunia II oleh Amerika Serikat, para pemimpin negara Jepang memulai membangun negaranya dengan pendidikan. Saking pentingnya, negara yang gagal memberi pendidikan kepada rakyatnya berarti merencanakan kehancuran negaranya.
Mengacu pada pendidikan masa kini, dengan berkembang pesatnya teknologi dan globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan juga kian cepat. Yang menyebabkan perubahan dalam metode dan sistem pendidikan dari konvensional ke arah modern.
Perubahan sistem pendidikan dari sistem pendidikan konvensional ke sistem pendidikan modern belum tentu menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Dapat dilihat makin banyaknya tindak kriminal yang dilakukan anak sekolah ataupun yang bisa disebut kenakalan remaja. Bahkan berita kenakalan remaja yang banyak diekspos media makin brutal. Misalkan sekarang tindak tawuran, pencabulan, narkoba, dan mutilasi. Hal itu tentu membuat kita miris dan cemas. Ada apa dengan generasi bangsa saat ini? Apa yang gagal kita lakukan untuk mencetak generasi penerus masa depan Indonesia?
Kenakalan remaja memang sebagian besar diakibatkan oleh pengaruh buruk sosial. Namun, seharusnya pengaruh buruk sosial dapat dihilangkan. Setidaknya remaja khususnya dapat menangkal dan menghindari pengaruh buruk tersebut. Tentunya butuh bimbingan yang tepat sejak awal. Karena sesuatu terjadi baik atau buruk tergantung dari awalannya.
Untuk membentuk kepribadian remaja yang tahan akan pengaruh buruk sosial dan tidak melakukan pelanggaran peraturan (kenakalan remaja) bahkan mampu menjadi teladan bagi remaja lain, membutuhkan pendidikan yang sesuai. Pendidikan masa kini yang berorientasi fasilitas dan cara belajar yang lebih modern hanya mengembangkan kecerdasan intelegensi saja (IQ). Padahal kecerdasan bukan hanya intelegensi, masih ada kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Karena dengan manajemen emosi dan spiritual, remaja akan maksimal dan terjaga di kehidupan sosialnya. Dengan emosi yang baik, remaja dapat memilah antara kebaikan dan keburukan, dapat menjaga dan mengontrol dirinya serta relasi dengan lingkungan sosialnya. Dengan spiritual yang baik, remaja dapat membentengi dan menenteramkan diri, dapat menggunakan kecerdasan intelek dan emosi kearah kebenaran, dapat memantaskan diri dengan moral dan akhlak mulia.
Melihat realita remaja saat ini tentu kita mengharapkan pendidikan yang seimbang dalam memunculkan 3 kecerdasan tersebut untuk membangun generasi Indonesia yang cerdas, bermoral, serta agamis. Berapa banyak sudah perilaku petinggi negara ini yang sungguh menyimpang dari anggapan orang didunia bahwa Indonesia merupakan negara yang ramah, memiliki pondasi adat ketimuran dan agama yang kuat. Berapa banyak rupiah uang rakyat yang di telan untuk kepentingannya. Berapa banyak perilaku tak memanusiakan manusia yang dipertontonkan publik. Lebih mengkhawatirkan, penduduknya ada jua meneladani kebobrokan para petinggi. Yang terbaru adalah kasus Florence yang menunjukan bahwa moral remaja saat ini  jatuh. Bahkan kebobrokan moral sudah menyerang mahasiswi S2 tersebut, menyerang ke sendi-sendi instansi pendidikan yang seharusnya menjadi pengendali kebobrokan moral. Lalu, bagaimanakah solusi agar pendidikan modern tak hanya menonjolkan nilai intelegensi saja? Saya akan mengemukakan 2 solusi, yaitu mengubah sistem pendidikan dan mengawasi & memberi teladan.
Pertama, mengubah sistem pendidikan di Indonesia. Kita sudah memulai perubahan sistem pendidikan yang dicanangkan Pemerintah dari sistem KTSP ke sistem kurikulum 2013. Sistem ini menekankan kemandirian peserta didik dalam mendalami wawasan dan ilmunya. Selain itu sistem ini menerapkan pendidikan berkarakter. Karena sistem ini belum lama diterapkan, masih ada beberapa yang belum menyesuaikan , contohnya di SMA saya ada perangkat baru pengganti pembelajaran komputer yaitu dengan meja layar sentuh, belum dipergunakan karena sistem ini masih berproses. Selain itu ada juga keluhan dalam sistem pendidikan ini misalnya kurangnya stok dan distribusi buku kurikulum 2013 dan cara belajar yang kurang dipahami guru maupun siswa. Namun, kita sepatutnya mendukung serta mendoakan agar sistem ini dapat berjalan seperti yang diharapkan untuk menjadikan peserta didik makin kuat dalam kompetensinya dan emosi serta spiritualnya. Memang sulit dan berat untuk memulai sesuatu yang baru, tetapi yang terpenting prosesnya untuk menghasilkan perbaikan demi mewujudkan Indonesia sebagai negara maju.
Kedua, pengawasan dan memberi teladan. Menjalani sistem pendidikan yang berkarakter dan religius harus dibarengi dengan pengawasan. Jika menjalani namun tidak diawasi, maka kita tak pernah tahu segala kekurangan maupun perkembangan pendidikan apakah sesuai dengan rencana dan harapan kita. Pengawasan bukan hanya dari lingkungan belajar, tapi juga masyarakat. Mengawasi saja tidak cukup, perlu juga diberi teladan. Remaja saat ini sedang krisis keteladanan, bebasnya masa globalisasi ini kadang membuat remaja salah meniru. Ditambah berita keburukan moral yang dilakukan para petinggi. Masih hangat di berita tentang pelecehan oleh pengajar di Jakarta International School (JIS) menunjukan peran pengajar gagal dalam memberi teladan. Tugas pengajar seharusnya saat ini bukan hanya mengajar atau memberi tugas, namun harus mengajak dan memberi contoh agar sistem baru pendidikan Indonesia tujuannya tercapai. Memberi teladan juga lebih baik dan penting apalagi untuk remaja. Karena masa remaja sedang berproses dalam pencarian jati diri dimana masa ini remaja akan kemungkinan besar membantah jika di suruh atau di marahi. Perlu diajak dan beri teladan yang baik agar lebih mudah diterima remaja.
Perubahan adalah sesuatu yang abadi di dunia ini dan merupakan suatu keniscayaan. Namun perubahan buruk yang terjadi pada generasi masa kini membuat wajar masyarakat khawatir akan masa depan. Dan pendidikan merupakan awalan untuk mengubahnya. Pendidikan menjadi suatu investasi bangsa yang penting dan wajib bagi Pemerintah melaksanakannya meski hanya memberi 20% APBN dan APBD. Bukan hanya sekedar pendidikan iptek semata, namun pendidikan karakter moral dan agama (imtaq). Seperti yang dicita-citakan oleh para pendiri negara dan seluruh rakyat Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Lebih lengkapnya dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 3: "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang". Agar membuat perubahan buruk ini menjadi perubahan yang baik, perlunya pengoptimalan sistem pendidikan yang menyeimbangkan IQ, EQ dan SQ. Dalam hal ini kurikulum 2013 dengan segala pro kontranya. Kita seharusnya mengapresiasi dan ikut menyukseskan program pendidikan karakter dan religius dengan melakukan pengawasan sekaligus berbarengan dengan memberi teladan agar terwujud Indonesia yang maju dan cerdas dengan mencetak generasi penerus bangsa yang terbaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H