Ramai dan menjadi bahasan utama terutama dimedia sosial tentang upaya militer melakukan kudeta atas pemerintahan sah Erdogan. Maka kita akan menelaah sejarah bagimana Turki sebelumnya pernah juga mengalami hal yang sama yaitu penumbangan terhadap dua pemerintahan sah oleh militer dengan cara kudeta. Mari kita mulai dari awal terbentuknya negara Turki.
Sebuah peristiwa drastis mencegangkan dunia terutama umat muslim saat itu. Turki pada tahun 1900-an mengalami perubahan yang mengejutkan yaitu perubahan seratus delapan puluh derajat baik dari segi budaya maupun sosial bagi dunia Islam. Keberadaan kerajaan Islam yang memimpin dan menaungi wilayah-wilayah diberbagai belahan benua selama enam abad yakni dari tahun 1299 hingga 1923 mengalami keruntuhan dan berganti menjadi negara sekuler sepenuhnya. Bahkan simbol-simbol dan syiar-syiar Islam yang selama ini menjadi urat nadi bagi umat Islam diseluruh dunia digantikan dengan aturan-aturan baru yang justru bertentangan dengan islam itu sendiri. Seperti halnya perubahan pada struktur pemerintahan dari awalnya bentuk kekhalifahan diganti dengan asas demokrasi. Tidak hanya itu saja, dalam hal ritual ibadah sehari-haripun mengalami perubahan yang mencengangkan, seperti penggunaan bahasa Arab pada lafas adzan dan shalat yang diganti dengan bahasa Turki.
Dikarenakan sebuah kesalahan dalam mengambil kebijakan, kerajaan Utsmani yang pada saat itu memiliki tiga orang Pasha yang menyetujui untuk bergabung dengan Jerman dalam Perang Dunia I pada tahun 1914 untuk melawan sekutu Inggris, Perancis dan Rusia. Sehingga tiga negara sekutu ini menggembur dan menyerang Kerajaan Utsmani dari tiga arah yakni selatan, timur dan barat yang mengakibatkan kerajaan ini kalah telak. Pada tahun 1918 wilayah kerajaan Utsmani terbagi-bagi menjadi negara-negara kecil yang dikuasai oleh aliaansi yang memenangi peperangan.
Dibagian wilayah Anatolia muncullah seorang tokoh yang dikenal sebagai seorang panglima perang pada masa Utsmani yaitu Mustafa Kemal Ataturk. Ia mempunyai beberapa prestasi dalam memimpin peperangan termasuk pada upaya memukul mundur tentara Inggris yang ingin menyerang dan menguasai Istanbul saat itu. Dia adalah seorang tokoh yang memiliki keinginan menjadikan Turki sebagai negara modern. Membangun rasa nasionalisme terhadap negara yang menurutnya sudah mulai pudar akibat datangnya Islam dari tanah Arab serta menyatukan rakyat Turki dalam lingkup negara yang mencirikan ke-khasan Turki. Mengenyampingkan identitas ke-islaman yang selama ini mendarah daging bagi rakyat Turki.
Mungkin itulah sedikit sejarah tentang perjalanan Turki dalam mengarungi proses pergantian pemerintahan dan sistem yang dianutnya dari kerajaan menjadi negara sekuler.
Melihat berita yang sempat menjadi viral dan headline news beberapa hari ini yaitu upaya militer untuk melakukan kudeta terhadap pemerintahan sah dari Recep Toyib Erdogan pada Jumat (15/3). Mengingatkan saya untuk kembali menelusuri tentang sejarah pemerintahan setelah masa kepemimpinan Mustafa Kemal Ataturk. Ternyata sebuah hipotesa yang sangat mencengangkan bahwa sebenarnya rakyat Turki masih menginginkan agar keadaan Turki kembali seperti pada masa kerajaan Utsmani dahulu dengan identitas ke-islmanannya.
Namun upaya ini selalu digagalkan dari pihak-pihak tertentu yang menguasai posisi-posisi strategis di roda pemerintahan dan militer keamanan. Mereka tidak menyukai terhadap identitas ke-islaman bangkit kembali di negeri ini sehingga dengan berbagai upaya mereka menggagalkan setiap kesempatan yang ada bagi rakyat Turki.
Hal tersebut bukanlah sekedar omong kosong belaka. Ini terbukti dengan adanya upaya kudeta oleh militer terhadap pemerintahan sah hasil pemilu demokrasi saat itu. Upaya kudeta tersebut terjadi pada dua masa pemerintahan sah, antara lain sebagai berikut.
Pertama, upaya kudeta oleh militer terhadap Adnan Menderes yang terpilih secara sah melalui proses demokrasi. Ia berhasil mengembalikan adzan yang sebelumnya dikumandangkan dengan bahasa Turki ke dalam bahasa Arab. Sehingga ia akhirnya dikudeta oleh militer pada tahun 1960.
Kedua, seorang perdana menteri Turki bernama Necmattin Erbakan yang sah terpilih dengan jalur proses demokrasi seperti sebelumnya, berhasil pula ditumbangkan oleh militer dengan cara kudeta. Hal ini terjadi karena secara terang-terangan Necmattin Erbakan mengumumkan bahwa dirinya adalah seorang "islamis" sehingga digulingkanlah pemerintahannya pada tahun 1996 dan hanya memerintah Turki selama satu tahun.
Dengan adanya beberapa bukti upaya militer melakukan kudeta dan berhasil menumbangkan dua pemerintahan sah pro-islam, maka dapat disimpulkan bahwa sebenarnya rakyat Turki sudah lama merindukan kembalinya suasana dan identitas keislaman yang selama ini dihanguskan oleh pemerintahan pro-sekuler. Bahwa "ruh" rakyat Turki adalah sebuah kehidupan yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, santun, ketaqwaan atas agama, kecerdasan dalam berpikir bertindak, ketenangan menjalankan ibadah, serta keyakinan bahwa hanya dengan menjalankan aturan Islam sepenuhnya maka Turki mampu menjadi negara yang maju, makmur dan mampu kembali memimpin dunia seperti yang semua umat muslim inginkan adanya kebangkitan ke-khalifahan pada seratus tahun berikutnya.