Tabung gas elpiji meledak --dan, meledak lagi. Entah sudah berapa kali peristiwa tragis ini terjadi. Ini bukanlah peristiwa biasa. Tapi, saya kira, merupakan sebuah tragedi. Ya, sebuah tragedi kemanusiaan kita. Karenanya, perlu kiranya segera diambil langkah-langkah taktis. Sikap abai atas tragedi kemanusiaan tadi, hanya akan menambah daftar 'calon korban' ledakan berikutnya.
Pertistiwa tragis ini --jangan lupa, diam-diam mendorong publik ikut bertanya; siapa yang harus bertanggungjawab atas tragedi di atas?
Sekali-kali, janganlah mudah menyalahkan masyarakat kita. Mereka hanyalah korban. Sebagai konsumen, pengetahuan mereka tentang tabung gas tidak sepenuhnya mereka kuasai. Terlebih, jika kwalitas tabung gas elpiji, terutama ukuran 3 kg, sejak semula memang bermasalah. Pihak konsumen sering mendapati tabung itu bocor. Kwalitas  tabung masih di bawah standar yang telah ditentukan.
Nah, bayangkan saja! Jika memang, tabung gas serta perangkat lain yang diperlukan tersebut kwalitasnya jelek, kita tinggal tunggu ledakan-ledakan berikutnya. Ini semacam 'bom waktu' yang dipicu oleh masa berlaku kwalitas tabung gas tersebut.
Jika dikalkulasi seluruhnya, berapa kira-kira jumlah tabung gas yang memiliki kwalitas buruk tersebut? Pastinya banyak, mungkin sampai jutaan jumlahnya. Lalu, di mana saja penyebarannya, khususnya di Jakarta? Ini penting, sebagai bagian mengantisipasi kemungkinan titik-titik rawan ledakan. Juga, akibat lain yang ditimbulkannya, semisal; masalah kerawanan sosial-politik maupun ekonomi yang bakal meluas.
Saya sendiri, jadi ikut bertanya-tanya. Jangan-jangan, kebijakan pemerintah soal konversi minyak kepada gas itu, dilaksanakan secara asal-asalan. Tanpa konsep dan persiapan yang matang. Juga, tanpa mempertimbangkan kondisi keseharian 'calon-calon' konsumen yang bakal memanfaatkannya.
Di sini, saya tidak menuduh siapapun --apakah memang ada indikasi korupsi atas kebijakan konversi tersebut? Mengingat, kwalitas tabung gas tadi kerapkali bocor.
Di samping itu, sebagai pihak konsumen --yang memiliki tingkat resiko tinggi, perlukah kiranya masyarakat mendapatkan asuransi? Program ini, dimaksudkan sebagai bagian dari upaya perlindungan terhadap konsumen. Meski program ini sulit  dilaksanakan, bukan tidak mungkin jika --di kemudian hari, program ini dijadikan pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan.
Soal kebocoran tabung gas, bukan hal sepele. Kebijakan ini, mampu mempengaruhi banyak aspek. Karenanya, harus diperhitungkan dengan matang. Jangan lagi, masyarakat kecil yang jadi korban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H