Mohon tunggu...
Miqdam Shidqi
Miqdam Shidqi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Aku bukan siapa-siapa, hanya sebuah batu pijak yang membuatmu melompat lebih tinggi. Sesekali menulis untuk berceloteh dan berharap menjadi jembatan bagi sesama...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ketika Indeks Kebahagiaan Menjadi Modal Utama Penataan Kota

4 Januari 2014   14:10 Diperbarui: 12 Agustus 2015   05:43 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penataan ruang merupakan salah satu masalah yang dipandang urgent dalam beberapa tahun ini. Munculnya berbagai masalah terkait perkotaan seperti banjir, polusi, dan kemacetan seolah menjadi cermin nyata mengapa penataan ruang gencar dibahas dalam berbagai diskusi. Perlu diketahui, penataan ruang sudah ada sebelum periode industri. Zaman tersebut dapat dilihat pada kota-kota Romawi yang berbentuk kota militer. Kota ini membentuk benteng di tengah-tengah permukiman penduduk, yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan. Militer menjadi poin utama mengingat masa itu banyak terdapat banyak kerajaan, yang memungkinkan terjadi peperangan.

Kemudian dilanjutkan periode industri, dimana muncul mesin uap yang kemudian menjadi cikal bakal tumbuhnya revolusi industri di negara-negara eropa. Pada masa itu, selain pabrik, banyak dibangun sarana transportasi untuk mendukung distribusi industri. Banyak hal terjadi pada masa ini, urbanisasi muncul besar-besaran, polusi udara meningkat, serta banyaknya wabah penyakit yang disebabkan sistem drainase dan sanitasi limbah yang buruk.

Setelah terjadi banyak permasalahan pada periode industri, munculah kota-kota modern. Ebenezer Howard muncul dengan gagasan baru yang dikenal dengan Garden City. Desain ini memiliki banyak keunggulan dimana dapat memadukan antara industri dengan kemampuan ekologis kota. Konsep ini memperhatikan fungsi perkotaan yang bukan hanya sebagai tempat bekerja, dan pusat pemerintahan, namun juga sebagai tempat rekreasi yang berupa ruang terbuka hijau.

Berbagai negara maju telah berlomba-lomba menerapkan konsep green city dalam penataan ruang perkotaannya. Seperti Singapura yang memiliki semboyan kota life, work, and play, kota Curitiba-Brazil, Portlan-AS, dan lain sebagainya.

 

[caption id="attachment_313515" align="aligncenter" width="300" caption="cmns3520mtm.wordpress.com- Marina Bay Singapore"][/caption]

Bagaimana dengan kota-kota di negara berkembang seperti Indonesia?

Namanya juga negara berkembang, ekonomi masih menjadi orientasi dalam penataan ruangnya. Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu tujuannya, sehingga jangan heran jika kawasan industri, maupun perdagangan-jasa tersebar dimana-mana.

Untungnya dalam satu dekade terakhir, beberapa kota di Indonesia mulai berbenah untuk memperbaiki diri. Berbagai kota mulai mengeluarkan kebijakan yang pro lingkungan. Benar sekali, dan seharusnya memang demikian. Ruang kota merupakan pemberian Tuhan yang tak dapat bertambah jumlahnya, sehingga perlu untuk dijaga kelestariannya. Kota memang identik dengan aktifitas ekonomi, penilaian terhadap suatu kota pun masih berkutat seputar penghasilan penduduk, Pendapatan Asli Daerah, maupun PDRB yang ada. Seharusnya tidak demikian, karena kota bukanlah makhluk mati yang dapat dieksloitasi secara besar-besaran demi peningkatan perekonomian. Kota seperti halnya manusia, yang tumbuh dan berkembang.

Sedikit menyinggung tulisan saudari Ivychininta yang berjudul Indonesia yang Selalu Berbahagia. Dia membahas Goyang Cesar yang sedang marak di Indonsesia. Animo masyarakat yang antusias terhadap goyang tersebut mengingatkan saya pada Ridwan Kamil, yang kini menjadi Walikota Bandung. Benar sekali, masyarakat Indonesia butuh kebahagiaan. Goyang Cesar dan beberapa acara serupa menjadi salah satu pengobat rindu masyarakat pada kebahagiaan. Tak peduli dari kalangan marginal maupun high class, anak-anak hingga orang tua, seolah terhipnotis oleh goyangan Cesar cs.

 

 

 

 

[caption id="attachment_313510" align="aligncenter" width="300" caption="kasakkusuk.com-Cesar"]

1388818758571291460
1388818758571291460
[/caption]

 

Melihat kondisi tersebut, sudah sepatutnya pemerintah tidak hanya berorientasi pada peningkatan ekonomi dalam merencakan perkotaan. Tingkat stress masyarakat yang tinggi, seharusnya dibarengi dengan penyediaan sarana rekreasi ruang terbuka hijau bagi warganya. Selain itu, aktifitas bersama antara pemerintah dan masyarakat juga perlu dilakukan untuk meningkatkan keakraban antar keduanya. Misalnya makan bersama, jalan sehat, antara pejabat dan masyarakat. Kegiatan tersebut seolah sepele, namun sangat berkesan bagi masyarakat marginal. Mereka, kaum papa merasa dimanusiakan sebagai seorang manusia. Dengan aktifitas tersebut, tentu dapat meningkatkan taraf kebahagiaan masyarakat. Selain itu, hubungan baik tersebut dapat mempermudah pemerintah dalam menampung aspirasi masyarakat. Sehingga pemerintah lebih mudah dalam mengeluarkan kebijakan. Semoga dapat menjadi renungan bersama...

Plan City for a Better Future..... [caption id="attachment_313514" align="aligncenter" width="300" caption="tentangkotasurabaya.blogspot.com-Taman Bungkul"]

13888191071505365292
13888191071505365292
[/caption]

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun