Mohon tunggu...
MM KINE KLUB UMY
MM KINE KLUB UMY Mohon Tunggu... Lainnya - komunitas pegiat audio visual

informasi mengenai audio visual

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memaknai Ritual Padusan di Desa Sumber, Magelang, Jawa Tengah

18 Agustus 2023   02:58 Diperbarui: 18 Agustus 2023   03:03 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia merupakan negara dengan keberagaman budaya dan agama, sehingga menjadi tempat berbagai perayaan dan ritual keagamaan yang unik, salah satunya adalah perayaan Padusan. Perayaan ini tidak hanya melambangkan kepercayaan agama, tetapi juga mewakili semangat kebersamaan dan spiritualitas dalam masyarakat.

Satu Suro adalah perayaan yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia pada malam Nisfu Syaban. Nisfu Syaban adalah tanggal 15 bulan Syaban dalam penanggalan Islam yang dianggap memiliki makna spiritual. Pada malam ini juga terdapat ritual yang dipercaya masyarakat dan menjadi suatu hal yang wajib dilaksanakan serta dilestarikan hingga saat ini yaitu Padusan. Ritual ini telah dilaksanakan secara turun temurun di Desa Sumber, Magelang, Jawa Tengah.

Padusan di Desa Sumber adalah tradisi yang dilakukan oleh umat Muslim dalam malam satu Suro. Tradisi ini melibatkan ritual mandi dengan tujuan untuk membersihkan jasmani dan spiritual. Padusan juga diartikan sebagai persiapan lahir dan batin dalam menghadapi tahun baru.

"Padusan ini sebagai ajang untuk pembersihan dosa lahir dan batin, supaya bersih, walaupun tidak 100 persen, namun untuk mengurangi dosa", ujar Pak Puji selaku pegiat kesenian di Desa Sumber. Pak Puji menambahkan bahwa padusan ini juga berhubungan dengan mencari jati diri yaitu bisa memaknai perjalanan diri sendiri yang telah dilalui selama satu tahun. Padusan juga berkaitan dengan ilmu jati diri yang mengolah jati diri kita sendiri, mengolah daya dan kemampuan diri sendiri berdasarkan perintah Tuhan Yang Maha Esa.

Padusan dilaksanakan dengan cara yang bervariasi. Ada yang berkumpul di mata air alami, sungai atau kolam umum. Sementara yang lain mengunjungi tempat-tempat khusus yang dianggap memiliki nilai spiritual tertentu. Kegiatan ini tidak hanya berfokus pada aspek jasmani, tetapi juga pada perenungan, doa, dan refleksi spiritual. Namun di Desa Sumber, ritual padusan dilakukan dengan cara mandi.

Ritual ini dimulai pada pukul 23.00 WIB pada malam satu Suro yaitu dengan menyalakan beberapa dupa di dalam bilik khusus sebagai tempat ritual padusan dilaksanakan. Kemudian, sesepuh atau orang yang dianggap memiliki ilmu di kalangan masyarakat tersebut melakukan adzan dan membaca beberapa doa yang dilakukan di dalam hati. Kemudian, menyiramkan air menggunakan gayung yang telah ditampung dalam 3 wadah dari berbagai mata air yang menurut warga sebagai sumber mata air keramat, dari tiap wadah tersebut disiramkan sebanyak 7 kali, sehingga totalnya adalah 21 kali penyiraman.

Menyiramkan air menggunakan gayung sebanyak 21 kali. 
Menyiramkan air menggunakan gayung sebanyak 21 kali. 

Ritual ini dilakukan bagi siapa saja yang percaya akan ritual padusan tersebut. Menurut Pak Puji, ritual ini dilakukan bagi orang-orang yang percaya dengan ritual padusan, sehingga padusan ini bisa diikuti oleh laki-laki, perempuan, dewasa, hingga anak-anak. "Ritual Padusan diikuti dari setiap kalangan, mulai dari anak-anak hingga dewasa, baik itu laki-laki maupun perempuan", ujar Pak Puji.


Setelah Padusan, masyarakat melakukan Kenduren yaitu makan bersama. Tradisi Kenduren merupakan perayaan atau jamuan besar yang diadakan oleh sekelompok orang atau komunitas dengan tujuan untuk merayakan acara penting atau momen spesial. Selain itu, acara kenduren juga dimaknai oleh masyarakat setempat sebagai bentuk ungkapan dari rasa syukur mereka kepada Allah SWT atas segala nikmat dan rezeki yang telah diberikan kepada masyarakat setempat.

Tradisi Kenduren 
Tradisi Kenduren 

Selain Kenduren, terdapat bentuk rangkaian acara setelah ritual Padusan dilaksanakan yaitu penampilan berbagai kesenian daerah. Menurut Pak Puji, penampilan kesenian merupakan hiburan dan bentuk pelestarian kesenian daerah bagi warga sekitar untuk mengenalkan kesenian kepada anak serta cucu. "Penampilan kesenian ini sebagai hiburan karena telah dilaksanakannya padusan, sekaligus untuk melestarikan dan memperkenalkan kesenian kepada generasi sekarang", ujar Pak Puji.

Perayaan Padusan ini mengandung makna yang mendalam dan melampaui sekadar ritual keagamaan. Ritual ini mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, persaudaraan, dan ketakwaan kepada Tuhan. Perayaan ini menjadi kesempatan berharga bagi umat Islam untuk berkumpul, berinteraksi, dan merenung bersama.

Selain itu, perayaan ini juga menunjukkan kekayaan budaya Indonesia yang mampu merangkul berbagai tradisi agama dengan harmonis. Keberagaman agama dan budaya di Indonesia diiringi oleh semangat toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan. Perayaan ini memperlihatkan bagaimana masyarakat dapat hidup bersama dalam harmoni, saling menghormati, dan merayakan kepercayaan masing-masing.

Perayaan Padusan tidak hanya sekadar rangkaian ritual, tetapi juga simbol spiritualitas dan kebersamaan yang menggambarkan makna mendalam dari keyakinan agama dan nilai-nilai sosial. Melalui perayaan ini, umat Islam di Indonesia memperlihatkan bahwa ibadah tidak hanya mengajarkan kepatuhan kepada Tuhan, tetapi juga mengajarkan kasih sayang, persatuan, dan penghargaan terhadap keberagaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun