Mohon tunggu...
Marta MellyHalita
Marta MellyHalita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan, FEB, Universitas Tanjungpura

Hobi berkunjung ketempat wisata alam dan bermain Badminton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Potret Kehidupan Keluarga Miskin di Pontianak yang Menumpang Gubuk Milik Tetangga

18 Agustus 2023   22:24 Diperbarui: 23 Agustus 2023   00:35 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam perjalanan menyelusuri desa Pal Sembilan, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, kami berkesempatan untuk mewawancarai Pak Najib, seorang kepala keluarga tangguh yang telah menjalani perjalanan hidup penuh kisah dan tantangan. Ditemui di rumahnya yang sederhana di RT 030/RW 008 Jl. Swadaya, Pak Najib berbagi cerita tentang keluarganya yang terdiri dari enam anggota yang hidup di tengah serba keterbatasan.

Dengan usia 54 tahun, Pak Najib membagikan kisahnya tentang perantauan dari Pulau Jawa dan pengalaman kerjanya sebagai buruh kuli bangunan harian di kota. Ia menjelaskan bahwa pendapatan yang ia peroleh bervariasi, berkisar antara Rp.100.000 hingga Rp.150.000 per hari, tergantung pada jumlah hari kerja dalam sebulan. Namun, pendapatan rata-rata yang ia terima selama sebulan berada di bawah Rp.1.500.000.

Pak Najib juga menggambarkan bagaimana ia mencoba mengatasi keterbatasan pendapatan dengan mengolah tanah milik tetangganya dan berkebun. Meskipun saat ini beliau jarang berkebun dan kesempatan mendapatkan pekerjaan yang cukup juga semakin menurun dalam beberapa bulan terakhir. Ia bergantung pada ajakan teman sesama buruh kuli untuk mendapatkan pekerjaan.

Dalam keluarganya, terdapat lima anggota lainnya: istri bernama Seni Lestari yang berusia 41 tahun dan empat orang anak mereka. Anak-anaknya, Ahmad Malik Sudin (12 tahun), Miftahul Huda (9 tahun 5 bulan), Badiul Muhlisin (4 tahun 11 bulan), dan Latiful Khoiri (1 tahun 7 bulan), semuanya menjadi tanggungan yang harus dijaga dan dibiayai oleh Pak Najib. Meskipun dengan pendapatan yang terbatas, Pak Najib dan istrinya selalu berusaha memastikan kebutuhan pokok dan pendidikan anak-anak terpenuhi.

Dalam hal pendidikan, Pak Najib sangat peduli terhadap pendidikan agama anak-anaknya. Meski harus menambah pengeluaran, ia memastikan bahwa ketiga anaknya mengikuti TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) tiap sore. Pendidikan anak-anak tetap menjadi prioritas utama, walaupun kadang-kadang berarti harus menahan beban keuangan yang lebih besar.

Pak Najib dan keluarganya juga menerima beberapa bentuk bantuan, seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai) anak sekolah sebesar Rp.900.000 per tiga bulan, serta bantuan dari Dinas Sosial selama masa pandemi Covid-19 berupa sembako dan uang tunai. Namun, meski menerima bantuan ini, mereka masih menghadapi keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh keluarga ini adalah biaya kesehatan. Tanpa memiliki BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial), mereka bergantung pada Puskesmas dan pengobatan di warung untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan. Keluarga Pak Najib juga sedang menunggu proses pembuatan BPJS yang sedang berlangsung, dimana Pak Najib menerima bantuan dan bimbingan dari Ketua RT setempat.

Kondisi Atap Rumah
Kondisi Atap Rumah
Di balik perjalanan hidup keluarga Pak Najib yang penuh dengan tantangan, sebuah kisah tentang kondisi hunian tempat tinggal mereka juga muncul sebagai cerminan realitas kehidupan mereka. Hunian tersebut, yang kini ditempati oleh Pak Najib dan keluarga, adalah rumah milik orang lain dan bukanlah sewaan. Rumah tersebut memiliki status terbengkalai, ditinggalkan oleh pemiliknya, dan menjadi tempat berteduh bagi keluarga yang menjalani kehidupan sederhana ini.

Rumah tersebut memiliki luas 8 x 5 meter dan dikelilingi oleh hampir 1 hektar tanah yang juga dimiliki oleh pemilik yang sama. Terletak dalam kondisi terbuka dan alami, rumah ini telah menyaksikan berbagai momen dalam perjalanan hidup Pak Najib dan keluarganya. Meskipun memiliki sejarah panjang, kondisi rumah saat ini menghadapi sejumlah permasalahan yang memerlukan perhatian serius.

Dinding rumah yang seluruhnya terbuat dari kayu papan telah mengalami kerapuhan dan kerusakan. Lubang-lubang yang muncul di beberapa bagian dinding menjadi saksi bisu dari perjalanan waktu yang tak terelakkan. Atap rumah yang terbuat dari seng juga sudah rentan dan berlubang di beberapa area, menyebabkan kebocoran ketika hujan turun. Lantai rumah, yang juga terbuat dari kayu papan, sekarang dalam kondisi yang semakin tidak stabil. Bahkan untuk berjalan saja, lantai ini terasa turun dan retak-retak, menciptakan suasana yang kurang aman bagi keluarga yang tinggal di dalamnya.

Keberadaan rumah ini di dataran rendah menambahkan risiko lebih lanjut bagi keluarga Pak Najib. Selama musim hujan, rumah mereka rawan terkena banjir, yang menjadi ancaman ekstra bagi stabilitas tempat tinggal mereka.

Rumah ini memiliki empat ruangan, termasuk dapur, ruang tengah, dan dua kamar tidur. Sayangnya, salah satu kamar sudah beralih fungsi menjadi gudang barang, menyisakan satu kamar saja untuk dijadikan tempat tidur bagi enam anggota keluarga. Meskipun kamar ini dirancang untuk mengakomodasi lebih sedikit orang, kenyataannya rumah ini ditempati oleh enam individu, menciptakan ruang yang sempit dan kurang layak untuk istirahat yang nyaman. Tumpukan pakaian yang tak tertata memenuhi sudut-sudut kamar, karena kurangnya lemari yang memadai untuk menyimpan barang-barang.

Upaya perbaikan pernah diusulkan oleh pihak RT setempat dalam bentuk program bedah rumah. Namun, tantangan muncul ketika ternyata tanah dan rumah yang ditempati oleh keluarga Pak Najib bukanlah milik mereka, sehingga syarat-syarat untuk program bedah rumah tidak bisa dipenuhi. Menjadi sulit untuk melanjutkan rencana perbaikan karena sebagian besar program memerlukan kepemilikan sertifikat atas nama Pak Najib.

Tempat Penampungan Air dan WC
Tempat Penampungan Air dan WC

Sumber air minum menjadi perhatian utama bagi keluarga Pak Najib. Dalam kondisi normal, mereka menggunakan air hujan yang dikumpulkan dan dimasak sebagai air minum. Namun, air ini perlu diolah terlebih dahulu sebelum bisa diminum. Selain itu, fasilitas air minum juga mencakup penggunaan air sumur yang ternyata dalam kondisi tidak layak. Air sumur yang digunakan untuk tempat cuci dan mandi pun memiliki kualitas yang diragukan. Dalam upaya untuk memperoleh air minum yang lebih aman selama musim kemarau, Pak Najib mengambil air sumur yang telah difilter milik tetangganya.

Fasilitas sanitasi juga menjadi tantangan bagi keluarga ini. Tempat cuci dan mandi mereka menggunakan air sumur kotor, yang tentu saja tidak ideal untuk menjaga kebersihan pribadi. Namun, saat musim kemarau, mereka bisa memanfaatkan air sumur yang telah difilter milik tetangga sebagai alternatif.

Khusus untuk kebutuhan buang air besar (BAB), keluarga Pak Najib memiliki WC pribadi yang terletak sekitar 10 meter dari rumah mereka. WC tersebut terdiri dari dinding kayu, beratapkan seng, dan menggunakan karung sebagai penutup pintu. Meskipun memiliki fasilitas pribadi untuk WC, tetapi kondisinya masih jauh dari ideal.

Dalam hal bahan bakar memasak, keluarga Pak Najib mengandalkan kompor gas dengan satu tungku. Mereka mendapatkan bahan bakar tersebut dalam bentuk gas 3 kilogram, yang diberikan oleh tetangga mereka. Meskipun memiliki fasilitas yang cukup sederhana, keluarga ini tetap menjaga semangat untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan tulus dan bersemangat.

Kondisi Dapur
Kondisi Dapur

Kondisi Lantai Rumah
Kondisi Lantai Rumah
Di balik perjalanan hidup yang penuh dengan tantangan, cerita Pak Najib mengenai aset-aset yang dimilikinya menggambarkan semangat dan ketekunan dalam menghadapi keterbatasan. Aset-aset tersebut bukanlah hadiah dari keberuntungan semata, tetapi hasil dari keterampilan, usaha, dan bantuan dari tetangga serta teman-teman.

Kehidupan Pak Najib telah membentuk aset-aset yang memiliki makna lebih dari sekadar barang fisik. Lemari pakaian yang beliau miliki, meskipun dalam kondisi rusak dan tak layak, menjadi simbol ketekunan dalam memperbaiki dan memanfaatkan barang yang ada. Lemari tersebut ditempatkan di ruang tengah, mengingatkan akan dedikasi Pak Najib dalam memastikan bahwa barang-barang yang telah dimilikinya tidak terbuang sia-sia.

Selain itu, kursi dan kulkas yang pernah rusak sekarang telah diperbaiki oleh tangan terampil Pak Najib. Kulkas yang kembali berfungsi adalah bukti nyata usaha beliau dalam memperbaiki dan memaksimalkan sumber daya yang ada.

Di antara aset-aset tersebut, terdapat juga sebuah kendaraan yang memiliki cerita unik. Motor tua yang sudah berusia 10 tahun itu awalnya merupakan barang buangan tetangga yang rusak. Namun, dengan keterampilan dan dedikasinya, Pak Najib berhasil memperbaiki motor tersebut dan menjadikannya kendaraan yang bisa digunakan dalam mobilitas sehari-hari.

Dalam era digital, dua handphone touchscreen menjadi barang berharga bagi keluarga Pak Najib. Handphone tersebut merupakan pemberian dari teman Pak Najib dan juga istri yang berprofesi sebagai polisi. Handphone tersebut memiliki fungsi lebih dari sekadar alat komunikasi, di mana salah satunya digunakan oleh anak-anak untuk menonton konten pendidikan dan hiburan, mengingat mereka tidak memiliki televisi di rumah.

Salah satu momen penting dalam perjalanan mencari aset adalah saat Pak Najib memutuskan untuk membeli dua sepeda untuk anak-anaknya pada bulan November tahun lalu. Meskipun kondisi finansialnya saat itu tidak memungkinkan, Pak Najib mengambil langkah yang berani. Ia berutang kepada pemilik toko sebesar Rp 2.100.000 dan membayar uang muka sebesar Rp. 150.000. Sisa hutang yang ada, sebesar Rp 1.950.000, berhasil dilunasi melalui kerja keras Pak Najib sebagai buruh kuli bangunan dan juga dengan bantuan uang BLT Anak yang diterimanya pada waktu yang bersamaan.

Kebersamaan dan rasa empati menjadi pilar kuat dalam lingkungan komplek perumahan (BTN) yang ramai tempat tinggal keluarga Pak Najib. Di tengah kesibukan jalan raya yang berdekatan, keluarga ini menemukan dukungan yang hangat dari tetangga-tetangganya, mewujudkan semangat kebersamaan yang menginspirasi.

Lokasi rumah Pak Najib yang terletak di pinggir jalan raya menyiratkan akses yang mudah, menghubungkannya dengan pemukiman warga lainnya. Lingkungan yang nyaman dan mudah diakses oleh kendaraan pribadi seperti mobil dan motor memberikan kemudahan dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Kehadiran warung sayur dan toko-toko di sekitar juga menjadi nilai tambah dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.

Dalam pembicaraan dengan Pak RT, terungkap rasa empati dan kepedulian yang tulus dari tetangga-tetangga Pak Najib. Mereka tidak hanya berada di dekat secara fisik, tetapi juga memberikan dukungan nyata kepada keluarga ini. Bantuan sembako, sayuran, dan lauk seringkali diberikan kepada Keluarga Pak Najib oleh tetangga-tetangga mereka. Keterlibatan tetangga ini menjadikan lingkungan komplek perumahan sebagai komunitas yang peduli dan saling mendukung.

Pak Budi, seorang tetangga depan rumah Pak Najib, menjadi tempat bagi keluarga ini untuk mengambil air, terutama selama musim kemarau yang mengeringkan sumber air lainnya. Hal ini mencerminkan kerja sama dalam menghadapi tantangan lingkungan yang tidak terduga.

Tidak hanya berhenti pada bantuan materi, tetangga Pak Najib juga menjalin hubungan sosial yang lebih dalam. Tetangga yang berprofesi sebagai bidan turut membantu proses persalinan anak bungsunya, memberikan pelayanan posyandu secara sukarela. Dukungan sosial dan pelayanan ini tidak hanya memberikan manfaat langsung bagi keluarga Pak Najib, tetapi juga mencerminkan kehangatan dan hubungan emosional yang kuat antarwarga.

Pak Najib tidak memiliki catatan kejahatan dan selalu menjaga hubungan yang baik dengan tetangga-tetangganya. Solidaritas dalam lingkungan ini menciptakan iklim harmoni dan dukungan, yang membantu Pak Najib dan keluarganya menghadapi tantangan hidup dengan penuh semangat.

Kisah Pak Najib dan keluarganya menggambarkan ketahanan dan semangat menghadapi keterbatasan dalam hidup. Meskipun dalam kondisi ekonomi yang sulit, mereka tetap berusaha menjaga harmoni keluarga mereka. antangan demi tantangan dihadapi dengan tekad dan usaha, menciptakan gambaran perjuangan keluarga sederhana yang menginspirasi.

Disusun Oleh : Evi Maria, Marta Melly Halita dan Dina Putri Lestari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun