Mohon tunggu...
Mukhotib MD
Mukhotib MD Mohon Tunggu... Penulis - consultant, writer, citizen journalist

Mendirikan Kantor Berita Swaranusa (2008) dan menerbitkan Tabloid PAUD (2015). Menulis Novel "Kliwon, Perjalanan Seorang Saya", "Air Mata Terakhir", dan "Prahara Cinta di Pesantren."

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

In Memoriam: Jemek Supardi Bapak Pantomim Indonesia

17 Juli 2022   14:31 Diperbarui: 17 Juli 2022   14:44 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber gambar: kompas.com

Pemberangkatan jenazah Jemek Supardi, Bapak Pantomim Indonesia mengundang banyak perhatian para seniman. Jenazah akan dikebumikan di kompleks makam seniman di Imogiri, Bantul, siang ini (17/7).

Tadi pagi, sekitar pukul 10.00 WIB telah dilakukan misa arwah dipimpin Romo G. Budi Subanar SJ  di Perkumpulan Urusan Kematian Yogyakarta (PUKY) di Jl. IKIP PGRI I Sonosewu Jl. Sonopakis Wetan, Sonosewu, Ngestiharjo, Kec. Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Jemek Supardi tutup usia kemarin sore, sekitar pukul 17.30 di rumah putrinya Nitiprayan, Tamantirto Kasiham Bantul.

Melalui akun media sosialnya, Facebook, Butet Kartarejasa mengabarkan berita duka dan kehilangan besar bagi komunitas dan pecinta pantomim di Indonesia.

"Teman seperjuangan di dunia teater Yogya, Jemek Supardi telah meninggalkan kita. Surga Abadi," kata Butet Kartarejasa.

Jemek Supardi dikenal sebagai seniman Pantomim otodidak. Pilihan sebagai pantomimer tentu saja sebuah konsistensi sikap pada kesenian. Sebab dunia pantomimer merupakan dunia yang sepi dibandikan dunia seni yang lain.

Melalui akun Facebooknya, secara guyonan Butet menggambarkan situasi sulit yang pernah dialami Jemek Supardi sebagai pantomimer. Jemek,  tulis Butet, menyimpan banyak sekali sketsa dan drawing karya Hendro Suseno--teman lama Butet, sejak tahun 1990-an.

Satu tempo Jemek datang ke rumah Butet dengan membawa karya Hendro Susilo, "Iki lukisane Hendro, ketoke kowe sing paling cocok nyimpen."

Butet tanggap ing sasmita kalau Jemek sudah bicara begitu. Itu sebuah pertanda. Isyarat. Dan Butet langsung menyamber,"Wis, rasah kakehan narasi. Aku rasah didobosi. Pokoke ngerti dewe. Ngko yen kowe mulih mesti seneng atine. Ngono ta?"

Dan Jemek, seperti biasa lalu klecam-klecem bungah hatinya. Mereka langsung ber-ha-ha-hi-hi. Bercanda.

"Dan canda-model ginian sore ini sudah tamat bersama kepergiannya. Pergi menyusul Hendro Suseno," tulis Butet.

Dalam usia 69 tahun, Jemek meninggalkan dunia yang hampa. Dunia sunyi, yang menanti generasi penerus untuk menggantikannya. Generasi yang akan merawat taridi pantomim di Nusantara.

Selamat jalan Jemek, bahagialah di sisi-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun