Sumber gambar: kompas.com
Pemberangkatan jenazah Jemek Supardi, Bapak Pantomim Indonesia mengundang banyak perhatian para seniman. Jenazah akan dikebumikan di kompleks makam seniman di Imogiri, Bantul, siang ini (17/7).
Tadi pagi, sekitar pukul 10.00 WIB telah dilakukan misa arwah dipimpin Romo G. Budi Subanar SJ Â di Perkumpulan Urusan Kematian Yogyakarta (PUKY) di Jl. IKIP PGRI I Sonosewu Jl. Sonopakis Wetan, Sonosewu, Ngestiharjo, Kec. Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jemek Supardi tutup usia kemarin sore, sekitar pukul 17.30 di rumah putrinya Nitiprayan, Tamantirto Kasiham Bantul.
Melalui akun media sosialnya, Facebook, Butet Kartarejasa mengabarkan berita duka dan kehilangan besar bagi komunitas dan pecinta pantomim di Indonesia.
"Teman seperjuangan di dunia teater Yogya, Jemek Supardi telah meninggalkan kita. Surga Abadi," kata Butet Kartarejasa.
Jemek Supardi dikenal sebagai seniman Pantomim otodidak. Pilihan sebagai pantomimer tentu saja sebuah konsistensi sikap pada kesenian. Sebab dunia pantomimer merupakan dunia yang sepi dibandikan dunia seni yang lain.
Melalui akun Facebooknya, secara guyonan Butet menggambarkan situasi sulit yang pernah dialami Jemek Supardi sebagai pantomimer. Jemek, Â tulis Butet, menyimpan banyak sekali sketsa dan drawing karya Hendro Suseno--teman lama Butet, sejak tahun 1990-an.
Satu tempo Jemek datang ke rumah Butet dengan membawa karya Hendro Susilo, "Iki lukisane Hendro, ketoke kowe sing paling cocok nyimpen."
Butet tanggap ing sasmita kalau Jemek sudah bicara begitu. Itu sebuah pertanda. Isyarat. Dan Butet langsung menyamber,"Wis, rasah kakehan narasi. Aku rasah didobosi. Pokoke ngerti dewe. Ngko yen kowe mulih mesti seneng atine. Ngono ta?"