Tapi Bapak mertua Kliwon tampak gelisah. Berkali-kali ia mengangkat kepalanya, memiringkan wajah ke kanan dan kiri, lalu mulutnya terkatup lagi.
"Ada apa, Pak?" Legi bertanya dengan suara hati-hati melihat perilaku bapaknya. Bukan mendapatkan jawaban, bapaknya hanya menunjuk ke arah mulutnya, yang rahangnya tampak bergerak ke kanan dan kiri. Mengangguk-angguk, lalu kembali mengangkat wajahnya. Lalu, ia memejamkan mata, mengelus dadanya, dan ada air mata merembes dari sudut matanya yang sudah berkerut kelopaknya.
"Pak...!"
Legi berlarti ke arah bapaknya, Kliwon berdiri dan mengelus punggung mertuanya itu, yang sudah mulai tampak tenang, lalu bertanya, "ada apa, Pak?"
"Alhanmdulillah, Won. Tadi kolang-kaling di kolak itu lompat sana lompat sini di mulutku. Seperti pemain Timnas sepak bola. Karena mangkel, kutelan saja kolang-kalingnya. Tadi terasa berhenti di dada, won, makanya saya menangis."
Si Pon dan Wage tertawa. Tetapi berhenti tiba-tiba. Legi matanya melotot ke arah mereka.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI