Mohon tunggu...
Mukhotib MD
Mukhotib MD Mohon Tunggu... Penulis - consultant, writer, citizen journalist

Mendirikan Kantor Berita Swaranusa (2008) dan menerbitkan Tabloid PAUD (2015). Menulis Novel "Kliwon, Perjalanan Seorang Saya", "Air Mata Terakhir", dan "Prahara Cinta di Pesantren."

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menangkap Matahari di Maluku Tenggara

24 Januari 2017   19:06 Diperbarui: 24 Januari 2017   19:12 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelah setelah perjalanan panjang selama 5,5 jam penerbangan dari Jakarta menuju Maluku Tenggara, dilanjutkan perjalanan darat dari Bandara Langgur menuju Pantai Pasir Panjang terbayar sudah. Pada saat matahari terbenam, kita bisa berfoto dengan gaya sedang menangkap matahari, selain merasakan kelembutan dan kehalusan pasir pantai, dan menikmati masakan lezat kepiting laut.

DI Bandara Langgur, menyempatkan foto bersama Raja Ibra dan Pemangku Adat suku Kei di Kepulauan Kei Kecil. Tentu kesempatan ini sangat menggembirakan, dan saya mengambil pose diapit oleh dua tokoh suku Kei ini. Dengan 

dokpri
dokpri
menggunakan kendaraan roda empat yang nyaman, saya menuju Pantai Pasir Panjang. Salah satu destiniasi wisata pantai dari 53 destinasi wisata di Maluku Tenggara.Pukul 16.00, saya sampai di Pantai Panjang disambut angin musim barat yang mengalir kencang, melambaikan daun-daun kelapa dan pohon-pohon di sepanjang Pantai Pasir Panjang. Di jalan masuk pantai masih terpampang billboard besar tentang Meti Kei, sebuah festival kesenian tradisional yang diadakan tahun lalu. Tarian massal itupun tercatat di MURI dengan memecahkan kategori tarian dengan jumlah tari terbanyak di Indonesia.

Setelah duduk beberapa saat, di tengah-tengah hembusan angin musim barat, teh panas dan pisang embal pun dihidangkan. Pisang embal merupakan pisang kepok yang digoreng dengan tepung singkong beracun. Rasanya memang enak sekali, berbeda dengan pisang goreng yang dibungkus tepung terigu. Tak ada aktivitas lain, kecuali bermain air di pantai. Sebab memang pantai ini masih sangat alami, dan hanya ada dangau-dangau yang berjajar di sepanjang pantai.

dokpri
dokpri
Saat yang ditunggu hampir 1,5 jam itu pun tiba. Matahari mulai terbenam dengan sinar berwarna kuning emas. Cahayanya membias di permukaan air laut yangh mulai tampak mengental seperti lumpur. Orang mulai beramai-ramai mengabadikan proses matahari terbenam.. Sebagiannya bergaya memegang matahari yang tampak begitu mengasikkan.

Tibalah acara terakhir dalam kunjungan ke Pantai Pasir Panjang, menikmati makan malam setelah matahari benar-benar tenggelam di balik laut. Bukan hanya soal perut yang memang sudah terasa lapar, tetapi hidangan itu memang sangat menggiurkan perasaan. Soup ikan, sate kerang, cumi goreng, dan makanan laut favoritku, kepiting laut. Setelah santapan pertama usai, saya masih mengambil satu lagi kepiting laut, dan menikmatinya di bawah suasana hari terus menggelap denghan penerangan lampu yang remang.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun