Mohon tunggu...
MMDFTP38 Desa Bulus
MMDFTP38 Desa Bulus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa MMD FTP UB Kelompok 38 di desa Bulus, Kec. Bandung, Kab. Tulungagung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kulit Bawang Merah jadi Solusi Ramah Lingkungan untuk Atasi Hama Tanaman di Desa Bulus Oleh Mahasiswa MMD Kelompok 38 FTP UB

3 Agustus 2024   17:12 Diperbarui: 3 Agustus 2024   17:50 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi bersama di akhir kegiatan

Mahasiswa Membangun Desa (MMD) adalah program yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Program ini merupakan salah satu wujud dari Tri Dharma perguruan tinggi dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat. MMD FTP UB merupakan inisiatif pendidikan yang menggabungkan aspek akademik dengan kegiatan pengabdian masyarakat. Program ini berlangsung selama dua minggu, dari tanggal 6-20 Juli 2024, melibatkan partisipasi aktif dari pemerintah desa dan masyarakat setempat. Tujuan MMD FTP UB adalah untuk memperdalam pemahaman mahasiswa tentang dinamika sosial serta mengembangkan keterampilan interpersonal dan profesional mereka.

Kerjasama antara mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya dan masyarakat Desa Bulus telah membuahkan hasil yang positif dalam program Mahasiswa Membangun Desa (MMD). Selama dua pekan, Desa Bulus menjadi pusat kegiatan MMD yang dipimpin oleh bapak Kiki Febrianto STP., M. Phil., Ph.D, sebagai koordinator dosen lapangan. Salah satu keberhasilan program ini adalah pengembangan pestisida nabati dari kulit bawang merah, yang merupakan upaya nyata dalam mewujudkan SDGs no 12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.

Desa Bulus merupakan desa yang berada di wilayah agraris, sehingga sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani dan sebagian kecil lainnya sebagai pengrajin bambu. Di desa ini, produksi pertanian didominasi oleh padi yang mencakup 70% dari total hasil, sedangkan 30% sisanya terdiri dari hortikultura seperti cabai, bawang merah, melon, dan semangka. Bawang merah memiliki potensi yang sangat baik dan merupakan komoditas penting di daerah ini. Namun, salah satu masalah yang dihadapi Desa Bulus adalah pengelolaan limbah dari produksi bawang merah di UMKM. Limbah tersebut berupa kulit bawang merah yang sering kali tidak dikelola dengan baik, berpotensi menimbulkan masalah lingkungan. Jika limbah ini dibuang sembarangan, dapat menyebabkan pencemaran, penumpukan sampah, dan timbulnya bau tidak sedap.

Solusi yang diusulkan untuk mengatasi permasalahan limbah kulit bawang merah di Desa Bulus yaitu dengan melakukan sosialisasi pengolahan limbah menjadi pestisida nabati. Sosialisasi ini diadakan pada 12 Juli 2024 di posyandu 1 dan diikuti oleh 20 warga desa, mayoritas ibu rumah tangga. Dalam kegiatan ini, peserta akan dibagi menjadi dua kelompok besar untuk mempraktikkan pembuatan pestisida nabati dari kulit bawang merah bersama pemateri. Setelah praktik, acara akan dilanjutkan dengan ice breaking berupa permainan berhadiah, post-kuisioner, dan diakhiri dengan sesi dokumentasi.

Warga Desa Bulus sedang melakukan praktik pembuatan pestisida nabati dari kulit bawang merah
Warga Desa Bulus sedang melakukan praktik pembuatan pestisida nabati dari kulit bawang merah

"Ini adalah kesempatan yang sangat berharga bagi kami sebagai warga Desa Bulus, karena kami dapat belajar langsung dari mahasiswa Universitas Brawijaya, terutama dari Fakultas Teknologi Pertanian. Mengingat sebagian besar penduduk desa kami adalah petani, kami sangat menghargai peluang ini untuk mengolah kulit bawang merah menjadi pestisida nabati. Selama ini, kami hanya membiarkan sampah organik tersebut terurai secara alami," kata Ibu Kuntari, salah satu warga Desa Bulus.

Dokumentasi bersama di akhir kegiatan
Dokumentasi bersama di akhir kegiatan

Dr. Siti Asmaul Mustaniroh selaku Dosen Pembimbing Lapang MMD kelompok 38, menyampaikan rasa syukur atas antusiasme warga Desa Bulus. Beliau berharap program ini menjadi tonggak awal bagi masyarakat dalam mengelola limbah pertanian secara berkelanjutan. 'Kami ingin memastikan bahwa pengetahuan tentang pemanfaatan kulit bawang merah sebagai pestisida nabati dapat terus diterapkan dan memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan dan ekonomi desa,' ujarnya."

Setelah kegiatan pengabdian masyarakat ini selesai dilaksanakan, Universitas Brawijaya (UB) berharap dapat terus melanjutkan program-program serupa di masa depan.

Universitas berkomitmen untuk memperluas jangkauan program pengabdian masyarakat mereka, dengan tujuan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat. Selain itu, UB juga ingin menginspirasi lebih banyak institusi pendidikan lainnya untuk aktif terlibat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai inisiatif sosial. Dengan demikian, diharapkan semakin banyak pihak yang berkontribusi dalam pembangunan masyarakat yang lebih berkelanjutan dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun