Siang kemarin di tengah teriknya matahari dan debu yg beterbangan di Jepara, saya dikejutkan dengan datangnya seorang tuna netra ke toko kami. Saya tidak asing dengan wajah orang ini. Beberapa kali saya melihat orang ini berjalan dengan bantuan tongkat di sekitar tempat tinggal kami.
Orang ini hendak membeli keyboard protector untuk melindungi keyboard laptopnya dari debu. Suami saya yang melayani menanyakan ukuran keyboard-nya seberapa. Dia tidak paham ukurannya. Lalu saya memberitahu suami saya untuk mengambil notebook servisan yang ada untuk dia bisa meraba dan tahu ukurannya. Setelah meraba, ternyata yang dimaksud si Mas ini adalah yang ukuran 14". Dia bercerita kalau dia memiliki laptop dan aplikasi voice untuk mempermudah dia mengoperasikannya.
Suami saya memberikan pengarahan bagaimana cara pasanya. Setelah menyerahkan uang Rp. 5.000 guna membayar barang yang dibeli, Si Mas ini kemudian berbalik badan dan berjalan menuju jalan raya yang ada tepat di depan toko kami. Namun si Mas ini berhenti agak lama. Dia terlihat memicingkan telinga mendengarkan suara kendaraan yang lalu lalang. Sekitar lima menit dia berdiri di trotoar depan toko, kemudian saya memanggilnya dan menanyakan apakah dia mau menyeberang atau menunggu orang. Ternyata dia mau menyeberang namun kendaraan begitu ramai. Langsung saya keluar toko dan membantu dia menyeberang jalan.
Saya benar-benar mengagumi si Mas ini, keterbatasan penglihattannya tidak mengurung dia untuk meltek (melek teknologi). Dia tidak mau ketinggalan perkembangan tekhnologi. Bahkan orang yg mampu melihat pun banyak yang masih gaptek dan masih enggan (kalau tidak mau dikatakan enggan) belajar mengenal dunia tekhnologi dan arus informasi.
Saya salut dengan kegigihannya, pergi sendirian tanpa ada yang mendampingi. menyeberang jalan raya pun hampir sebagian besar tanpa pertolongan orang lain. Dia lakukan itu sendiri. Si Mas ini menunjukkan bahwa informasi dan perkembangan dunia bisa dia terima dan dapat meski dia penyandang diasbilitas.
Saya belajar hal baru yang memberikan saya motivasi baru bahwa kekurangan yg kita miliki hendakknya tidak dijadikan kelemahan dan penghalang untuk berkembang. Justru itu dijadikan pembelajaran untuk menggali potensi diri dan memunculkan kelebihan kita.
Salam kompasiana
Jepara, 10-09-2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H