Mohon tunggu...
Sakti
Sakti Mohon Tunggu... Insinyur - Urbanis, Humanis, Moderat

Urbanis, Humanis, Moderat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Stop Berkendara di Bawah Umur: Apanya yang "di Bawah"?

31 Oktober 2024   15:24 Diperbarui: 31 Oktober 2024   15:50 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: instagram Humas Polresta Banyumas

Lalu, bagaimana seharusnya kalimat larangan ini ditulis agar lebih jelas dan tidak menimbulkan kebingungan? Berikut adalah beberapa alternatif kalimat yang dapat dipertimbangkan:

  1. "Dilarang berkendara bagi yang belum cukup umur." Kalimat ini langsung menyatakan bahwa seseorang dilarang berkendara jika usianya belum cukup atau memenuhi syarat.

  2. "Dilarang berkendara bagi yang belum memenuhi usia minimal." Dengan mencantumkan frasa "usia minimal," kalimat ini menjadi lebih formal dan spesifik.

  3. "Dilarang berkendara bagi yang berusia di bawah 17 tahun." Ini adalah pilihan terbaik jika aturan yang berlaku menetapkan usia minimal secara spesifik. Kalimat ini secara langsung mencantumkan batas usia, sehingga tidak ada ruang untuk interpretasi lain.

  4. "Usia minimal untuk berkendara adalah 17 tahun." Kalimat informatif ini mungkin lebih sesuai dalam konteks peringatan yang bertujuan mengedukasi. Dengan cara ini, kita tidak hanya melarang, tetapi juga memberi pemahaman yang lebih baik.

Mengapa Kalimat Larangan yang Jelas itu Penting?

Kita mungkin sering menganggap perbaikan pada kalimat larangan sebagai sesuatu yang sepele atau bahkan tidak perlu. Namun, pada kenyataannya, penggunaan kalimat yang jelas dan tepat sangat penting, terutama dalam konteks aturan atau regulasi. Kalimat larangan yang tidak tersusun dengan baik atau menimbulkan ambigu bisa mengurangi efektivitas pesan yang hendak disampaikan. Alih-alih mengarahkan masyarakat agar mematuhi aturan, kalimat yang ambigu justru berpotensi menimbulkan salah paham, sehingga aturan itu sendiri menjadi sulit diterapkan.

Kejelasan dalam kalimat peringatan atau larangan adalah hal mendasar karena berfungsi untuk mencegah kebingungan dan memastikan setiap orang, tanpa memandang latar belakang pendidikan atau budaya, dapat memahami dengan tepat maksud dari larangan tersebut. Dalam konteks peraturan lalu lintas, misalnya, frasa seperti "Dilarang berkendara di bawah umur" dapat diinterpretasikan secara berbeda oleh masyarakat jika tidak diberikan batasan usia yang jelas. Setiap kata dalam kalimat tersebut memiliki dampak langsung pada bagaimana aturan diartikan, dipahami, dan akhirnya ditaati. Oleh karena itu, kejelasan adalah kunci utama agar pesan larangan dapat tersampaikan dengan efektif.

Selain itu, penggunaan bahasa yang tepat di ruang publik bukan hanya sekadar soal berkomunikasi dengan baik. Ini juga mencerminkan bagaimana suatu institusi atau pemerintah memandang dan menghargai kecerdasan masyarakatnya. Dengan memperbaiki kalimat-kalimat seperti "Stop berkendara di bawah umur" dan menggantinya dengan kalimat yang lebih jelas seperti "Dilarang berkendara bagi yang belum berusia 17 tahun," kita tidak hanya menghindari kebingungan, tetapi juga membangun budaya literasi yang lebih baik. Kalimat yang lugas dan informatif turut berkontribusi pada kesadaran berbahasa di masyarakat dan menciptakan ruang publik yang lebih tertib dan teratur.

Penutup: Saatnya Menyempurnakan Pesan di Ruang Publik

Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat berharga, terutama di ruang publik, di mana pesan-pesan singkat dan padat sering kali menjadi jembatan antara institusi dan masyarakat. Setiap kalimat peringatan atau larangan yang kita lihat di jalan raya, di gedung-gedung publik, atau di fasilitas umum lainnya sebenarnya merupakan bagian dari edukasi. Pesan-pesan ini membentuk pola pikir dan pemahaman masyarakat tentang aturan serta batasan yang perlu dihormati.

Oleh karena itu, sudah saatnya kita mulai memperhatikan bagaimana kita menyusun kalimat-kalimat di ruang publik ini. Kalimat seperti "Stop berkendara di bawah umur" mungkin tampak sederhana dan mudah dipahami sekilas. Namun, dengan sedikit perbaikan, kita bisa menciptakan pesan yang lebih efektif dan meminimalkan ruang untuk salah tafsir. Perubahan ini tidak hanya akan memperkuat kepatuhan terhadap aturan, tetapi juga membentuk ruang publik yang lebih menghargai kejelasan dan kecermatan berbahasa, serta meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya literasi dalam komunikasi sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun