Seketika malam menguasi hari. Langit yang gelap menghiasi dirinya dengan gugusan bintang. Udara kian sejuk, tidak seperti pada siang hari yang kemarau.Â
"Bagaimana, sudah siap?" Tanya Malik kepada istrinya, Marni, yang sedang berdandan.Â
"Sebentar lagi." Sahut Marni.Â
"Cepat. Nanti kita tidak dapat kursi."
"Iya, iya."
Malik menunggu istrinya di teras depan rumah. Dengan mengenakan batik, Malik menghisap rokoknya pada malam itu. Dia melirikan mata pada jam tangannya, dan mendapati waktu sudah menunjukan pukul 20.00 WIB. Tiba-tiba seorang perempuan yang masih remaja keluar dari rumah dan menghampiri Malik. Ternyata itu anaknya, Muni.Â
"Pak, kita mau kemana sih?" Tanya Muni.Â
"Menonton monolog." Jawab Malik.Â
"Siapa aktornya? Kok bapak bersemangat untuk nonton?"
"Teman bapak sewaktu kuliah. Cepat panggil ibumu, sudah terlalu larut."
Muni pun kembali memasuki rumah dan memanggil-manggil ibunya. Tak lama kemudian, Marni telah menyelesaikan dandanannya. Dengan juga mengenakan batik, Marni dan Muni pun menuju Malik yang sedang menunggu di depan teras rumah.Â