Mohon tunggu...
M Lendri Julian
M Lendri Julian Mohon Tunggu... Penulis - Sedang ber-fiksi. Hubungi aku via do'a

Seorang lelaki dari Purwakarta. Datang untuk menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lima Ribu Rupiah

24 Agustus 2019   04:35 Diperbarui: 2 September 2019   22:05 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

'Apeng' adalah nama seorang lelaki yang masih muda, pemilik bisnis buah Alpukat, sekaligus berstatus sebagai tetangganya Bunga. Apeng mempekerjakan saudara-saudaranya untuk membantu mengurusi bisnisnya itu. Dengan begitu, bisnis buah Alpukatnya dapat berjalan dengan lancar. 

Berbeda dengan Apeng, Bunga mengisi hari-harinya sebagai penghuni loteng. Setiap pagi hari, Bunga bergegas dari kamar tidurnya, lalu langsung menuju loteng kesayangannya. Hingga hari sudah menjadi malam, Bunga meninggalkan loteng itu, dan kembali menuju kamar tidurnya. 

Bunga masih menanti panggilan kerja. Namun belum satu pun perusahaan yang memanggilnya. Keadaan itu memaksa Bunga bekerja sebagai pencari kerja. Pikirannya dibuat cenat cenut memikirkan pekerjaan. Dengan begitu, Bunga pun kini hanya mengharapkan sebuah keajaiban turun dari Sang Pencipta. 

Beberapa hari ke belakang, loteng kedatangan tamu. Seorang tamu yang merupakan seorang Lelaki Tua yang hidupnya sedang dirundung berbagai permasalahan hidup. Dia bercerai dengan istrinya, tidak punya pekerjaan, dan juga mendapati hapenya sering mendadak ruksak. Alhasil, dia tidak mempunyai informasi tentang pekerjaan. Loteng adalah milik Kakek Bunga, dan Lelaki Tua itu adalah teman dari Kakek Bunga, maka Lelaki Tua itu meminta ijin kepada Kakek Bunga untuk menempati loteng selang sementara waktu. 

Kini loteng pun dipenuhi oleh para pencari kerja. Sedangkan tempat milik tetangga sebelah, dipenuhi oleh para pekerja. Setiap hari Apeng dan saudara-saudaranya sibuk mengurusi bisnis buah Alpukatnya. Setiap hari juga, Bunga dan Lelaki Tua sibuk mencari-cari pekerjaan, sekaligus sibuk sebagai penghuni loteng. 

Bunga selalu memperhatikan kesibukan Apeng dan saudara-saudaranya dalam mengurusi bisnis buah Alpukat. Keakrabannya dengan Apeng yang masih kaku, membuat Bunga malu untuk memberikan sapa. Hingga akhirnya, Lelaki Tua mencoba memberanikan diri untuk mendekati Apeng. 

Pada malam yang cukup larut, Lelaki Tua mendatangi tempat Apeng. Bermula dari meminjam gitar, Lelaki Tua berhasil bercakap-cakap panjang lebar dengan Apeng. Lelaki Tua selalu menyampaikan kembali hasil percakapannya dengan Apeng kepada Bunga. Pada akhirnya, Bunga pun mengetahui apa yang dicakapkan Lelaki Tua dan tetangganya itu. 

Waktu terus saja berjalan. Hari demi hari. Bunga masih tidak mendapatkan panggilan kerja. Begitupun dengan Lelaki Tua. Sedangkan Apeng, terlihat semakin sibuk mengurusi bisnis buah Alpukatnya. 

"Sini ikut! Ada kerjaan." Tiba-tiba Lelaki Tua mengajak kepada Bunga ketika hari sedang siang. Bunga pun bertanya-tanya. Pekerjaan apa? Dimana? Kapan? Siapa? Kenapa? Begitu kira-kira pertanyaan Bunga. Lelaki Tua pun menjawab "Sudah. Ikut saja."

Bunga pun menuruti perintah Lelaki Tua karena penasaran. Diajaknya Bunga oleh Lelaki Tua ke tempat tetangganya yang sedang berbisnis buah Alpukat, Apeng. Bertemulah mereka bertiga di tempat Apeng berbisnis. Apeng pun menjelaskan pekerjaan yang dia punya. 

"Pekerjaan ini gampang. Karena saudara-saudara saya sedang tidak ada, jadi tidak ada yang bisa mengirim orderan Alpukat. Tadi saya ngobrol sama si Bapak (maksudnya Lelaki Tua), dan katanya siap membantu. Jadi gimana? Siap membantu? Nanti saya kasih Lima Ribu Rupiah untuk satu tempat sebagai upahnya. Kebetulan sekarang ada dua tempat yang memesan Alpukat. Jadi, kalian akan mendapatkan upah sebesar Sepuluh Ribu Rupiah."

"Okelah kalau begitu. Saya siap membantu." Sahut Bunga. 

Bunga dan Lelaki Tua pun menerima pekerjaan itu, karena setelah ditinjau, jarak orderannya tidak terlalu jauh. Dengan meminjam motor Kakek Bunga, Bunga dan Lelaki Tua pun pergi bekerja, menuju ke dua tempat yang memesan Alpukat Apeng. 

Matahari begitu teriknya ketika mereka menuju tempat tujuan. Mereka melawan teriknya matahari itu dengan bermodalkan helm, sehingga kulit kepala mereka tidak terkena tusukan terik matahari. Tak lama kemudian, mereka pun tiba pada tempat tujuan yang pertama. 

Lelaki Tua menawarkan diri untuk mengantar Alpukatnya kepada si pemesan. Dia menyuruh Bunga untuk menunggu di motor. Bunga pun menurut. Dengan menjinjing kresek hitam berisikan Alpukat, Lelaki Tua melangkahkan kakinya ke tempat si pemesan. Dengan wajahnya yang berseri-seri, tak lama kemudian, Lelaki Tua kembali dan telah menyelesaikan tugasnya. 

"Ini lima ribu, buat kamu. Masukin ke saku celana." Perintah Lelaki Tua kepada Bunga. Bunga pun menurut. Dia memasukkan Lima Ribu Rupiah itu ke saku celananya. Setelahnya, Lelaki Tua kembali pada goncengannya. Mereka pun bergegas menuju tempat tujuan yang kedua.

Terasa tetes-tetes air turun dari langit ketika mereka sedang menuju tempat tujuan yang kedua. Langit memperlihatkan mendung. Matahari yang terik mulai meredupkan diri. Mereka pun mendapati gerimis. Namun mereka melanjutkan perjalanan mereka. Bunga pun mengebutkan laju motor Kakeknya, agar tidak mendapati hujan. Tibalah mereka di tempat tujuan yang kedua itu dengan selamat.

Seperti sebelumnya, Lelaki Tua menawarkan diri untuk mengantarkan pesanan kepada pemesan. Lagi-lagi Bunga menunggu di motor Kakeknya. Tak begitu lama, Lelaki Tua kembali, tugasnya mengantarkan pesanan telah dia selesaikan. Lelaki Tua menyelipkan uang Lima Ribu Rupiah ke dalam sakunya. Bunga bersiap-siap menyalakan motor Kakeknya. Mereka pun bergegas kembali ke tempatnya Apeng. 

Sesampainya Bunga dan Lelaki Tua ke tempat Apeng, Apeng langsung berterima kasih. Tugas untuk mengantar pesanan Alpukat ke dua tempat telah mereka tuntaskan. Bunga dan Lelaki Tua pun mempunyai uang sebesar Lima Ribu Rupiah di saku celana masing-masing. Bunga segera mengembalikan motor kepada Kakeknya. Setelahnya, Bunga dan Lelaki Tua kembali ke loteng, serentak mengucapkan "Alhamdulillah".

Purwakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun