Beberapa tokoh besar dalam filsafat Islam seperti Mulla Sadra dan Ibn Arabi memiliki peran penting dalam pengembangan konsep irfani. Mereka menyatakan bahwa pengetahuan yang benar dapat diperoleh tidak hanya melalui logika atau akal, tetapi juga melalui pengalaman langsung dari penyatuan mistis dengan Tuhan.
Mulla Sadra mengembangkan teori yang disebut Hikmah al-muta'aliyah atau filsafat transendental. Menurutnya, akal adalah hal yang penting, namun pengetahuan tertinggi hanya dapat dicapai saat akal dan pengalaman mistik bersatu. Bagi Mulla Sadra, pengetahuan intuitif dari pengalaman spiritual lebih mendalam daripada pengetahuan dari studi akademis.
Di sisi lain, Ibn Arabi memperkenalkan konsep *Kashf atau penyingkapan batin*, di mana seseorang dapat langsung "melihat" realitas ilahi tanpa perlu perantara akal. Pengetahuan ini, menurut Ibn Arabi, adalah pengalaman langsung dengan Tuhan, dan ini hanya bisa dicapai ketika seseorang mencapai fana
Nalar Irfani Sebagai Jembatan Antara Filsafat dan Mistisisme
Dalam En Islam Iranien, Corbin menekankan bahwa filsafat Islam, khususnya di wilayah Iran, tidak hanya berfokus pada rasionalitas (akal) yang kita temukan dalam tradisi filsafat Yunani, tetapi juga memberikan tempat yang sangat penting bagi irfan atau pengetahuan mistik. Di dalam tradisi filsafat Islam Iran, filsafat dan mistisisme tidak dipandang sebagai dua hal yang terpisah atau bahkan bertentangan. Sebaliknya, Corbin menjelaskan bahwa keduanya saling melengkapi.
Pendekatan Mistis dalam Metode Irfani
Pendekatan mistis dalam metode irfani sangat menekankan pentingnya pengalaman batiniah yang mendalam. Para sufi memperkenalkan metode-metode seperti dzikir (pengulangan nama-nama Allah) dan muraqabah (kontemplasi batin) untuk membersihkan jiwa dari pengaruh duniawi dan membuka hati bagi pengetahuan ilahi. Proses ini tidak terjadi secara instan, melainkan membutuhkan perjalanan spiritual yang panjang dan disiplin.
Hubungan Antara Akal dan Intuisi
Salah satu aspek penting dari metode irfani adalah keseimbangan antara akal dan intuisi. Dalam Islam, baik akal maupun intuisi diakui sebagai sumber pengetahuan. Namun, pendekatan irfani menekankan bahwa akal memiliki keterbatasan, terutama dalam konteks hal-hal yang bersifat metafisik. Oleh karena itu, intuisi dan pengalaman mistik diperlukan untuk melengkapi apa yang tidak bisa dijangkau oleh akal.
Relevansi Metode Irfani di Era Modern
Meski metode irfani berkembang dalam konteks intelektual klasik Islam, relevansinya masih sangat kuat dalam dunia modern. Di tengah dunia yang semakin materialistis dan rasionalis, banyak orang merasa terasing dari dimensi spiritual kehidupan. Metode irfani menyajikan sudut pandang yang berbeda, mengingatkan kita bahwa ada pengetahuan yang lebih tinggi daripada hanya yang dapat dipahami oleh akal dan sains.