Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan tuhan yang mempunyai, hawa nafsu. Hal ini yang sering membuat manusia lupa akan kewajibannya sebagai umat kepada Tuhanya. Terkadang mereka lebih sering mementingkan yang berhubungan dengan duniawi dibandingkan memikirkan larangan pencipta-Nya. Ketika manusia sudah berada di titik kebingungan barulah ia berdoa dan meminta kepada Tuhan. Mungkin Inilah yang membuat taufiq ismail berpikir untuk menulis sebuah puisi yang berjudul "Doa".
Tuhan kami,
Telah nista kami dalam dosa bersama,Â
Bertahun membangun kultus,Â
Dalam Pikiran yang ganda...
Dan menutup hati nurani,
Dalam bait pertama puisi, penulis membuat kita memikirkan dosa apa yang telah kita perbuat, Hal apa yang telah kita langgar.
Larangan yang tuhan beritahukan kepada umatnya ada banyak sebenarnya. Memang terkadang manusia mengabaikannya dengan mudah dan berpikir sesekali melanggar tidak apa kan?. Satu pertanyaan kepada diri sendiri yang membuat kita semakin jauh dengan surganya sang pencipta. Membuat timbangan amal buruk lebih berat dibandingkan amal baik yang kita perbuat pada hari-hari sebelumnya.Â
Perlakuan melanggar larangan jelas membuat Tuhan murka. Dosa yang sudah ada pada catatan amal kita jelas akan bertambah. Membuat kita semakin jauh dari surga nya sang Pencipta. Disaat Tuhan memberikan ganjaran atas apa yang kita lakukan, barulah kita tersadar dan langsung berdoa memohon ampunan kepada sang Pencipta. Seperti yang ada pada bait kedua Puisi Doa.Â
Ampunilah kami,Â
Ampunilah
Amin.Â
Semurka apapun, Tuhan akan tetap memaafkan hambanya yang mengakui kesalahannya dan bertaubat kepadanya atas segala dosa yang telah diperbuat oleh hambanya
tersebut.Â
Salah satu sifat manusia adalah lalai, mudah terlena dan kurangnya bersyukur membuat manusia sering kali melupakan tuhannya, saat tertimpa musibah mereka akan mengingat tuhan meminta pengampunan dan berjanji banyak hal
Kemudahan ini yang membuat manusia semena-mena. Karena tahu Tuhannya akan selalu bersamanya, memaafkannya, mengampuninya dan menerima segala doa hambanya yang ditadahkan kepada-Nya. Seperti halnya pada bait ketiga puisi doa membuat kita menyadarinya.
Tuhan kami,Â
Telah terlalu mudah kami,
menggunakan samamu,Â
Bertahun di negeri ini,
Pada bait ini penulis mengajak kita merenung bahwa terkadang Tuhan tak langsung menjawab doa kita agar kita terus berserah kepada-Nya maupun berharap kepada-Nya. Seperti bait keempat ini
semoga....
kau rela menerima kembali,
 kami dalam barisan mu,Â
Ampumlah kami,
Ampunilah,
Amin....
Bukan semata-mata pengungkapan perasaan, terkadang puisi juga membuat si pembaca sadar akan beberapa hal salah satunya Pada tingkat keimanan kita dalam pusi "Doa" ini mengajarkan beberapa hal tentang kita sebagai manusia yang diciptakan untuk berdoa dan berserah kepada sang Pencipta. Mengejar kebahagiaan dunia tidak seindah mengejar kebahagiaan surganya sang Pencipta. Karena dunia bukanlah hal yang abadi ataupun kekal, keabadian hanya ada pada sang Pencipta.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H