Kududuk berdua di kendaraan yang sama.
Melewati masa tua yang tak tau sampai kapan kami berpisah.
Yang nanti berselimut kain terakhir yang jarang dipakai orang.
Ialah kain kafan.
Memandangi pemandangan dengan semilir angin yang sedang bercanda dengan ombak.
Kami pun tersenyum walau matahari sedikit pelit menyinari.
Dan awan sedang beraktifitas dengan keegoisannya menutupi sinar matahari.
Tak masalah.
Selama semesta belum membenci kami.
Belum mempertemukan kami dengan tanah.
Belum mengizinkan kami membuat batu nisan yang menghasilkan tangisan.
Dan di situlah letak kebahagian dari cinta yang sederhananya lebih kecil dari atom sekali pun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H