Mohon tunggu...
yahyabms
yahyabms Mohon Tunggu... -

Menulis adalah bagaimana cara memecah kebekuan berfikir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kau Tetap Hitam

19 Juli 2014   06:26 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:55 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sperma tertumpah, maka bila Allah berkehendak, salah satunya akan memenangkan pertarungan antar sesama zigot, memasuki sel telur pertama kali, seiring waktu akan menjadi gumpalan darah, lalu seonggok daging, lalu Allah ciptakan tulang, kemudian ada kulit untuk membungkus, tinggal menunggu hari dan bulan berlalu, keluarlah seorang anak manusia, diiringi tangis yang tragis, si bayi sepertinya merasa “dikeluarkan” dari surga menuju dunia yang penuh pertempuran, penuh pertarungan berdarah-darah, tapi dasar manusia tidak peka, bukannya menghibur tapi malah bahagia, kalian harusnya tahu perasaan si bayi.

Alkisah ada yang bercerita kalau bayi itu menangis karena mendapat sambutan tidak menyenangkan dari makhluk-makhluk yang tidak terlihat, katanya si bayi seakan-akan sudah mendapat ancaman serius, tapi entahlah, ilmu seperti itu hanya akan dimiliki para nabi dan rasul, manusia biasa lainnya hanya bisa mengira-ira.

Semua manusia terlahir sama, sama-sama telanjang, hanya bisa menangis, dan tidak mampu move on dari tempat berbaring, orang tuanyalah yang akan menjadikan ia seperti apa, seperti bajingan atau alim ulama berbudi pekerti luhur.

Malam yang tidak lagi dingin seperti kemarin, masih duduk depan layar berwarna, merah mendominasi benda modern ini, menghadirkan sesuatu semu yang telah menjadi kebutuhan primer manusia zaman sekarang, bisakah kita kembali pada masa sebelum barang ini ada? Bukan kembali dalam arti menjelajahi waktu, tapi kembali pada cara hidup. Benda ini lahir seiring perkembangan kecerdasan, luar biasa memang manusia, sesuatu yang indah bisa diwujudkan, tidak percuma Allah menghadiahkan akal untuk kita semua, tapi semua karya pintar ini menyakiti alam, lihatlah udara kotor, air sungai keruh dan berbau tidak sedap, dan panas matahari menyengat langsung ke kulit, membuat hidup ini makin bercucuran keringat, hidup menjadi lebih melelahkan, perasaan ingin menghajar orang makin ringan, dan kita semua menjadi robot, padahal seharusnya cukup mesin-mesin itu yang jadi robot.

Aku pun ikut dirobotkan, kini hanya bisa terpaku didepan layar, duduk selama seharian dikamar, semua sekarang bisa dilakukan tanpa keluar dari pintu, tinggal tekan tombol, apapun yang dimau niscaya datang.Apapun itu, semuanya, bahkan untuk bergaul tidak perlu lagi menyambangi orangnya, cukup memainkan jari, sudah keluar respon, canggih bukan? Teringat cerita orang dahulu yang bahkan untuk mendapatkan cinta dari yang disukainya, perlu perjuangan membuat surat kaleng, belum lagi menembus pengawalan ketat bapaknya, sekarang semua itu kuno, bahkan si bapak pun bisa jadi tidak tahu, tahu-tahu sudah kawin lari.

Ah layar berwarna, fantasi tiada batas, semua kebebasan ini mengantarku melihat seorang gadis manis, bintang di kampusnya, fotonya terpajang begitu saja, sudah berapa orang yang melihat? Mungkin banyak laki-laki diluar yang jatuh hati padamu, ya foto berisi wajahmu ini mengeluarkan pesona, aku pun mengakuinya.

Aku selalu penasaran denganmu, untungnya semua data pribadi terpampang jelas, aku hanya perlu melihatmu di dunia nyata, wajahmu yang selalu terbayang membuat aku teringat, melebihi ingatanku pada tugas kuliah, ah ingin sekali melihat seperti apa rupamu sebenarnya, ah ingin sekali, seperti seorang ibu hamil ngidam bakso jam 2 malam.

Pagi ini aku mampir sebentar ke perpustakaan, hilir mudik manusia entah dari ras manapun, seketika muncul wajah itu, ya muka itu, aku sepertinya familiar sekali tapi kok belum pernah bertemu sebelumnya, kucoba membuka-buka file didalam otak, siapa sih dia? Kayaknya pernah lihat? Tapi dimana? Siapa sih kau? Berani-beraninya memaksaku berfikir?.

Ah sudahlah, kutinggalkan saja gejolak ini, kulangkahkan keluar, namun ingatan muncul, oh dia si itu

Kan? Ternyata, tapi kok wajahnya hitam? Tidak berseri seperti di foto? Oh ternyata tipuan zaman sekarang pun canggih, wajahmu tidak sesuai yang terpajang, dan dia pun tetap akan hitam karena sudah terlanjur hitam, tapi dari data pribadinya, setidaknya ia tak akan menggantungkan penampilan fisik, ia perempuan luar biasa, mana mungkin pria urakan sepertiku bisa menyuntingnya, kecuali keajaiban Allah yang berbicara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun