Mohon tunggu...
yahyabms
yahyabms Mohon Tunggu... -

Menulis adalah bagaimana cara memecah kebekuan berfikir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Mbah Fergie hingga Mbah Amien dan Mbah Kalla

18 Oktober 2014   17:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:33 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usia senja identik dengan bermain bersama cucu, berkebun, hingga jalan-jalan rutin di pagi hari. Kakek itu sosok yang dihormati, semua perkataannya seolah-olah jitu berkat segudang pengalamannya. Anak-anak muda selalu menaruh hormat entah melalui isyarat fisik maupun penghormatan pada pemikirannya.

Kakek yang di-Bully

Tapi ada cerita berbeda dari beberapa kakek yang sangat tersohor ini, contoh pertama ialah seorang pria tua yang lahir ketika perang dunia kedua mulai memanas di Eropa, tepatnya tanggal 31 desember 1941 di kota Glasgow, Skotlandia, salah satu bagian kerajaan Britania Raya, nama sosok ini adalah Alexander Ferguson, atau disingkat Alex Ferguson. Penggemar bola tidak asing dengan kakek 72 tahun ini, sang manajer legendaris Manchester United, bukan hanya menjadi ikon bagi klub yang pernah dibesutnya tapi juga bagi kompetisi English Premier League (EPL), dimana Mbah Fergie (sapaan Ferguson) menggondol 13 trofi sepakbola tertinggi Inggris, intinya ada EPL pasti ada Mbah Fergie.

Selain mendominasi kompetisi domestik, Opa Ferguson juga membawa MU dua kali dinobatkan sebagai yang terbaik di Eropa yakni tahun 1999 dan 2008, itu belum termasuk beberapa partai final yang diikuti tanpa meraih gelar juara. Atas prestasi dan dedikasi luar biasa itulah, Kakek Alex diberi gelar kehormatan oleh Kerajaan Inggris dan berhak menyandang gelar Sir didepan namanya, sebuah keistimewaan bagi seorang warga biasa.

Bukan hanya mampu mengantar timnya menjadi yang pemenang, tapi juga memoles pemuda-pemuda biasa menjadi bintang yang melegenda, dari era 90an Mbah Ferguson mengorbitkan sosok seperti Eric Cantona, Ryan Giggs, Paul Scholes, David Beckham hingga Peter Schmeichel, dan di era 2000an pemuda kampung macam Cristiano Ronaldo meroket menjadi pemain termahal dunia berkat didikan keras Sir Alex, kesimpulannya kemampuan sebagai manajer benar-benar paripurna mulai dari urusan taktik hingga mental semua benar-benar sempurna.

Namun, kerja manusia lama-lama akan terhenti karena faktor usia, inilah yang menimpa pria berkacamata ini, usia tua mau tidak mau membuat dia memutuskan pensiun, mulai berhembus rumor siapakah penerus raja Old Trafford yang akan menduduki kursi panas pelatih hingga akhirnya atas saran Fergie pula manajemen MU menunjuk seorang warga Skotlandia lainnya bernama David Moyes.

Selepas manajer yang terkenal dengan metode hair dryer menikamti masa tuanya, MU dibawah kendali Moyes mengalami serangkaian episode buruk, rekor-rekor fantastis mulai terpecahkan, sayangnya itu dinikmati oleh lawan-lawannya, klub-klub yang lebih kecil seperti Newcastle dan West Bromwich adalah penikmat rekor meraih kemenangan pertama di Old Trafford setelah sekian puluh tahun harus tertunduk kala bertandang ke Kota Manchester. Belum lagi si “Tetangga berisik” yang makin perkasa ditangan manajer gaek, Manuel Pellegrini atau euforia Chelsea pasca kembalinya the special one Jose Mourinho ke London dan juga Liverpool (ketika masih diperkuat Luis Suarez) yang nyaris menjuarai EPL, pada akhirnya MU terseok-seok dan menerima kenyataan pahit, kehilangan wibawa dan tidak lolos ke kompetisi Eropa.

Musim yang buruk ini membuat Moyes lengser dari kekuasaannya, lantas Mbah Fergie pun ikut kena getahnya, tidak lain karena ia yang menyarankan Moyes sebagai penerusnya. Jamie Caragher, legenda liverpool menyatakan ketidaksetujuannya pada bullying terhadap Ferguson mengingat prestasinya yang mentereng. Pemain kontroversial Joey Barton mempertanyakan apakah Fergie sudah move on dari dunia kepelatihan yang telah membesarkan namanya, Barton mempertanyakan untuk apa Ferguson selalu menonton pertandingan MU, uniknya bila kakek ini muncul di tribun, MU lebih sering kalah.

Kemarin Tidak Sekarang Iya

Meloncat jauh dari daratan Britania ke kepulauan “kolam susu” yang dinamai Indonesia oleh James Richard Logan (orang Inggris juga), gelaran pesta demokrasi menyita banyak perhatian terutama bagi para netizen, lagi-lagi dua kakek ini mencuri perhatian.

Pertama, ada Amien Rais, professor Fisipol UGM menyandang predikat bapak reformasi, keberaniannya mencetuskan isu suksesi pada tanwir Muhammadiyah tahun 1993 mengejutkan, presiden Soeharto sampai harus mengaku sebagai anak muhammadiyah untuk menanggapi hal ini. Pada pemilu 2014 ini Mbah Amien memutuskan mendukung Prabowo, menantu Soeharto! Entah darimana asalnya muncul kliping berita tahun 1998 dimana Amien gagah mengecam oknum pimpinan Prabowo dan bernazar berjalan kaki dari Jogja ke Jakarta, disinilah awal mula cyber bully menimpa kakek kelahiran Solo, dari dunia maya berlanjut ke dunia nyata, kemarin rumahnya di wilayah Sleman diruwat oleh sekelompok orang, katanya supaya Amien terbebas dari hawa nafsu yang mengubahnya menjadi sengkuni, wah ada-ada saja.

Kedua, Jusuf Kalla, lulusan FE Unhas yang kondang sebagai pengusaha. Sama seperti Mbah Amien, Mbah Kalla bukan nama yang asing di jagad politik Indonesia, seperti Ferguson di panggung sepakbola Inggris. Pemilik Kalla Group ini digandeng Jokowi dan akhirnya keluar sebagai pemenang pilpres 2014, selamat! Ada cerita menarik sebelum Pria Bugis ini “dilamar” Jokowi, sebelumnya memang sudah berhembus kabar kalau mantan Wapres periode 2004-2009 akan dipasangkan dengan mantan Walikota Solo, sekali lagi internet membuktikan tajinya, potongan berita berisi statement Kalla bahwa Jokowi tidak cocok memimpin negara bermunculan, lalu sama seperti Mbah Amien, Mbah Kalla juga menjadi objek bully.

Kita Semua Sama

Pikiran manusia mudah berubah-ubah, semuanya pun begitu, tidak perlu munafik kalau kemudian datang tawaran menarik dari orang yang dulu pernah ditentang atau diragukan semua orang pasti akan menerima. Orang-orang yang membully dua kakek itu pasti pernah mengalaminya, maka dari itu kita disuruh untuk tidak terlalu mencintai dan membenci berlebihan, karena suatu saat hal itu menjadi kebalikannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun