Sajadah panjang terhampar di pagi yang hening,
Merah jingga mentari membelai lembaran kain itu,
Seperti medan perjalanan panjang menuju hati-Nya,
Tempat sujud dan berharap, dalam kepasrahan yang tulus.
Jejak waktu terukir di setiap jahitan sajadah itu,
Sebagai saksi bisu perjalanan hidup yang berliku,
Kerut-kerut waktu adalah cerita yang terbaca,
Dalam setiap lipatan, ada kenangan yang bersemi.
Di atasnya, terukir tasbih-tasbih doa yang dilantunkan,
Seperti mutiara-mutiara di lautan kerinduan,
Sujud adalah bahasa, bukan hanya gerakan,
Sang Pencipta mendengar, dalam diam yang tak terkata.
Sajadah panjang, seperti jalan bercabang di padang gurun,
Menuntun arah dalam kebimbangan dan pilihan,
Di sana, hati menemukan ketenangan yang hakiki,
Sebagai tempat mengadu, dalam sajadah yang panjang.
Di setiap serat kain itu terpintal kisah perjalanan,
Mengiringi sujud-sujud dalam setiap waktu,
Sajadah panjang adalah teman setia jiwa yang merindu,
Menuju pada-Nya, dalam cinta yang tak terbatas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H