"Toleransi berarti membuka probabilitas lain dalam berpendapat. Toleransi tak hanya wajib dalam agama tapi dalam semua interaksi sosial, politik dsb."
– Muhsin Labib
“Amanah-Kanisius! Well, well, well!”
Dengan penuh semangat, kami semua bersorak pada malam pentas seni sebelum perjalanan kami balik ke sekolah kami. Slogan ini menjadi simbol persahabatan antar kami para Kanisian dan para santri serta santriwati Pesantren Amanah Tasikmalaya.
Ekskursi ke Pesantren Amanah di Tasikmalaya ini dirancang untuk mempererat toleransi dan kebersamaan antarumat beragama. Setelah dua hari penuh aktivitas, saya merasa telah mendapatkan pengalaman yang meninggalkan kesan mendalam serta pelajaran berharga — pengalaman tanpa gawai, tugas, ataupun beban memikirkan pelajaran.
Jadi Bagaimana Jika Tidak Seperti Biasanya?
Pada hari pertama, saat tiba di pesantren, saya merasa canggung ketika bersalaman dengan pengurus OSIS mereka. Ada rasa keraguan karena takut membuat kesalahan kecil yang mungkin dianggap tidak sopan di mata mereka. Namun, setelah mendengarkan ceramah dari salah satu perwakilan pesantren, rasa khawatir saya dikit demi sedikit memudar. Pesan mereka untuk bersikap sewajarnya membuat saya lebih legah untuk berinteraksi.
Siang itu, saya menghabiskan waktu bersama teman-teman baru untuk berkeliling pesantren dan mencoba berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Dari sekian banyak aktivitas yang ditawarkan, saya tertarik mencoba panahan. Meski belum mahir, saya merasa senang karena semua orang di sana sangat mendukung. Tidak ada rasa takut dihakimi dan suasana penuh semangat itu membuat saya merasa diterima dengan hangat.
Pemandangan yang Sungguh Indah
Hari kedua dimulai dengan sedikit kepanikan karena saya bangun terlambat, sementara para santri sudah memulai kegiatan pagi mereka. Namun, semangat kami tetap terjaga karena ada rencana mendaki Gunung Galunggung.