Meski tidak sampai puncak — hanya sampai sekitar seribu meter di atas permukaan laut menurut temanku — perjalanan menuju kakinya tetap memberi tantangan tersendiri. Di tengah udara pegunungan yang segar dan pemandangan hijau yang menenangkan, kami berjalan mendaki tangga sambil bercanda dan menikmati kebersamaan.
Usai mendaki, kami mampir di sebuah warung sederhana untuk makan siang. Sajian ikan bakar yang disajikan warung sesungguh nya menggugah selera sampai sekarang pun saya dapat mencicipi kelezatannya walaupun hanya di alam bawah sadar. Makan bersama di warung itu menjadi pengalaman hangat yang dipenuhi gelak tawa, mempererat kebersamaan di antara kami.
Awal Malam Tak Terlupakan
Ketika malam tiba, kami berkumpul di aula lantai dua salah satu gedung untuk sesi pentas seni. Malam itu penuh dengan nyanyian, tarian, dan sorakan semangat. Kami semua – mau itu dari Kanisius ataupun Amanah – mendapat kesempatan menunjukkan bakat masing-masing.Â
Tepukan tangan serta dukungan dari teman-teman menciptakan suasana yang menyentuh hati. Saya merasakan kebahagiaan mendalam selama berpesta di ruangan itu karena sangat terasa bahwa kami saling menghargai dan mendukung keberanian satu sama lain.
Ekskursi ini bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan emosional dan spiritual yang memberikan saya pengalaman serta jaringan koneksi persahabatan yang mungkin saja tidak akan terjadi lewat perjalanan hidup biasa.Â
Momen-momen seperti ini sungguh menunjukkan toleransi dan kebersamaan yang menjadi inti dari slogan "Amanah Kanisius: Well Well Well." Saya yakin kenangan ini akan terus melekat pada kami semua dan juga menjadi pengingat akan pentingnya kebersamaan dan saling memahami di tengah keberagaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H