Mohon tunggu...
M Kabul Budiono
M Kabul Budiono Mohon Tunggu... Jurnalis - Old journalism never dies

Memulai karir dan mengakhirinya sebagai angkasawan RRI. Masih secara reguler menulis komentar luar negeri di RRI World Service - Voice of Indonesia. Bergabung di Kompasiana sejak Juli 2010 karena ingin memperbanyak teman dan bertukar pikiran...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tertangkapnya Tersangka Pelaku Teror Bom Brussel dan Teori Gunung Es

25 Maret 2016   16:53 Diperbarui: 25 Maret 2016   18:44 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber foto Dailymail.co.uk"][/caption]Keberhasilan otoritas keamanan Belgia, menangkap  tersangka pelaku peledakan bom di bandar udara Brussel dapat  menjadi langkah penting dalam upaya mengatasi aksi terror. Tidak hanya di Belgia dan Eropa, melainkan di berbagai negara, termasuk Indonesia.  Namun penangkapan pelaku terror bukanlah akhir dari upaya bersama menghadap tindakan tidak berperikemanusiaan yang tidak sesuai ajaran agama.

Terhadap terorisme di Brussel, pemimpin Eropa bertekad bersama memeranginya.     Pemimpin Uni Eropa secara bersama membuat pernyataan keras bahwa serangan di Brussel merupakan serangan terhadap demokrasi mereka. Pemimpin Eropa menegaskan bahwa serangan di Belgia hanya memperkuat tekad mereka untuk membela nilai-nilai Eropa. Karenanya mereka  akan bersatu dan kukuh dalam perang melawan kebencian, ekstremisme keji dan terorisme.   

Komitmen itu penting. Sesungguhnya bukan hanya untuk Uni Eropa, melainkan untuk seluruh negara yang berpotensi menjadi serangan teroris. Pemimpin Eropa semestinya juga memberi perhatian kepada Turki, walau sebagian wilayahnya memang berada di benua Asia. Perhatian juga perlu diberikan kepada Indonesia, sebab Indonesia adalah negara yang juga menjadi serangan teroris. Dan terus bekerja keras memerangi radikalisme dan terorisme serta secara tegas menolak ISIS.

Kebersamaan melawan terorisme tidak hanya diwujudkan dalam bentuk empati saat terjadinya tindakan terror yang menyebabkan korban jiwa dan luka luka, melainkan juga dalam upaya preventif dan aksi membasmi pelaku terorisme.

Ini sangat penting, sebab dengan tertangkapnya tersangka maupun pelaku terror, ancaman tidak begitu saja berakhir. Ahli anti terorisme AS, Clint Watts, menanggapi serangan bom di Paris mengemukakan teori bongkahan es rencana terror. Ia berpendapat, satu serangan teroris, sangat boleh jadi merupakan bagian dari rencana lain yang jauh lebih besar. Keberhasilan menangkap pelaku terror, belum dapat dianggap menyelesaikan masalah. Apa yang terjadi di Belgia membenarkan pendapat Clint Watts. Sekitar satu Minggu sebelumnya, Eropa mengapresiasi keberhasilan otoritas keamanan Belgia, yang berhasil menangkap tersangka pelaku utama Bom Paris yang melarikan diri ke Belgia. Abdessalam ditangkap bersama sejumlah pengikutinya di Molenbeek, satu wilayah di Belgia. Tidak sampai seminggu setelah penangkapan itu,  terjadilah terror di Brussels.

Karenanya kerjasama antar negara menjadi sangat penting dalam mengantisipasi dan melawan aksi terorisme. Tindakan tidak cukup dilakukan sesaat sebagai reaksi atas terjadinya aksi terror, melainkan perlu dilakukan secara bersama, konsisten, dan berkelanjutan. Pernyataan pihak ISIS yang mengaku di belakang tindakan terror Belgia, menjadi dasar tindakan bersama mengatasi aksi terrorisme yang mereka lakukan. ( kbl )

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun