Mohon tunggu...
M Kabul Budiono
M Kabul Budiono Mohon Tunggu... Jurnalis - Old journalism never dies

Memulai karir dan mengakhirinya sebagai angkasawan RRI. Masih secara reguler menulis komentar luar negeri di RRI World Service - Voice of Indonesia. Bergabung di Kompasiana sejak Juli 2010 karena ingin memperbanyak teman dan bertukar pikiran...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memasuki 2011, Tanpa Sambutan Presiden

3 Januari 2011   09:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:00 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti halnya teman media lainnya, pada hari terakhir 2010 saya menunggu sambutan Presiden. Saya meminta teman teman newsroom untuk memantau dan menyiarkan ulang sambutan pak SBY. Tetapi, berbeda dengan sebelumnya kali ini pak SBY tidak memberikan sambutan penutup tahun 2010 dan pengantar ke 2011. There's no 'end-year statement', dari Presiden. Mengapa ? Saya tidak tahu jawabannya. Yang pasti sambutan seperti itu memang not a compulsory - alias bukan keharusan. Dalam agama Islam suatu perbuatan yang dilakukan ataupun tidak, tak berpahala dan tidak pula berdosa, disebut dengan mubah. Lain lagi dalam bahasa Jawa khususnya di kampung saya, mubah artinya mubadzir. Orang selalu bilang, Wah engko malah mubah ' Maksudnya jangan jangan kalau dilakukan malahan nggak ada manfaatnya. Lantas apakah demikian halnya dengan pidato pak Presiden ?  Jika dilakukan jangan jangan malah tidak bermanfaat. Atau bahkan menimbulkan polemik. Sering memang, apa yang dikatakan pak SBY selalu saja diikuti dengan munculnya berbagai komentar. Yang terakhir terkait dengan soal TKW misalnya. Ketika itu dalam rapat kabinet Presiden kita menyatakan keinginannya agar semua TKW diberi HP.Maksudnya agar mereka bisa dengan segera memberitahu setiap persoalan yang dihadapinya. Serta merta muncul tanggapan, salah satunya menilai bahwa pak SBY tidak memahami situasi di lapangan. Sebab memang banyak TKW, terutama di negara negara Timur Tengah kesulitan menggunakan HP. Okelah. Misalnya pada akhir tahun 2010 pak SBY menyatakan bahwa tahun 2011 akan penuh gambaran menggembirakan, apa kira-kira tanggapan yang muncul ? Demikian juga sebaliknya ketika - pak Presiden menyatakan bahwa banyak persoalan yang dihadapi. Jangan jangan orang kemudian menanggapi dengan mengatakan - lah itulah tugas pemerintah mengatasi persoalan, atau - lah Presiden ini kok mengeluh terus sih. ya begitulah, resikonya jadi Presiden. Pun ketika pak Presiden tidak memberikan pernyataan akhir tahun, tetap juga ada catatan. The Jakarta Post misalnya menulis " So, in the absence of any clear direction of its captain, the nation began 2011 wondering where the ship called Indonesia would drift ". Okelah. Tahun 2010 sudah berlalu. Kita menapaki hari hari baru 2011 - with or without an end year statement of our President. Yang pasti hari hari baru sudah terbuka. Kita jalani saja dengan penuh optimisme dan harapan harapan baru. Saya ingat catatan Syafii Ma'arif beberapa tahun lalu di penghujung tahun. Buya yang satu ini sebagaimana dikutip sebuah koran nasional - bilang begini ' Karena Tuhan tidak mengijinkan kita pesimis, maka saya mestilah optimis memasuki tahun baru'. Hari ini di Harian Kompas Mantan Ketua Umum PP Muhamadiyah itu antaralain menutup tulisannya begini  " Mari kita terus memelihara asa dan stamina di awal tahun 2011 ini, bahwa kondisi bangsa kita masih dapat diperbaiki dengan satu syarat ' jangan merasa benar di jalan yang sesat !'. Sayangnya Buya tidak menjelaskan lebih lanjut apa 'jalan yang sesat itu'. Nah di sini sesungguhnya sambutan akhir tahun pak SBY memperoleh bobot strategisnya. Yaitu untuk menjelas tegaskan bahwa ' Pemerintah sungguh yakin bahwa jalan yang ditempuh sudahlah benar dan tidak bakal membuat bangsa ini menjadi tersesat '. Selamat menapaki jalan yang benar di tahun 2011. Salam hangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun