Mohon tunggu...
Emka Nahrawi
Emka Nahrawi Mohon Tunggu... Lainnya - menulis saja

Menulis saja

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menengok ke Pintu Masa Lalu di Lawang Sewu

30 Desember 2018   09:21 Diperbarui: 30 Desember 2018   09:40 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Mungkin tidak ada orang Jawa yang tidak tahu arti kata "lawang sewu". Tentu karena dua kata itu berasal dari bahasa Jawa. Tapi itu tidak lagi dipahami kata per kata saja. Lawang Sewu merupakan sebuah nama tempat bersejarah dengan arsitektur khas Eropa, terutama berkaitan dengan sejarah perkeretaapian di Indonesia.


Lawang sewu artinya seribu pintu. Mungkin jika benar-benar dihitung, pintunya tidak seribu. Konon jumlahnya 928 duan pintu. Seribu menjadi semacam penanda bahwa pintu dari bangunan tersebut sangat banyak.

Lawang sewu adalah sebuah bangunan bekas kantor pusat perusahaan kereta api Belanda bernama Nederlandsch Indische Spoorweg Naatschappij (NIS). Terletak di jantung Kota Semarang, Jawa Tengah.

Ketika mendapat kesempatan berkunjung ke sana baru baru ini, saya langsung teringat dengan film Ayat-Ayat Cinta 1. Konon lokasi syuting ketika Fahri disidang di Mesir me ngambil tempat di sini. Tempat ini memang sering digunakan untuk lokasi syuting dan lokasi prewed. Bangunannya yang bersejarah menjadi daya tarik tersendiri.

Lawang Sewu dibangun Belanda pada Februari 1904 dan selesai tahun 1907. Mulai  difungsikan sebagai kantor pusat perusahaan kereta api Belanda (NIS) di bulan Juli 1907. Bangunan ini menjadi salah satu potret kebudayaan urban Semarang pada awal tahu 1900-an. Penanda kota Semarang sebagai kota kosmopolitan di jaman itu. Sebagian besar bahan bangunan Lawang Sewu didatangkan langsung dari Eropa. Saya jadi bertanya-tanya, mengapa Belanda tidak mengambil material dari tanah Jawa?

Di Lawang Sewu dokumentasi perkertaapian dapat ditemukan . Mulai dari jaman awal ketika pembangunan rel dilakukan tahun 1850. Hingga kereta api jaman now yang menembus berbagai kota di Indonesia. Termasuk barang-barang terkait perkertaapian, seperti pakaian masinis dan telegram kuno untuk mengirim pesan antarstasiun. Saya juga baru tahu kalau di tahun 1922 pernah ada kereta api di Sulawesi Selatan, dari Makassar ke Takalar. Sayan gnya delapan tahun kemudian jalur itu ditutup karena dianggap tidak menguntungkan. Tahun 2014 pembangunan rel kereta dari Makassar ke Pare-Pare dimulai. Apakah ini akan menandai perubahan transportasi masyarakat Sulawesi di masa mendatang? Semoga.

Lawang Sewu jadi museum perkeretaapian. dokpri
Lawang Sewu jadi museum perkeretaapian. dokpri

Gedung A merupakan gedung utama. Dulu gedung ini tempat para petinggi penting Belanda dan perusahaan kereta api berkantor. Sekarang diisi informasi mengenai sejarah perketapian beserta peninggalan-peninggalan penting seperti mesin tik, lemari penyimpanan tiket, telegram, foto-foto kereta api dari zaman ke zaman. Saya menatap lekat foto orang-orang pribumi yang dipaksa mengerjakan jalur kereta api di tahun 1800. Nampak orang Belanda mengawasi pribumi berkerja . 

Saya tidak bisa bayangkan jaman itu. Bagaimana sistem tanam paksa (cultuurstelsel) menyiksa pribumi. Tapi hasilnya, Belanda meninggalkan banyak infrastuktur yang hingga kini masih digunakan, seperti jalan, jembatan, dan bangunan. Para pendahulu kita berada di bawah tekanan penjajah mengerjakan itu semua.

Di gedung B yang bersambung dengan gedung utama membentuk huruf L, ada toko yang menjual souvenir dan baju baju khas Semarang. Ada juga pelukis karikatur wajah. Duduklah di depan pelukis, lalu dia akan menoreh di atas kanvas. Tentu ada harga yang harus dibayar. 

Saya lalu naik ke lantai dua. Banyak foto terkait kereta api modern digantung rapih. Seperti berada dalam sebuah pameran lukisan. Saya keluar ke balkon. Memandang ke sekeliling. Mata saya menangkap bangunan yang lebih kecil. Ada tulisan gudang dan toilet. Gedung sebelahnya lagi juga hampir sama besarnya. Ada logo sebuah waralaba dari Amerika. 

Sepertinya itu satu-satunya tempat makan yang ada di dalam kawasan lawang sewu. Meskipun di luar pagar ada beberapa gerobak jualan tapi tidak sebanding dengan waralaba itu. Kenapa hanya satu? Dan mengapa waralaba itu? Apakah tidak ada restoran asli Indonesia yang bisa masuk ke Lawang Sewu?

Dari atas balkon gedung B. dokpri
Dari atas balkon gedung B. dokpri

Setelah bosan berkeliling, saya duduk di bawah pohon besar di halaman gedung. Ada segerombol pemain musik yang sedang bermain. Mereka memainkan lagu-lagu populer terutama lagu dangdut. Para pengunjung juga dipersilakan untuk request lagu. Ada kotak untuk menaruh uang. Para pengunjung sukarela memasukkan uang ke dalamnya.

Angin berembus pelan, diiringi lagu entah apa, tapi lagunya seperti lagu keroncong. Pikiran kembali terbawa ke masa lalu. Ketika wajah-wajah khas Eropa bukan hal asing di sini. Saya jadi membayangkan bisa menyaksikan itu semua tapi dalam kesadaran masa kini. Bagaimana caranya? Abang ojek online yang mengantar saya memberitahu, kalau mau bisa dibukakan mata batin untuk menyingkap kegaiban. 

Saya penasaran dengan masa lalu. Tapi saya juga tidak akan kuat jika melihat makhluk lain. Ada banyak makhluk menyeramkan yang akan terlihat. Bukan saja noni Belanda, bisa jadi makhluk degan segala rupa yang dilihat.

Menikmati senja di halaman Lawang Sewu. dokpri
Menikmati senja di halaman Lawang Sewu. dokpri
Saya masih duduk di halaman. Hanya mengimajinasikan masa lalu di awal bangunan ini beroperasi. Itu sudah cukup. Saya tidak ingin dihantui kegaiban yang tersingkap itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun