Meneliti Habit Kemajuan Bangsa
Oleh Muhammad Julijanto
Mengapa manusia selalu melakukan penelitian setiap waktunya? Manusia berusaha meneliti apa yang dibutuhkan, apa yang ada dan tersedia, mencoba mencari apa yang belum ada dalam kehidupan. Ujian coba dan percobaan terus dilakukan untuk memenuhi rasa tahun. Telah terbukti bangsa-bangsa besar dan maju. Terus mengembangkan riset dan penelitiannya dalam rangka memacu pertumbuhan dan perkembangan berbagai lini kehidupan. Teknologi, budaya, sosial, seni dan hukum terus dikaji untuk memberikan kontrubusi terdepan dalam kemajuan bangsa.
Lembaga-lembaga penelitian dan inovasi terus digenjot dalam rangka meroketkan perkembangan Masyarakat. Terutama Lembaga Pendidikan didorong untuk memberikan inovasi terbaik dalam mengembangkan layanan Pendidikan yang progresif. Peserta didik dilatih dan dibekali kemampuan dasar melakukan pengkajian dan pengembangan. Kurikulum Pendidikan sudah dikenalkan dengan kemerdekaan berpikir, kemerdekaan melakukan kreativitas tanpa batas, mengeksplorasi potensi dan kemampuan anak untuk meningkatkan rasa ingin tahu yang tinggi dengan pembelajaran Merdeka. Etos belajar dan kreativitas terus diasah dan menjadi kebiasaan dalam kehidupan (habit research).
Sementara tradisi riset dan pooling hanya ramai  saat menjelang pemilu dan menjelang pilkada. Dalam bidang yang lain jarang hasil riset dipromosikan, menjadi bahan omon-omon, apalagi sidang DPR, DPD, DPRD belum terdengar para peneliti kita memberikan paparan hasil risetnya di ruang sidang mulia. Padahal kebijakan-kebijakan strategis nasional sudah banyak hasil riset dan dikompetisikan di perguruan tinggi untuk mendapatkan grand funding.Â
Inilah perlunya kolaborasi antara Lembaga Pendidikan, Lembaga penelitian dan pengembangan, Lembaga riset, Lembaga pengkajian dan Lembaga thinktank yang dibuat oleh berbagai institusi memberikan kontribusinya dalam pembangunan bangsa. Demikian hampir di semua Lembaga, institusi, organisasi, hingga Lembaga negara mempunyai divisi penelitian dan pengembangan, namun kadang hasil penelitian atau cakupan kajian yang dilakukan belum memberikan kontribusi yang nyata untuk mengembangkan dan memberikan inovasi bagi kemajuan Lembaga tersebut. Atau justru Lembaga tersebut sama sekali tidak menjalankan fungsinya dalam struktur Lembaga. Keberadaannya sama dengan ketiadaannya. Dalam Bahasa lain wujuduhu ka'adamihi-eksistensinya dianggap tidak ada.
Mengapa manusia terus mengembangkan rasa ingin tahunya tentang fenomena kehidupan, tentang fenomena alam, tentang kehidupan Rohani dan spiritual. Dunia hingga sampai saat ini menikmati kemajuan dan perkembangan teknologi yang luar biasa pesat. Karena perkembangan dunia penelitian. Riset adalah menjawab berbagai pertanyaan manusia tentang berbagai hal. Rasa tahu manusia akan berbagai fenomena sosial yang ada.
Sebagai akademisi secara otomatis sebagai peneliti, karena setiap dosen dalam menjalankan profesinya mencakup Tridharma Perguruan Tinggi, Di mana civitas akademika menjalankan tiga fungsi; Pengajaran atau Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat. Pendidikan maupun pengajaran dijalankan dengan mengadopsi semua hasil penelitian dan pengabdian, sehingga dalam pembelajaran yang dilakukan dosen mampu mentransformasikan hasil penelitian dan hasil pengabdian kepada peserta didik atau mahasiswa, yang diharapkan mahasiswa mempunyai kompetensi dan mampu mencapai Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) di mana mahasiswa mempunyai skill sebagaimana profil lulusan pada program studi yang dipilihnya. Hasil penelitian dan hasil pengabdian kepada Masyarakat yang berbasis pada tindak lanjut hasil penelitian akan semakin memantapkan pembelajaran dan pendidikan yang dijalankan, sehingga sumber daya unggul dapat dicapai.
Dunia riset di Indonesia
Indonesia saat ini sangat haus akan sumber daya manusia unggul yang mempunyai kaya pengetahuan dan skill tinggi yang dapat mentransformasi pengetahuan dan keahliannya menjadi budaya peradaban tinggi bangsa, sehingga meneliti dan mempublikasikan hasil riset menjadi tuntutan dalam dunia Pendidikan dan profesional.
Data-data negara-negara maju yang mengembangkan tradisi penelitian dalam pendidikannya menujukkan UNESCO Institute for Statistics (UIS) periode 2016-2018 merilis jumlah penelitiandi Indonesia sekitar 216 orang pers 1.000.000 penduduk. Bila dibandingkan dengan Negara Maju seperti Amerika Serikat memiliki 3.000 peneliti per 1.000.000 penduduk. Jumlah tersebut jauh tertinggal dengan Cina (1.307), Rusia (2.784), Jepang (5.331), dan Korea Selatan (7.980). (Nasional.kompas.com). Sementara jumlah publikasi ilmiah tahun 2020 mencatat 46.513 publikasi ilmiah dalam negeri.
Hal tersebut mendorong bangsa Indonesia untuk terus berbenah mengejar ketertinggalan dalam dunia Pendidikan dan riset, yang menjadi jantungnya peradaban maju dan peradaban ilmu pengetahuan.