Kesholehan spiritual dan kesholehan sosial perlu dibentuk sejak dini mungkin melalui pendidikan dan pengajaran yang dilakukan di sekolah dasar dan menengah. Etos kedermawanan ditanamkan kepada generasi muda, menjadi gaya hidup sosial interpreneurship. Kedua bentuk kesholehan tersebut seperti dua mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain, sehingga orang yang shaleh secara spiritual menjadi lebih membumi dan berpengaruh nyata terhadap lingkungan sekitarnya. Bukti keberadaannya terasa kehadirannya. Hartanya menjadi berkah dan terus berkembang dari yang masih ada.
Sistem nilai yang ditawarkan Islam dapat menjadi satu pijakan untuk menentukan arah kemana horizon harus melangkah, sekalipun masih banyak yang tidak bisa “tertangkap” secara jelas semua pesan-pesan tersebut. Sebagai keseluruhan pesan, Islam sangat memperhatikan kesungguhan, kontinuitas dalam beramal sholih. Dari sini dapat pula dipahami bahwa komitmen sosial, solidaritas sosial dalam bahasa populernya menjadi perhatian pokok utama (Zuly Qodir, 2002: 131).
Solusi masalah masyarakat dan bangsa, masyarakat dibekali dengan keimanan secara benar, bertaubat dari segala bentuk kemaksiatan yang telah dilakukan, bersyukur atas segala anugerah dengan senantiasa berakhlakul karimah, meningkatkan kepedulian, solidaritas sosial, etos kedermawanan, etos filantropi, sehingga masyarakat akan damai, sejahtera dan selalu dalam lindungan Allah Swt dalam keberkahan harta.
Sebagaimana Rasulullah Muhammad Saw bersabda. Dari Ibnu Mas’ud Ra. Dia berkata: Rasulullah Saw bertanya, “Siapakah di antara kalian yang lebih menyukai harta yang akan dia wariskan daripada hartanya sendiri?” para Sahabat menjawab, “Wahai Rasulullah, tidak ada seorang pun dari kami melainkan dia telah mencintai hartanya sendiri”. Beliau kemudian bersabda, “Hartanya yang sebenarnya adalah apa yang dia infakkan, sedangkan apa yang dia tinggalkan sebenarnya adalah harta milik ahli warisnya”. (HR. Bukhari 6442).
Dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda, “”Allah Ta’ala berfirman, “Berinfaqlah waha anak Adam, maka engkau akan diberi gantinya”. (HR. Bukhari 4684). Inti hadis tersebut menjelaskan; anjuran berinfak dan tidak takut miskin, Allah Swt menjanjikan pengganti atas setiap harta yang diinfakkan. Di antara teori keimanan adalah bahwa seseorang tidak kurang karena sedekah. Karena itu sedekah merupakan salah satu bukti keimanan. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang sukses mencapai kesholehan spiritual dan sosial. Apalagi dalam bulan suci Ramadhan bersedekah makin berkah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H