Mohon tunggu...
Muhammad Julijanto
Muhammad Julijanto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta

Tuangkan apa yang ada di dalam pikiranmu, Karena itu adalah mutiara yang indah untuk dinikmati yang lain bila dituangkan, Tetapi bila dipendam hanya untuk diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Tepi Waduk Gajah Mungkur

5 Januari 2024   11:32 Diperbarui: 5 Januari 2024   11:33 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monumen Bedol Desa WGM Wonogiri. Dokpri

Di Tepi Waduk Gajah Mungkur

oleh Muhammad Julijanto

Alhamdulillah di tepi Waduk Gajah Mungkur.


Aku tertusuk-tusuk angin, tembus ke pori-pori tubuhku, hanya kata syukur alhamdulillah Kuucap atas Anugerah nikmat ini.
Sungguh keagungan karuniaMU terasa nyata.


Gemercit burung bersahutan bertasbih dengan aneka kicauan.


Kupu-kupu berterbangan singgah di bunga-bunga Indah berwarna-warni menghisap sari putik untuk saling berbagi, kolaborasi, simbiosis mutualisme.


Itulah kehidupan mestinya saling tolong-menolong, yang lebih berbagi kepada yang sesama untuk menjadi kekuatan yang kokoh dalam arungi hidup ini.

Baca juga: Doa untuk Negeri


Angin terus berhembus tiada henti berikan kesejukan hingga menjadi gelombang-gelombang kecil yang terhempas sampai di tepi waduk.


Sinar matahari sempurna menyinari dunia wujud cinta yang tak pilih kasih, cintanya untuk semesta.


Langit biru bertabur awan putih cerah memberikan motivasi semangat pagi pada semua makhluk di sekitarnya, optimis meraih impian harapan kita dengan kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas semata mengharap ridho Allah SWT

Doa-doa dipanjatkan untuk suksesnya ikhtiar, perjuangan, usaha, karya nyata seberapapun hasilnya itulah anugerah terindah dan terbaik yang disyukuri.

Aku bersyukur atas Nikmatmu
 
Monumen Bedol Desa Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, 5 Januari 2024.
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun