Mohon tunggu...
Muhammad Julijanto
Muhammad Julijanto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta

Tuangkan apa yang ada di dalam pikiranmu, Karena itu adalah mutiara yang indah untuk dinikmati yang lain bila dituangkan, Tetapi bila dipendam hanya untuk diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Gali Potensi Anak dengan Kolaborasi Antara Orang Tua dan Guru

25 November 2023   08:57 Diperbarui: 1 Desember 2023   12:43 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Sukoharjo dalam Latihan Kader Kohati. Dokpri

GALI POTENSI ANAK KOLABORASI ORANG TUA DAN GURU

Oleh Muhammad Julijanto

Didiklah anak sesuai zamannya. Pendidikan dilakukan di rumah bersama orang tua sebagai leader sekaligus guru, teman, mitra, sahabat, teman bermain, sahabat diskusi, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa pertumbuhan, masa pengembangan dan masa berkiprah di luar rumah.

Pembentukan karakter anak dimulai pada saat di alam rahim ibu, anak sudah diajak bicara dan berkomunikasi. Ketika lahir anak sudah diajak berinteraksi secara langsung dari respon sederhana hingga anak usia balita, dewasa. Mereka dikenalkan dengan berbagai nama barang, benda, yang ada di sekitarnya.

Kurikulum pendidikan anak di keluarga adalah tanggung jawab orang tua, maka kekompakan orang tua dalam merencanakan dan mengimplementasikan pendidikan yang memberdayakan, pendidikan keluarga yang mencerahkan, membuka wawasan dan membuka hati.

Tanggung jawab orang tua di rumah

Selama 24 jam anak berada dalam pengawasan orang tua Ketika berada di rumah, apa yang dilakukan anak sejak bangun tidur dan tidur kembali orang tua mendampingi. Orang tua menjadi sahabat, orang tua menjadi teman, orang menjadi guru, mentor, coach, narasumber, pelatih, mitra, menjadi pathner,

Bersama Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Sukoharjo dalam Latihan Kader Kohati. Dokpri
Bersama Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Sukoharjo dalam Latihan Kader Kohati. Dokpri

Orang tua mempunyai kurikulum untuk merekayasa tumbuh kembang anak, dari asupan gizi yang cukup untuk tumbuh kembang dan kecerdasan otaknya. Memberi contoh kepada anak langsung dari kata-kata, ucapan, perbuatan, dan pemikiran, dialog yang kita lakukan kepada anak.

Pembelajaran nilai-nilai, moral, akhlak, budi pekerti, karakter, kepribadian, tingkah laku, etika dalam kehidupan social anak dalam perilaku yang tercermin dalam diri anak.

Keteladanan dan konsistensi orang tua dalam menanamkan nilai-nilai, tidak memberikan toleransi, kepada penyimpangan nilai moral luhur. Anak meneladani sikap, perilaku orang tua. Maka orang tua harus berhati-hati dalam bertutur kata, menata ucapan dan perbuatan. Karena masa pertumbuhan anak dalam imitasi, langsung menirukan apa yang dilakukan orang tua.

Anak merupakan anugerah yang terindah diberikan Allah SWT Setiap anak memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda titik di sinilah dibutuhkan peran orang tua untuk membimbing dan mengarahkan anak sehingga dapat melejitkan setiap potensi yang dimiliki oleh anak

Tips cara mendidik yang diterapkan kepada anak

Pertama, tanamkan jiwa tauhid kepada anak dengan cara melafalkan Allah, Syahadat, doa-doa pendek untuk aktivitas sehari-hari dari bangun pagi hingga bobok kembali waktu-waktunya diisi dengan kalimah Toyibah

Kedua ,anak juga diperdengarkan kepadanya lantunan ayat-ayat Alquran dan bergiliran didengarkan alunan musik klasik untuk merangsang pertumbuhan otak sebelah kanan agar kecerdasan anak akan tumbuh dengan baik.

Ketiga, ajaklah anak selalu berkomunikasi dengan menyampaikan segala sesuatu dengan cerita dan menjelaskannya secara detail, sekalipun anak tidak tahu tapi perlu dijelaskan dengan panjang agar kemampuan bahasa anak terus terbangun dengan baik

Keempat, untuk melatih vokal dengan lafal-lafal Asmaul Husna. Ketika anak masih belajar ngomong, hingga mereka mampu mengucapkan huruf hijaiyah, syair-syair pendek yang mengandung banyak makna dan filosofis.

Kelima, ketika anak mulai tumbuh dewasa, kini bukan lagi anak-anak, namun sosok pribadi yang sudah punyai keinginan, cita-cita dan harapan sendiri. 

Saatnya anak mencari jati diri, mencari figure idola, mencari model untuk diidentifikasi, ditiru gaya hidup, pola hidup, dan cara menghadapi masalah kehidupan. Bagaimana survive dalam semua medan kehidupan?. Jatuh bangun bangkit dari kegagalan, hingga mencapai puncak prestasi, menjadi hero bagi keluarga dan yang lain.

Ajaklah anak-anak untuk membaca buku-buku biografi yang menjadi minat dan kecenderungan mereka tekuni. Bila minat anak pada bidang teknologi maka bisa diceritakan tokoh yang mempunyai reputasi dunia seperti BJ Habibie sebagai model untuk menjadi role model ketokohan. Dengan membaca biografi, anak akan terbawa inspirasi ketokohannya dan sukses storinya yang luar biasa.

Tanggung Jawab guru di sekolah

Guru sumber inspirasi awal bagi anak, Ketika belum punya kemampuan dan kompetensi dasar pengetahuan. Membangun basis intelektual dengan asupan pengetahuan dan cara belajar yang benar yang ditransformasikan oleh guru kepada murid-muridnya. Hingga posisi guru menjadi fasilitator untuk mengembangkan potensi keunggulan anak dalam berbagai bidang sesuai dengan kecenderungan dan potensi dasar anak.

Maka guru melakukan asessment dan membangun komunikasi dengan guru dengan berbagai media yang disepakati oleh guru dan orang tua wali murid dalam berkomunikasi. Ada dengan menghimpun para wali murid dalam satu grup bersama guru wali kelas, agar dapat menginformasikan perkembangan anak, baik di sekolah maupun Ketika ada di rumah, serta kecenderungan dan kegiatan yang dilakukan.

Bila ada kendala-kendala yang tidak wajar dalam pertumbuhan dan peristiwa yang dihadapi, mempunyai sikap negative yang nampak dalam pola kehidupan sehari-hari di sekolah, seperti suka menyendiri, terlihat kurang antusias dalam belajar, sering berangkat ke sekolah terlambat, anak jarang masuk ke kelas, padahal selalu pamit dengan orang tua berangkat belajar. Namun guru kelas memberikan informasi keberadaan Ananda ternyata tidak di sekolah.

Setelah konfirmasi dan bertukar informasi dengan guru, orang tua menyampaikan data-data kebiasaan anak Ketika di rumah. Bila melakukan perbuatan yang menyimpang segera juga berikan info kepada sekolah, sehingga guru bisa memberikan asessment dan memberikan penanaman nilai yang luhur, sehingga anak merasa mendapatkan perhatian dan tambahnya pengetahuan yang lebih baik.

Tradisi belajar yang kuat menjadi budaya akademik siswa di kelas, lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga yang sudah tertata dengan baik.

Kolaborasi orang tua dan guru

Kolaborasi orang tua dan guru untuk mencapai optimalisasi potensi anak tumbuh kembang. Mendidik merupakan pekerjaan mulia, karena mentransformasikan nilai-nilai kebaikan dalam perubahan sikap mental dan integritas kepada anak. 

Kerja sama yang kompak antara guru dan orang tua, akan menentukan kesuksesan anak dalam bidang kehidupan. Guru memberikan informasi kondisi anak ketika di sekolah. Sementara anak memberikan dengan rela, masukan dan perbaikan pemahaman serta sikap mental yang tanamkan pada generasi muda.

Bentuk kolaborasi yang dapat menelorkan putra terbaik bangsa. Antara cobaan, dengan Ikhlas dijalankan dan insya Allah, bahwa ini perjalanan ini akan lebih baik.

Keterbukaan, dan kebisaan berdialog akan memberikan bobot kualitas kepada narasumber. Bila orang tua tidak mau berkolaborasi dengan semua orang tua wali, dengan harapan mendapat masukan yang lebih serius.

Mengkomunikasikan masalah anak kepada guru wali atau wali kelasnya, wali asramanya. Mendiskusikan masa depan anak bersama anak, di tempat makan saat makan bersama adalah asyik menggali keinginan dan harapan anak, anak bisa menceritakan dan menyampaikan gagasannya, atau saat setelah melakukan pekerjaan bareng saat rehat di tempat makan saat yang tepat bincang santai setelah makan. 

Ajak anak kerjakan pekerjaan rumah bersama, dengan pembagian tugas, ada yang menyapu rumah, menyapu halaman rumah, mengepel dan berkebun bila ada taman depan rumah.

Anak akan menjadi pribadi yang sadar akan potensi dan dedikasinya terletak pada potensi yang bisa digali dan dikembangkan melalui kolaborasi orang tua dan guru baik pada saat di rumah dan pada saat di sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun