Mohon tunggu...
Muhammad Julijanto
Muhammad Julijanto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta

Tuangkan apa yang ada di dalam pikiranmu, Karena itu adalah mutiara yang indah untuk dinikmati yang lain bila dituangkan, Tetapi bila dipendam hanya untuk diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Panduan Memilih Pemimpin

8 Oktober 2023   13:48 Diperbarui: 8 Oktober 2023   14:18 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PANDUAN MEMILIH PEMIMPIN

Oleh Muhammad Julijanto

Puji syukur  kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-NYA yang tak terhingga kepada kita sekalian semoga kenikmatan tersebut dapat kita daya upayakan semaksimal mungkin untuk kemaslahatan dan kemanfaatan hidup di dunia ini.

Sholawat serta salam kita haturkan untuk Baginda Rasulullah Muhammad Saw atas segala suritauladan dan ajarannya, sehingga kita dapat menikmati keindahan dan keagungan serta ketenteraman hidup di dunia terutama upaya mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil 'alamin dengan cara bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Marilah kita saling berwasiat tentang iman dan takwa kepada Allah Swt. Sebab iman dan takwa adalah kunci sukses mengarungi samudera kehidupan. Dengan mentaati perintah dan menjauhi larangannya. Semoga semakin hari keimanan dan ketakwaan kita semakin baik.

Setiap orang adalah pemimpin. Setiap pemimpin dimintai pertanggunggungjawabannya sebagai pemimpin. Bagaimana kepemimpinan dijalankan, bagaimana menjalankan kepemimpinan tersebut, dan untuk apa kepemimpinan tersebut dijalankan, apa kontribusinya untuk kemajuan. Bagaimana kita memilih pemimpin?.

Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin. Dalam bahasa Inggris disebut leader. Kegiatannya disebut kepemimpinan atau leadership. Perkataan khalifah berarti pengganti atau wakil. Pemakaian kata khalifah setelah Rasulullah Saw. terutama bagi keempat khalifatur Rasyidin menyentuh juga maksud dalam kandungan kata 'Amir' disebut juga penguasa.

Kedua kata tersebut dalam Bahasa Indonesia disebut pemimpin, yang cenderung berkonotasi sebagai pemimpin formal. Tugas pokoknya tidak hanya menyentuh aspek-aspek keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat, tetapi juga aspek-aspek keagamaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Perkataan khalifah dalam al Qur'an mencakup pula maksud Allah Swt. untuk menyatakan pemimpin yang bersifat non formal. Surat al Baqarah ayat 30 "Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi".


Firman tersebut tidak sekedar merujuk pada khalifah pengganti Rasulullah Saw. tetapi adalah penciptaan Nabi Adam dan anak cucunya yang disebut manusia dan dibebani tugas untuk memakmurkan bumi. Tugas yang disandangnya itu menempatkan setiap manusia sebagai pemimpin.

Tugas pertama menyeru dan menyuruh orang lain berbuat amal makruf, menyuruh berbuat baik. Sedang tugas keduanya melarang atau menyuruh orang lain meninggalkan perbuatan munkar, perbuatan negatif yang merugikan diri sendiri, orang lain, dan bangsa. Dengan kata lain tugas manusia tiada lain melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah Swt. dalam semua aspek kehidupannya, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama di dalam suatu masyarakat.

Berbicara kepemimpinan dalam konteks Islam kini sedang menjadi persoalan yang terus bergulir, baik tingkat nasional maupun internasional. Sebab kepemimpinan merupakan unsur yang penting dalam sistem kemasyarakatan dan kehidupan manusia. Suatu pameo mengatakan bahwa "kebaikan tanpa diorganisir dengan baik akan dikalahkan dengan kebatilan atau kejahatan yang dikelola dengan organisasi dan managemen yang rapi dan disiplin".

Kepemimpinan mempunyai banyak persamaan dengan khalifah yang berarti pemerintahan atau kepemimpinan. Khilafah itu sendiri tidak dijumpai dalam al Qur'an. Kata khalifah. Menurut Ibnu Khaldun bahwa manusia itu mempunyai kecenderungan alami untuk memimpin, karena mereka diciptakan sebagai khalifah Allah di bumi. Menurut Ibnu Khaldun, khilafah adalah kepemimpinan. Khilafah berubah menjadi pemerintahan berdasarkan kedaulatan, khilafah ini masih bersifat peribadi. Sedangkan pemerintahan adalah kepemimpinan yang telah melembaga ke dalam suatu sistem kedaulatan. 

Menurut Imam Baydlawi al Mawardi dan Ibnu Khaldun khilafah adalah lembaga yang mengganti fungsi pembuat hukum, melaksanakan undang-undang berdasarkan hukum Islam, dan mengurus masalah-masalah agama dan dunia. Menurut al Mawardi khilafah atau imamah berfungsi mengganti peran kenabian dalam memelihara agama dan mengatur dunia. Dalam sejarah pemerintahan Islam merupakan symbol kesatuan masyarakat muslim. Khalifah adalah fungsi manusia di bumi yang mengemban amanat dari Tuhan Qs. Al Ahzab [33]: 72).

"Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh",  yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.

Manusia mengemban amanat kekhalifahan karena kualitas dan kemampuannya dalam berfikir, menangkap dan menggunakan simbol-simbol komunikasi. manusia mampu menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi, baik secara individu maupun kolektif kolegial.

Islam sebagai agama yang mendunia memberikan kerangka teoritik dan acuan dalam pencapaian kemakmuran dan kesejahteraan di dunia. Salah satu bentuk implementasi tujuan universal Islam adalah menderevasikan sistem kepemimpinan yang bersumber dari nilai-nilai universal Islam dari kandungan al Qur'an maupun perilaku dan uswatun khasanah Rasulullah Muhammad Saw. dalam bentuk As Sunnah.

Dalam pandangan Islam hakikat kepemimpinan adalah amanah, yang merupakan kelanjutan misi ketuhanan dan kenabian dari risalah Islam yang dibawa Rasulullah Muhammad Saw. Misi kenabian adalah menciptakan kesejahteraan untuk semesta alam. Dimana tugas hidup manusia adalah menciptakan kemakmuran untuk mengabdikan segala potensi dan kreativitasnya sebagai ibadah kepada sang Khaliq Allah Swt. hubungan ini harus disadari sebagai konsekuensi keberadaannya di muka bumi. Maka dalam Islam fungsi kepemimpinan atau kekhalifahan adalah dalam rangka memakmurkan, menjaga kelestarian, memanfaatkan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, berbakti kepada Tuhan sebagai wujud syukur atas karunia-Nya.

Selain amanah hakikat kepemimpinan juga mengemban misi amar ma'ruf dan nahyi mungkar. Menggalakkan bersaing dalam mencapai prestasi kebaikan dan mencegah serta menghindari dari segala perbuatan destruktif yang merugikan diri sendiri, keluarga maupun orang lain dan bangsa. Dalam konteks kepemimpinan derevasi ini merupakan tugas dan tanggungjawab pemimpin untuk menciptakan tata kehidupan yang lebih baik dan terjaminnya hak dan kewajiban secara merata, seimbang di tengah kehidupan masyarakat.

Fungsi dan Hakikat Kepemimpinan

Untuk menjalankan fungsi dan hakikat kepemimpinan tersebut, maka mentalitas kepemimpinan harus dimiliki oleh seorang pemimpin antara lain; seorang pemimpin haruslah orang yang moralis, di mana acuan dan paradigma yang dikembangkan adalah moralitas dalam menjalankan amanah kepemimpinannya. Seorang pemimpin mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan segala lingkungan, bersifat seperti air, yang selalu mencari solusi di tengah persoalan yang dihadapi oleh organisasi, lembaga dan bangsanya. Di mana air selalu mengalir mencari tempat yang lebih rendah. Bersifat seperti karang dalam menghadapi segala kritik, tantangan, hambatan dalam menjalankan amanah kepemimpinannya selama misi kebaikan dan kesejahteraan yang menjadi paradigma kepemimpinannya. 

Seorang pemimpin harus mempunyai jiwa kewirausahaan (interprenuership). Di mana dia harus mengembangkan kreativitas dan terobosan untuk menciptakan kemandirian dalam strategi pengembangan organisasi.

Dalam perspektif sejarah Islam fenomena kepemimpinan Rasulullah Muhammad Saw. Sendiri memberikan tauladan kepemimpinan amanah, yang menitik beratkan pada pengabdian dan tanggung jawab. Serta kepemimpinan rahmatan lil 'alamiin yaitu kepemimpinan yang mampu memberikan perlindungan bagi semua kepentingan dan mampu mengendalikan berbagai kepentingan, konflik dan perbedaan atau lebih tepat diistilahkan kepemimpinan yang akomodatif dan dapat diterima semua fihak.

Semoga kita bisa memilih pemimpin di tahun pemilu 2024 ini dengan sebaik-baiknya, sehingga pemimpin yang baru dapat membawa keperbaikan kehidupan bangsa. Adil dalam kemakmuran, makmuran dalam keadilan. Semoga aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun