Mohon tunggu...
Muhammad Julijanto
Muhammad Julijanto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta

Tuangkan apa yang ada di dalam pikiranmu, Karena itu adalah mutiara yang indah untuk dinikmati yang lain bila dituangkan, Tetapi bila dipendam hanya untuk diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Tradisi

Puasa Membentuk Mental dan Jiwa Sosial

16 April 2023   00:31 Diperbarui: 16 April 2023   00:47 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengajian MD KAHMI Surakarta. Dokpri

Oleh Muhammad Julijanto

Puasa ibadah istimewa memadukan antara jasmani dan rohani dalam satu rangkaian ritualnya. Jasmani karena urusan perut makan minum dan syahwat menjadi andalan manusia berjuang dalam kehidupan. Siang malam manusia jungkir balik mengejar urusan dunia. Kepala dan kaki dipertukarkan perannya hanya untuk meraihnya, hingga mereka rela mengorbankan jiwa raga hanya berburu hajatnya. Mereka kerahkan segala daya potensi  untuk memperoleh derajat tercukupinya sandang pangan dan papan.

Urusan makan menjadi wasilah manusia rela memakan harta orang lain dengan caranya yang batil. Sebagaimana Allah Swt berfirman....

"Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 188)

Sementara dimensi rohani menjadi model pembentukan karakter pembelajar sejati, mental rohani ibadah yang secara fisik bisa terlihat tetapi dalam pelaksanaan nya tergantung komitmen pribadi yang melaksanakan, ibadah rahasia, hanya Allah Swt yang mengetahui substansi implementasinya, tidak ada orang yang tahu apa yang dilakukan dalam puasanya.

Inilah dimensi rohani yang sangat dalam tercermin dalam aksi sosial.

Makna filosofis ibadah puasa Allah Swt befirman ana ajzi bihi...hanya aku yang akan membalas langsung. Maka spesial orang-orang yang berpuasa memperoleh kemenangan pintu surga Ar Rayyan sebagai kenikmatan yang kelak dijanjikan.

Bagaimana puasa dapat membentuk mental dan jiwa sosial masyarakat?

Pengertian puasa adalah menahan dari makan, minum, syahwat seksual, yang dilakukan sejak terbit fajar hingga terbenam matahari yang diniatkan semata-mata mengharap ridho Allah Swt.

Secara bahasa menahan rasa lapar dan dahaga bersifat jasmani. Karena manusia adalah makhluk jasmani. Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan utama manusia dalam kehidupan. Apa yang diusahakan manusia adalah kebahagiaan jasmani.

Kebutuhan pokok manusia adalah makan minum untuk menopang kehidupan. Bila makan minum tercapai kehidupan manusia akan berlanjut.  Sehingga kebutuhan dasar manusia merupakan menempati maqasid hajjiyah kebutuhan dasar untuk dapat terpenuhi dengan mutlak, sebab bila terganggu akan berdampak sistemik dalam perjalanan kehidupan. Konflik dan persaingan meraihnya akan berjalan dengan keras. Bahkan rela berkorban demi mempertahankan aset ekonomi utama.

Sementara dimensi rohani, manusia dikenal sebagai makhluk yang mempunyai visi Rokhaniyah yang harus terus dijaga agar tidak ternodai oleh perilaku yang menyimpang. Tidak hanya jasmani, sisi rohani manusia yang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi agar mereka juga bisa menikmati kebahagiaan spiritualitas. Dimensi iman yang menghunjam dalam sanubari.

Kenikmatan rohani dapat diperoleh manusia dengan cara membersihkan jiwa dari perbuatan keji dan mungkar, sehingga jiwa nya akan terang.

Jiwa yang suci menimbulkan spektrum cakrawala spiritual yang mendalam. Ibadah puasa melatih jiwa rela berkorban dengan merelakan kebutuhan makan minum dikendalikan dan dilaksanakan pada waktu yang ditentukan menjadikan jasmani dan rohani makin peka terhadap perasaan dan kondisi sosial yang ada, membangun sikap peduli empati dan solidaritas.

Puasa adalah karakteristik moral dan spiritual Islam yang unik. Secara harafiah, arti puasa adalah berpantang sepenuhnya dari makanan, minuman, hingga nafsu, mulai sebelum fajar hingga matahari terbenam.

Kita ingin ibadah puasa ini tidak hanya terhenti sebatas ritual tahunan untuk mendapatkan pahala dan ampunan dosa dari Tuhan, melainkan juga sebagai momentum perbaikan mental, spiritual, moral dan perilaku sosial guna perbaikan kehidupan masyarakat. Untuk mewujudkan puasa dengan kualitas yang demikian itu diperlukan pandangan yang positif terhadap ibadah puasa yang dikerjakan setiap orang.

Dari analisis psikologis, filosofis, dan normatif puasa dapat dilihat dalam beberapa perspektif sebagai berikut. Puasa dianggap rahmat atau anugerah, karena puasa walaupun secara lahiriyah seperti sebuah penyiksaan fisik, namun secara ruhani dan sosial, puasa dapat mengurangi dan menghapuskan dosa, mendekatkan diri kepada Tuhan, menyehatkan tubuh, menumbuhkan sikap simpati dan empati, menumbuhkan akhlak mulia, mengendalikan hawa nafsu, menimbulkan kebahagiaan batin. (Abudin Nata, 2023).

Tumbuh jiwa sosial dalam meraih cita masyarakat utama. Wahbah al-Zuhaili menyatakan, bahwa ibadah puasa adalah merupakan proses pembentukan akhlak mulia.

Pengajian MD KAHMI Surakarta. Dokpri.
Pengajian MD KAHMI Surakarta. Dokpri.

ibadah puasa merupakan bentuk ketaatan kepada Allah, orang mukmin yang mengerjakannya akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda, karena langsung dari Allah, kemuliaan Allah amat luas, mencapai keridlaan-Nya, berhak masuk syurga al-Rayyan, dijauhkan dirinya dari siksa Allah yang disebabkan perbuatan dosanya masa lalu, puasa merupakan penghapus dosa dari satu tahun ke tahun lain, dan dengan keta'atan ini menyebabkan orang mukmin selalu mengikuti perintah yang digariskan Allah dan mendorongnya menjadi orang yang bertaqa yang senantiasa mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, sebagaimana dimaksud dalam al-Qur'an surat al-Baqarah (2) ayat 183).

Hubungan puasa dengan ibadah yang lain shalat, zakat. Sedangkan tanggung jawab puasa di hadapan manusia terkait erat dengan keharusan menunjukkan sikap bertaqwa yang ciri-cirinya:senantiasa menginfaqan sebagian hartanya baik dalam keadaan susah maupun bahagia, mengendalikan amarah, suka mema'afkan kesalahan orang lain, memiliki sikap simpati dan empati terhadap kaum dhu'afa. (Q.S. Ali Imran, 3:133-134)

Puasa tidak sempurna bila tidak menunaikan zakat yang sepenuhnya didistribusikan kepada yang lain. Puasa membersihkan jasmani dari hal yang merusak diri dan zakat membersihkan jiwa dari harta yang bukan miliknya. Sedangkan aspek sosial nya terbentuk solidaritas sosial dalam masyarakat.

8'Aid Abdullah al-Qarni dalam al-Durus al-masjid al-Ramadhan (Sekolah Ramadhan), (1425 H./2004 M.:19-20) yang mengatakan, bahwa puasa mengandung hikmah agar bertakwa yang dibutikan dengan menundukan pandangan, menjaga kemaluan, mengekang hawa nafsu dan mengendalikan amarah; agar bersabar, menghidupkan hati, menumbukan rasa sosial, persatuan dan kesehatan.

Maqasid al-syari'ah ibadah puasa menjadikan peribadi muttaqien yang mampu mendayagunakan segala potensinya untuk kebaikan dan kemaslahatan. Hikmah tasyriknya ibadah puasa melatih jiwa dan membentuk mental Tangguh dalam segala medan kehidupan, dan selalu menjadi pribadi yang bermanfaat dunia dan akhiratnya.

Kesimpulan

  • Membutuhkan sikap mental dan spiritualnya yang bersih
  • Menumbuhkan jiwa sosial dan kepekaan social
  • Menjadi pribadi muttaqien

Daftar Pustaka

Al Ghazali, Ihya Ulumuddin,

http://abuddin.lec.uinjkt.ac.id/articles/makna-puasa-bagi-kehidupan-manusia. Diakses 12/4/2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun