Oleh Muhammad Julijanto
Salah satu hikmah puasa adalah menyebabkan orang yang menunaikan ibadah puasa mempunyai kepekaan dan solidaritas sosial. Karena puasa dapat menyebabkan orang yang mengerjakan bisa merasaka betapa perasaan dan kondisi orang yang berpuasa itu betul-betul lapar dan dahaga. Mempunyai jiwa empati dan simpati kepada orang lain yang berbeda.Â
Bagi orang yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pagan, sesuap nasi sangat berharga untuk kehidupannya, sehingga orang yang berpuasa dapat berempati atas segala kekurangan yang lain.
Etos puasa melahirkan jiwa solidaritas, dan sikap ini sangat membantu pemerintah dalam rangka membangun kesadaran sosial di tengah kekurangan disebabkan oleh bancana yang silih berganti di Negeri kita. Karena secara geologi Indonesia berada di daerah cincin api yang melintas di perut bumi nusantara, yang berpotensi menimbulkan bencana gempa bumi dan lain-lain.
Sehingga kewaspadaan dan kemampuan mitigasi bencana selalu diasah, dilatih. Semua unsur masyarakat selalu diperhatikan kesiapsiagaan. Demikian juga membangun jiwa solidaritas bersama, jika sebagian terkena musibah, sebagian yang lain membantu dan memberikan pertolongan semampunya. Dan puasa melatih jiwa solidaritas sosial.
Tulisan singkat ini berbagai bagaimana membangun jiwa solidaritas sosial melalui puasa Ramadhan?
Manusia sebagai makhluk sosial, yang hidup selalu membutuhkan bantuan dan pertolongan yang lain.
Allah Azza Wajalla berfirman (hadits Qudsi): "Hai anak Adam, luangkan waktu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku menghindarkan kamu dari kemelaratan. Kalau tidak, Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku tidak menghindarkan kamu dari kemelaratan." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Riwayat lain menjelaskan, Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa memberi makan kepada orang yang berbuka puasa maka dia memperoleh pahalanya, dan pahala bagi yang (menerima makanan) berpuasa tidak dikurangi sedikitpun". (HR. Tirmidzi).
 "Barangsiapa tidak mengasihi dan menyayangi manusia, maka dia tidak dikasihi dan tidak disayangi Allah". (HR. Bukhari).