Kedua, adalah tradisi menulis. Tradisi ini harus dipaksa untuk bisa dilakukan semua kader. Menurutnya, tradisi menulis ini tidak perlu diganti dengan tradisi menulis SMS. "Menulis status di Facebook dan Twitter penting, tetapi jangan sampai menggeser tradisi menulis," berkarya, melakukan riset baik untuk kepentingan ilmiah, akademik maupun untuk kepentingan menjawab kegelisahan intelektual dimana realitas masyarakat tidak sama dengan idealitas yang kita citakan. Disinilah adanya kesenjangan yang bisa dijadikan sebagai upaya mencari pemecahan masalah yang ada di sekitar kita, sebagai bentuk tanggung jawab intelektual untuk memberikan solusi tersebut.
Sedangkan yang ketiga, adalah tradisi berdebat. tradisi rapat pengambilan kepetusan dan kebijakan organisasi diambil melalu diskusi dan kajian yang mendalam, sekalipun juga mengambil langkah yang stratetgis dan responsif, sehingga tidak hanya sekedar pembahasan yang dangkal, tradisi berdiskusi, tradisi kelompok studi, tradisi kajian, tradisi seminar, workshop, peningkatan kapasitas keahlian Namun, perlu disadari bahwa bahwa tradisi berdebat ini bukanlah berdebat secara kusir, tetapi debat yang akademik dan rasional.
Semoga semuanya menjadi lebih baik dan memberikan kontribusi untuk Indonesia ke depan dengan peran-peran strategis mahasiswa.
* Muhammad Julijanto, S. Ag., M. Ag. adalah Koordinator Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H