Mohon tunggu...
Muhammad Julijanto
Muhammad Julijanto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta

Tuangkan apa yang ada di dalam pikiranmu, Karena itu adalah mutiara yang indah untuk dinikmati yang lain bila dituangkan, Tetapi bila dipendam hanya untuk diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menyiapkan Politisi Negarawan

9 Februari 2023   14:31 Diperbarui: 10 Februari 2023   08:01 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kader partai politik. (sumber: KOMPAS.ID)

Saat ini partai politik mulai bergerilya mencari tokoh-tokoh yang bisa diorbitkan sebagai votegather dalam pemilihan umum 2024. 

Partai politik memilah-memilih kader-kader jagoannya untuk dijual ke publik nusantara dalam hajatan demokrasi. Kader-kader berprestasi di bidangnya menjadi primadona pemilih siap dipasang.

Dunia politik nasional selalu dikejutkan dengan anomali-anomali dari nalar politik para elitnya. Inilah pembelajaran yang sejati dari best practice jagat politik nasional. 

Hendaknya tidak menjadi batu sandungan berikutnya siapa pun politisinya untuk tersandung oleh kasus hukum.

Perlu belajar dari seorang sarjana Jerman yang kemudian aktif dalam bisnis dan mengakhiri karirnya dalam politik, mengatakan sebaiknya karir seorang dibagi tiga, yaitu: bagian pertama kehidupan intelektual, bagian kedua kehidupan bisnis dan bagian ketiga memenuhi kehidupan politik (Ismail Sunny, Mencari Keadilan, Jakarta: Gahlia Indonesia, 1982: 53).

Biaya politik yang tinggi menyebabkan lahirnya koruptor dari rahim politik di Indonesia, sudah berapa catatan praktik politik yang penuh dengan korupsi menjerat generasi muda yang terjun dalam dunia politik.

Demikian juga generasi senior, maka kearifan membangun basis intelektual sebelum terjun ke dunia politik praktis menjadi modal.

Selain itu, menguasai seluk-beluk dunia politik secara akademik maupun autodidak dan kemudian membangun bisnis sebagai pundi-pundi rupiah agar kelak pada waktunya berkiprah dalam dunia politik yang penuh dengan dinamika, maka korupsi bisa diminimalisir.

Sistem politiklah yang akan bisa mengendalikan laju korupsi seakan tidak berkesudahan.

Sebab pada diri manusia ada dua kekuatan besar yang setiap saat dalam pengambilan keputusan dirinya akan selalu bertarung, yaitu kekuatan fujur dan taqwa, fujur merupakah ilham untuk melakukan kejahatan, perilaku menyimpang dan pelanggaran moral maupun hukum. Perilaku korup ada di dalamnya.

Sedangkan taqwa adalah ilham pada diri manusia untuk selalu berpikir jernih, menimbang baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, dan selalu mengambil keputusan secara jernih sehingga menghasilkan keputusan politik yang lebih menyelamatkan diri maupun karier politiknya. 

Selalu berorientasi pada output kebaikan untuk yang lain. Berusaha menghindarkan dari perilaku yang menyimpang dan membawa dampak sosial yang negatif.

Politik adalah seni untuk meraih kekuasaan, politik yang baik adalah seni untuk meraih kekuasaan, baik secara politik, ekonomi maupun budaya. 

Politik sebagai jalan demokrasi meraih kekuasaan secara legal dan konstitusional, hasilnya untuk mewujudkan kesejahteraan, keadilan, harmoni, dan keteraturan dalam sistem berbangsa dan bernegara. 

Pemilu sebagai mekanisme yang sah dan konstitusional. Pemilu yang beradab dan bermartabat. Dengan pemilu transformasi kepemimpinan nasional berjalan secara demokratis, beradab dan bermartabat.

Kampanye sebagai sarana kontestan pemilu menjelaskan visi, misi dan program dalam masa kepemimpinan bila mendapat mandat dari rakyat memperoleh suara terbanyak. 

Sehingga pemilih mendapatkan edukasi secara langsung dari kandidat yang menawarkan janji, komitmen, kepedulian mewujudkan kesejahteraan jasmani dan rohani bangsa. 

Dengan kampanye rakyat menjadi terdidik, menjadi teredukasi dan rasional dalam menentukan pilihannya, sekalipun masih ada ruang secara emosional baik dan buruk calon yang diusung akan 100 % mereka dukung. 

Namun tujuan kampanye memberikan preferensi bagi pemilih yang belum menentukan pilihannya baik secara emosional, maupun pilihan secara rasional.

Pelaksanaan pemilu yang demokrasi diharapkan lahir politisi negarawan, mereka yang mengabdi secara tulus untuk memajukan bangsa dan negara. 

Mereka darmabaktikan segala potensinya untuk nasionalisme yang mereka junjung. Pemilu melahirkan patriot bangsa sejati. 

Bukan lahir para bandar dan mafia yang menggerogoti kewenangan dan otoritasnya melakukan pembusukan dari dalam sistem ketatanegaraan, akibat salah niat dan salah kelola mandat rakyat.

Yakinkan para pemilih di semua lapisan sosial menggunakan hak pilihnya dan menjadi kebanggaan bangsa, bahwa dirinya telah bertanggungjawab untuk tercapainya keadilan sosial dan beradab anak bangsanya.

Oleh Muhammad Julijanto

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun