Mohon tunggu...
Muhammad Julijanto
Muhammad Julijanto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta

Tuangkan apa yang ada di dalam pikiranmu, Karena itu adalah mutiara yang indah untuk dinikmati yang lain bila dituangkan, Tetapi bila dipendam hanya untuk diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ayo Menulis Bahagia

13 Desember 2022   21:09 Diperbarui: 13 Desember 2022   21:21 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca membuat orang berisi. Menulis membuat orang mengerti. Berdiskusi membuat orang selalu siap (Bernan Russel).

Hasil-hasil riset dengan jelas menunjukkan bahwa kita belajar menulis lewat membaca (Stephen D Krasen). Membaca buku yang baik bagaikan mengadakan percakapan dengan para cendekiawan yang paling cemerlang dari masa lampu (Rene Descartes). 

Belajar membaca itu sama mudahnya dengan belajar berbicara. Malah sebenarnya lebih mudah karena kemampuan melihat telah terbentuk sebelum kemampuan berbicara (Glenn Domen).

Sebuah publikasi yang baru saja diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemukakan bahwa Indonesia hanya mampu menerjemahkan 330 buku per tahun. Angka itu sangat menyedihkan karena hanya seperlima dari jumlah buku-buku yang mampu diterjemahkan oleh sebuah negara kecil seperti Yunani dalam setahunnya. 

Bahkan Spanyol mampu menerjemahkan rata-rata 100.000 buku setiap tahunnya. (Mashudi Antoro, 2010). Jumlah buku baru yang terbit di negeri ini hanya berkisar 8.000 judul/tahun, jumlah yang sangat minim jika dibandingkan dengan Vietnam dengan jumlah 45.000 judul/tahun dan Inggris yang menerbitkan 100.000 judul/tahun (Solopos, 14/7/2012 hlm. 4).

KompasCetak hari Kamis (16/1/2014 ) memberitakan Indonesia hanya terbitkan sekitar 24.000 judul buku per tahun dengan rata-rata cetak 3000 eksemplar per judul. Dalam setahun, Indonesia hanya menghasilkan sekitar 72 juta buku. 

Padahal penduduk Indonesia 237 juta jiwa. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan sebanyak 275,77 juta jiwa pada 2022. Jumlah tersebut naik 1,13% dibandingkan pada tahun lalu yang sebanyak 272,68 juta jiwa. Rata-rata buku terbit di Indonesia adalah 30.000 judul per tahun. Namun, pada tahun 2020, buku ber-ISBN melonjak hingga mencapai 144.793 judul dan pada tahun 2022 sebanyak 63.398 judul.

Artikel ingin berbagi kebahagiaan melalui menulis, menulis cara yang elegan menumpahkan atau menuangkan apa saja yang ada pada diri kita. Oleh karena itu untuk memudahkan pembahasan dengan sistematika sebagai berikut;

Mengapa kita menulis. Menulis untuk meninggalkan jejak kita. Menulis sebagai monumen kehidupan, yang akan dibaca generasi yang akan datang. Menulis mengurai masalah yang dihadapi zamannya. 

Menulis untuk kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Menulis merekam semua peristiwa yang telah terjadi di masa yang lalu, peristiwa yang sudah terjadi, mengungkapkan gagasan masa depan yang lebih baik. Menuliskan mimpi-mimpi yang akan datang. Menuliskan harapan dan apa yang seharusnya terjadi, sambil mengevaluasi yang telah terjadi sebagai modal menghadapi masa depan agar lebih baik dari hari ini.

Apa yang bisa kita tulis. Apa saja bisa kita tulis, kita bisa menulis apa yang kita alami, kita bisa menulis apa yang kita rasakan, apa yang kita lihat, apa yang kita teliti, apa yang mengganjal dalam hati, apa yang menggelisahkan diri kita, saudara kita rasakan, keluarga kita dan masyarakat bangsa kita.

Masalah-masalah yang dihadapi penulis pemula. Penulis pemula sering menghadapi masalah, tidak percaya diri ketika menulis, ingin tulisannya segera sempurna dan bisa memukau pembaca, sulit menuangkan gagasan pertama ketika menulis, ketika menulis gagasan pertama sudah ada kehabisan bekal ketika menulis di tengah jalan, gagasan macet dan tidak mau keluar tulisannya. 

Kurangnya bahan bacaan yang diakses penulis pemula. Tidak konsisten dengan sikap mentalnya. Sulit mengungkapkan gagasan dalam pikirannya, dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Gagasannya meloncat-loncat, segala sesuatu ingin ditulis. Tidak bisa fokus ketika menulis. Belum terlatih dalam menuangkan gagasan pemikirannya.

Mengapa kita menulis

Menulis adalah membuat monumen kehidupan, menjadi sejarah bagi generasi yang akan datang. Harimau mati meninggalkan belang. Gajah mati meninggalkan gading. Dan manusia mati meninggalkan nama baik dan karya amal sholeh dengan tulisan yang bermutu dan bermanfaat bagi kehidupan dan sejarah manusia yang akan datang. Artefak ilmu pengetahuan menjadi modal dalam bangunan kebaikan yang berikutnya. Menjadi pijakan para raksasa berikutnya.

Islam hingga sekarang lestari bahkan sampai berpengaruh dalam semua lini kehidupan karena aktivitas belajar mengembangkan pengetahuan dan menyebarkan ilmu dan membaca, menulis.

Apa yang bisa kita tulis. Apa yang harus kita sumbangkan untuk kejayaan nusa bangsa dan negara serta agama. Pemuda sebagai sosok insan generasi pelanjut peletak tonggak kebanggaan bangsa yang sedang membangun. Bangsa ini membutuhkan jiwa-jiwa patriot yang ulet, terampil dan trengginas. Mengisi peluang waktunya dengan prestasi-prestasi kebanggaan bangsa.

Menulis yang paling mudah adalah menulis apa yang kita gelisahkan. Dengan menulis apa yang menjadi kegelisahan kita akan terurai, apa yang berjubel dalam pikiran, hati dan perasaan dapat dituangkan dalam bentuk tulisan. 

Bila semakin banyak apa yang kita rasakan dan ditulis, maka pengamalan pribadi bisa menjadi bahan belajar bagi yang lain, yang barangkali mempunyai problematika yang sama dihadapi pembaca, sehingga orang lain bisa mengikuti saran yang anda tawarkan atau bahkan timbul inspirasi yang lebih kreatif dalam memecahkan masalah yang ada.

Kehidupan rumah tangga yang sudah dijalani bisa menjadi sarana untuk sharing dengan yang lain. Pengalaman yang berharga dalam membangun rumah tangga. Suka duka bersama pasangan hidup menghadapi aneka masalah yang silih berganti seakan tidak akan pernah berhenti. Masalah satu selesai dijalankan dan dipecahkan masalahnya akan timbul masalah lain, baik dengan kadar yang lebih kecil maupun bahkan lebih berat kualitasnya.

Masalah yang ada di tengah masyarakat sangat banyak, dari masalah ringan hubungan kemasyarakatan hingga masalah berat yang berhubungan masalah khusus hingga kebangsaan. 

Masalah keamanan dan ketertiban lingkungan, masalah ketertiban administrasi kependudukan, masalah kesehatan masyarakat, masalah penyakit masyarakat yang menggurita, masalah solidaritas sosial seperti saling membantu dalam urusan sosial, saling tolong menolong, praktik jogo tonggo. Saling berempati di antara warga, kerja bakti dan gotong-royong yang semakin memudar.

Dalam kehidupan dan kerukunan, setiap warga dituntut dapat memerankan diri sebagai aktor yang piawai, dia bisa memerankan sebagai warga yang bisa diatur, mempunyai kesadaran diri dalam lingkungan, seperti bagaimana mengatur rumahnya agar lingkungannya tetap bersih dan asri. Kebersihan dan kesehatan lingkungan selalu dijaga dengan baik. 

Tidak ada selokan yang airnya menggenang, bahkan rumput di depan rumahnya selalu bersih, tidak ada sampah yang berserakan, sekalipun dedaunan dari tanaman di depan rumah, sekiranya pohon di taman sudah rindang dan menunut akses jalan bagi yang lain, alangkah baiknya dipotong dan dirapikan, sehingga lingkungan tetap sejuk dan terjaga kebersihan.

Etalase Buku Karya Dosen UIN Raden Mas Said Surakarta. Dokumen pribadi.
Etalase Buku Karya Dosen UIN Raden Mas Said Surakarta. Dokumen pribadi.

Apabila mempunyai binatang kesukaan, diperhatikan kesehatan binatang tersebut dan kesehatan lingkungannya, terutama efek pencemaran dari limbah kotoran binatang tersebut teratasi dengan baik. Bahkan kalau perlu sangat diperhatikan dari makanan, hingga limbah yang dihasilkan, agar diminimal mungkin memberikan dampak lingkungan seperti bau yang tidak sedap dari limbah kotoran binatang tersebut.

Oleh karena itu setiap warga bisa menjaga kerukunan, sebab dampak lingkungan adalah yang merasakan warga sekitar bahkan tetangganya sendiri. Padahal tetangga adalah saudara kita yang terdekat. Kalau ada apa-apa yang repot juga tetangga yang terdekat. Maka ajaran agama Islam tentang tetangga sangat menekankan kepada menjalin hubungan yang baik dengan tetangga kita.

Masalah-masalah yang dihadapi penulis pemula

Setiap saya membaca tulisan teman atau orang lain, selalu dalam benak timbul pertanyaan kapan saya bisa menulis seperti yang saya baca. Menumbuhkan minat menulis perlu selalu dipompa, dan dimotivasi dari dalam, sebab motivasi dari luar tidak cukup efektif, karena semuanya akan kembali kepada setiap diri dalam menentukan langkah berikutnya. Banyak orang yang berusaha ingin menulis, tetapi kandas dengan dorongan internal yang kadang kandas di tengah jalan. Oleh karena itu setiap calon penulis harus membulatkan tegat kuat memulainya.

Setiap pikiran manusia adalah kekuatan yang sedang tidur sebelum ia dibangkitkan hasrat yang menyala dan tekad yang kuat untuk berbuat (James F Bender, 1980: 26). Menulis adalah membangkitkan pikiran yang sedang tidur untuk bangkit dan ambil aksi nyata.

Apa saja yang menarik bisa menjadi bahan tulisan, bisa saja anda mengamati bagaimana anak sedang bermain dan bersosialisasi dengan temannya, ada karakter anak yang selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan yang sedang dilakukan. Bila karakter anak yang sedang masa pertumbuhan mengajarkan kepada kita selalu mengembangkan rasa ingin tahu yang tinggi.

Solusi yang bisa dilakukan. Solusi; pertama, tekun berlatih dan terus menulis apa saja yang menarik minat dari idea dan pikiran serta kepedulian yang terlintas dalam benak pikiran kita.

Kedua harapan dari harian Kompas, anda masih bersedia menulis lagi untuk melayani masyarakat melalui Kompas dengan topik atau tema aktual dan relevan dengan persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dan disajikan secara lebih menarik dengan gagasan, cara penyelesaian masalah.

Ketiga, perbanyak membaca, meneliti, mengamati, merenungkan dan menuliskan kembali dalam bentuk artikel dari perenungan dengan ungkapan yang kronoligis, rasional, fokus, menarik, tata dan alur pikir yang rasional mudah dipahami, cara pengungkapan yang unik.

Keempat, jangan menyerah terus menulis untuk eksistensi dan sumbang saran kepada perbaikan kehidupan.

Kelima ketika punya idea atau gagasan baru/aktual dan menyentuh vested interest segera tuangkan gagasan dalam artikel, jangan menunggu informasi lengkap, tetapi kehilangan momentum. Wajar bila kita menghendaki keputusan yang perfek tetapi justru seni-nya adalah membuat keputusan mungkin tidak terlalu perfek, tetapi efektif dan tepat waktu. 

Intelektual, rasionalitas dan sistematika berfikir sering membuat kita terlambat mengambil keputusan. Kita cenderung menunggu sampai informasi lebih lengkap menganilisa data, memprediksi, tanpa tahu kapan harus stop mencari data dan mengambil keputusan dengan informasi seadanya dalam membangun narasi (Kompas, 2/9/2006).

Yang harus diperhatikan sebelum memulai menulis gagasan atau artikel, menurut Sutiman Eka Ardhana (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995) antara lain: pertama, memilih tema (apa tema atau masalah yang akan ditulis dan bagaimana dengan pokok bahasan atau analisanya). 

Kedua, tema dapat dicari apa yang ada di sekitar kehidupan kita, atau hal-hal yang sedang berkembang dan menjadi perbincangan publik di tengah-tengah masyarakat, perkembangan-perkembangan dunia internasional, pada literatur-literatur ilmu pengetahuan dan lain-lain. 

Ketiga, calon penulis artikel harus peka dan tanggap terhadap berbagai perkembangan yang terjadi di sekitarnya. Keempat, artikel pada dasarnya adalah tulisan ilmiah populer, dalam penulisannya selama ini dikenal ada lima pola, antara lain: a) pola pemecahan topik, b) masalah dan pemecahannya, c) kronologi, pendapat, d) alasan pemikiran, e) pola pembanding. Kelima, pola struktur penulisan artikel antara lain: judul pendahuluan, tubuh dan penutup. Pola membuat pendahuluan; pola ringkasan, pernyataan yang mengejutkan (menonjol), penggambaran/pelukisan, anekdot, bertanya, kutipan dan amanat atau nasehat langsung.

Kesimpulan. Menulis membuat hidup lebih bahagia. Menulis untuk hidup yang lebih baik. Apa saja yang menarik bisa kita tulis. Jangan menunda berbuat baik. Ciptakan tradisi intelektual meneliti, membaca, menulis dan menuangkan ide, gagasan, pemikiran, curahan hati, uneg-uneg dalam benak yang paling dalam menjadi karya tulis yang bermanfaat untuk dibaca orang lain. Respon isu-isu human interes yang menarik perhatian dan menjadi kosen masyarakat. Semoga kita bisa, bismillahirrahmaanirrahii..........

Daftar Pustaka

Sutiman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/12/05/09/m3qcqk-2030-pemeluk-islam-capai-22-miliar-jiwa. diakses, 12/5/2012

Kompas, 2/9/2006

Solopos, 14/7/2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun