Alhamdulillah terasa nikmat shalat jamaah Dhuhur di rumah bersama keluarga, terasa mengalir cinta dan kasih sayang bersama, suasana puasa Ramadhan 1441 semakin indah dengan lantunan ayat-ayat Alquran yang dibaca anak dan istri, mereka saling berlomba memperbagus bacaannya, memperbanyak bacaannya, dan ayahnya memperdalam kandungan ayat-ayat demi ayat, menelaahnya, menyampaikan dalam ceramah dan tulisan-tulisan yang dipublikasikan di dunia maya melalui media sosial, maupun media internet, sehingga terasa manfaatnya bagi yang lain...
Siang ini saya membuka catatan harian tahun 2009 tanggal 24 juni.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang anugerahkan aneka nikmat yang berlimpah-limpah kepada kita, melalui esay ini saya akan memaparkan hasil riset kecilku terhadap fenomena yang aku jumpai beberapa tahun yang lalu, maupun saat ini terus saya lakukan.
Pada hari Rabu tanggal 14 Juni 2009 siang itu aku menunaikan shalat Dhuhur berjamaah di masjid dalam suatu perjalanan, dan kebetulan saya tertinggal rakaat menjadi makmum masbuk. Karena saya terlambat dua rakaat dari imam. Shalat sudah berjalan dua rakaat.
Orang yang menjadi imam saya tidak menyangka bahwa beliau adalah seorang sopir angkot yang shalat setiap waktu shalat tiba, dia pasti selalu sehinggah di mana telah mengantar penumpang sampai tujuan. Saya juga tidak mengenal siapa yang menjadi imam shalat tadi. Setelah mengetahui sang imam setelah dzikir dan doa kelar, sang imam kembali ke mobil tumpangannya, ternyata dia duduk di depan kemundi sebagai sopir angkot.
Saya merasa bahagia betapa khusuk dan tawadhu'nya akhlaknya, termasuk dalam mengatur waktu bisa tepat di waktu shalat istirahat yang dilakukan, dan kembali menjalankan profesinya kala waktu shalat sudah selesai ditunaikan. Kembali melalang buana menjemput rezeki yang Allah tebarkan di senatero negeri.
Saya kembali berdoa memohon untuknya Allah Swt melapangkan rezekinya, istiqoman dalam beribadah sekalipun dalam kondisi ekonomi sedang sulit.
Sementara lagi, ada seorang sopir angkot ini tidak shalat tetapi dia selalu antarkan isterinya ke masjid terdekat dengan kendaraannya, setelah isterinya turun dari angkot sempat melihat sebentar, untuk memastikan apakah di masjid itu ada alat shalat seperti mekena dan sajadah buat shalat. Maka sang isteri setelah memastikan ada mekenan dan sajadah untuk shalat, meminta suaminya melanjutkan narik penumpang dan dia istrinya tetap tinggal di masjid menunggu sambil iktikaf hingga kelar mengantar penumpang, sang suami kembali ke masjid untuk menjemput isterinya.
Saya memohon kepada Allah Swt semoga kelapangan dan kemudah rezekinya dimudahkan Allah Swt, rezekinya lapangan dan lancar ridhoNya.
Suatu waktu saya melakukan perjalanan dari Semarang kembali ke Solo, naik kendaraan umum, bus antar kecamatan. Bila naik kendaraan umum saya lebih suka duduk di belakang sopir, atau jok depan samping sopir, karena saya bisa melihat pemandangan dan sambil mengembangkan imajinasi. Saat lalu lintas tidak terlalu padat, sang sopir membuka pembicaraan, dengan bertanya "turun mana mas?". Sopir juga bertemu langganannya yang pada jam tertentu ada penumpang yang setiap untuk bersama dalam kendaraannya.
Sopir bercerita apa yang dialami dalam perjalanan kerjanya hari itu. "Aku sudah dua putaran". Dan ketika sampai di terminal pas pukul 12.00 WIB, saat waktu shalat Dhuhur tiba, maka sopir segera memarkir kendaraannya bergegas menunaikan Shalat Dhuhur terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan. Dia bercerita bahwa apa yang dilakukannya semata mengharap ridha Allah, termasuk masalah rezeki seperti ini. Alhamdulillah hasil perbuatan yang saya lakukan, membuat anak-anak saya sukses dan prestasi belajarnya luar biasa, sehingga mendapatkan beasiswa dari sekolahnya, dan itu semakin memacu saya bekerja dengan baik agar mampu memenuhi segala kebtubuhan keluarga, termasuk biaya pendidikan anak-anak kami.
Saya doakan semoga Allah anugerahkan keluarga sakinah putra putrinya jadi anak sholeh dan sholehah, studinya lancar dan mudah dalam mencari rezeki yang halal dan berkah.
Konflik batin
Seluk beluk kehidupan jalanan, keras dan penuh dengan persaingan. Maka benteng iman yang bakoh-kuat pada anak akan menginspirasinya dalam menjalankan kegiatan pada akhirnya.
Aku bermimpi berlayar menjadi nelayan dan terbayang beratnya mencari ikan di tengah lautan, terpaan angin dan badai, gelombang dari kecil hingga bergulung gulung besar mengoncang kapal yang berlayar, hamparan rezeki ikan yang berlimpah menjadi fenomena kehidupan yang penuh misteri.
Ada orang-orang yang dengan mudah selalu diberi kemudahan dalam lapangan mencari rezeki, sekalipun dengan berpangku tangan kelihatannya, namun sebenarnya dia bekerja mengandalkan pikiran dan otaknya menghasilkan kreativitas karya yang bermanfaat luar biasa untuk kehidupan.Â
Ada juga orang-orang yang bekerja dengan banting tulang, kepala menjadi kaki, kaki menjadi kepala, siang malam tidak mengenal waktu untuk bekerja, hidup adalah kerja, tanpa kerja hidup berarti berhenti dan mati. Mereka bekerja hanya sekedar untuk mendaptkan sesuap nasi untuk kehidupan, untuk hidup hari ini. Hari ini bekerja, maka hari ini bisa makan, pendapatannya harian. Jika tidak berkeja hari ini tidak bisa makan.
Allah Swt hamparkan rezeki itu bertebaran di mana saja, di muka bumi, daratan, terkandung di perut bumi hasil tambang yang melimpah, di lautan kekayaan hayati bertebaran.
Berjuang dan terus berjuang adalah kata bijak yang harus membara dalam semangat hidup. Semakin gagal semakin kuat perjuangannya, semakin ekun ikhtiarnya semakin banyak doa dan harapan dipanjatkan untuk mendekatkan diri kepada Sang Pemiliki Kehidupan, doa dan ikhtiar perpadauan keduanya yang terus menginspirasi untuk meraih apa yang menjadi cita dan harapan hidupnya.
Rahman adalah anugerah Allah Swt yang akan diberikan kepada semua orang. Semua makhluknya mendaptkan kasih saya, dengan satu kasih sayang yang ditebarkan Allah Swt di jagat raya ini, semuanya saling berbagi, dari makhluk kecil, hingga makhluk super canggih manusia, apapun ideologi, kepercayaan, keimanan, agama yang diyakini saling berbagi dengan yang lain.
Sedangkan rokhim adalah anugerah Allah Swt yang diberikan spesial khusus kepada hamba-hambanya yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. tidak semua orang mendapatkan hidayah yang berupa keimanan kepada Allah Swt, keimanan adalah pembeda di antara manusia yang lain.
Perjuangan hidup orang yang beriman berpangkal pada totalitas dan berserah diri kepada Allah Swt. Apa yang ditakdirkan Allah Swt adalah yang terbaik dan terindah baginya. Sebelum takdir itu terjadi manusia wajib berusaha berikhtiar dan tergantung seberapa dalam penghayatan dan pengamalan terhadap nila-nilai ajaran agamanya.
Ending happy...
Manusia dapat mengupayakan takdir yang terbaik dengan ikhtiar-ikhtiarnya, karena itu adalah wilayah manusia berusaha mewujudkan apa yang menjadi obsesi keinginannya. Apabila usaha, ikhtiar dan doa sudah dilakukan dengan semaksimal mungkin, melakukan sesuai dengan hukum sebab akibat, melakukan dengan kemampuan daya rasionalitasnya, maka berserah diri dan tawakal adalah obat pencerahan, bersabar adalah wujud totalitas atas usaha yang dilakukan.
Manusia tidak berhak menentukan hasil, wilayah manusia adalah berusaha. Hasil akhir diserahkan pada kekuasaan Allah Swt menentukan takdirnya. Yang terjadi saat itu adalah yang terbaik, baik hasilnya positif sesuai yang diharakan, maupun hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Menerimanya dengan lapang takdir dan berusaha kembali bila belum sesuai adalah langkah bijak yang selalu ditanamkan dalam diri mental pejuang sejati.
Kita bisa belajar pada siapapun yang dilihat bukan status sosialnya, tetapi apa yang dilakukan, bermanfaat perbuatannya atau sebaliknya membawa petaka hidup. Sebaik-baik manusia yang bermanfaat bagi kehidupan. Yuk lakukan yang terbaik di sisa waktu kita masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H