Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bola Salju OCCRP Bergulir Kemana?

4 Januari 2025   10:14 Diperbarui: 4 Januari 2025   10:45 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: MediaSuara.com

Berbagai media di Indonesia baru saja mengguncang masyarakat dengan berita yang pertama kali dirilis oleh OCCRP pada 27 Desember tahun 2024 lalu. OCCRP menyatakan Jokowi, mantan Presiden RI di 2 periode lalu dinominasikan dalam daftar tokoh terkorup. Daftar itu disusun berdasarkan masukan dari berbagai sumber di Indonesia.

Segera saja media sosial diramaikan dengan bantahan yang senada dengan bantahan yang dikeluarkan oleh Jokowi, yaitu: 1. Apa yang dikorupsi? 2. Apa bukti korupsinya? Tidak mengherankan jika Jokowi mendapat dukungan yang signifikan, karena bagaimana pun juga Jokowi memiliki approval rating tinggi yang jarang bisa diperoleh pemimpin mana pun di dunia. Survei terakhir mengenai approval rating Jokowi masih di atas angka sekitar 70%.

Sebaliknya, beberapa pihak yang mendukung daftar yang dirilis OCCRP itu menggunakan argumen: Kata korup yang dimaksud OCCRP memiliki arti yang luas jika menggunakan definisi yang universal. Itu membuat nama Jokowi bisa masuk ke dalam daftar tokoh terkorup.

Argumen mereka sejalan dengan laporan yang diterbitkan PBB tiap tahun sejak 2012, yaitu World Happiness Report (WHR). Menurut WHR ada 6 indikator yg digunakan untuk menentukan tingkat happiness sebuah negeri. Indikator ke-6 adalah: The absence of corruption. Lima indikator lainnya lihat di sini (klik di sini). Tentu definisi corruption yang dimaksud adalah yang definisi yang universal, bukan definisi: Nyolong duit semata.

Corruption dianggap penting, karena persepsi masyarakat tentang adanya praktik korupsi di sebuah negeri bisa merusak kesehatan mental atau happiness masyarakat. Jika happiness menurun, maka dampaknya akan melebar ke berbagai aspek kehidupan lain, seperti produktivitas, kecenderungan pada pro-social behaviour, dan lain-lain.

Sementara itu OCCRP memasukkan nama Jokowi dalam daftar tokoh terkorup, karena mendapat masukan dari  mereka yang disebut oleh OCCRP sebagai 'civil society groups and experts'. Mereka itu yang mempersepsikan Jokowi telah melakukan korupsi dengan menggunakan definisi yang universal.

Lalu kemudian OCCRP kemarin, 2 Januari 2025 merilis penjelasan tentang mengapa Jokowi masuk ke dalam daftar tokoh terkorup yang jika disingkat seperti ini: 1. Jokowi melemahkan KPK, 2. Jokowi memperdaya beberapa lembaga negara untuk melancarkan karir politik anaknya (Gibran). Intinya Jokowi itu bisa disebut korup.

Tentu saja itu mengundang perdebatan lagi, sehingga ada yang mengusulkan untuk menyediakan ruang atau forum bagi para ahli untuk: 

1.  Mendiskusikan apa yang telah dirilis oleh OCCRP (Jokowi tokoh terkorup).

2. Mendiskusikan apa yang dijelaskan oleh OCCRP pada 2 Januari 2025 tentang Jokowi melemahkan KPK dan memperdaya beberapa lembaga negara.

"Tuduhan" yang dilontarkan oleh OCCRP adalah tuduhan yang serius, seperti yang sudah pernah terjadi di masa lalu, setidaknya sejak peristiwa 1965. Ada beberapa peristiwa serius lain yang mengundang beberapa tuduhan serius kepada beberapa tokoh sejarah di negeri ini, namun penjelasan atau pengungkapannya tidak pernah diberikan kepada masyarakat luas.

Semoga kali ini tuduhan OCCRP bisa mendapatkan kejelasan yang tuntas, agar masyarakat bisa terus tumbuh menjadi lebih baik. Semoga tuduhan OCCRP ini bisa menjadi bola salju yang semakin membesar untuk mendorong Indonesia memperbaiki diri, karena harus berhadapan dengan berbagai tantangan besar di tahun-tahun mendatang, terutama di era Artificial Intelligence (AI).

Pengembangan Human Capital atau SDM dengan Memanfaatkan AI

Belum ada program serius yang ditangani para ahli untuk memperbaiki human capital (SDM) yang sekarang dikaitkan dengan mental health, positivity, happiness, productivity, prestasi dan kecerdasan.

Negeri-negeri yang berada di daftar teratas dalam World Happiness Report yang diterbitkan PBB tiap tahun adalah negeri-negeri maju dan makmur. Para ahli menyebut mental health (happiness) mempengaruhi produktivitas, prestasi atau kecerdasan. Bukan sebaliknya. Penjelasannya dapat dibaca di World Happiness Report.

AI dapat membantu Indonesia untuk merevolusi program pengembangan SDM. Misalnya menyediakan AI tools yang bisa diakses oleh semua lapisan masyarakat, sehingga tersedia cara efisien untuk mengoptimalkan fungsi otak (agar tingkat positivity meningkat). AI tools ini juga harus ditujukan pada para politisi Indonesia agar tidak terus merusak Indonesia.

Platform pendidikan berbasis AI dapat mendemokratisasi pembelajaran, memungkinkan akses pendidikan berkualitas bagi siswa di daerah terpencil. Kemitraan dengan perusahaan teknologi global dapat membawa program pelatihan AI lanjutan dan peluang riset.

Fokus pada sains dan teknologi serta literasi AI sejak usia dini. Tinggalkan pelajaran coding, karena sia-sia (setelah ada AI). Buang ide tentang sekolah unggulan, karena tidak menyediakan kesempatan yang sama untuk semua warga.

Promosikan penelitian dan pengembangan di universitas lokal serta berikan insentif untuk inovasi. Dukung setiap individu yang berprestasi dalam pengembangan atau dalam mempromosikan sains dan teknologi. Dorong kemitraan antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta untuk membangun ekosistem inovasi dan produktivitas nasional.

Ekonomi Digital

Indonesia sudah memiliki fondasi ekonomi digital yang kuat melalui startup seperti Gojek dan Tokopedia (sekarang GoTo). Ekspansi AI di e-commerce, fintech, dan logistik dapat memperkuat sektor ini.

Berdayakan UMKM dengan dukungan serius, terutama dukungan modal dan bimbingan. Sosialisasikan berbagai alat berbasis AI (AI tools) untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing. Jangan pernah lupakan peran UMKM dalam penyediaan lapangan kerja, dan sebagai tulang punggung ekonomi nasional. Jangan tunggangi UMKM untuk politik praktis sebagaimana terjadi sebelumnya.

Populasi besar dan lokasi strategis menyediakan potensi untuk menjadi pusat AI regional di Asia Tenggara dengan menarik investasi dan talenta. Kembangkan solusi AI untuk memenuhi kebutuhan lokal dan pastikan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, termasuk komunitas yang terpinggirkan atau kelompok masyarakat yang sulit untuk mendapatkan akses pada layanan pemerintah yang optimal.

Kembangkan inisiatif kota pintar di kota besar, seperti di Jakarta atau Bandung dengan  memanfaatkan AI untuk meningkatkan layanan publik dan mengurangi inefisiensi atau menurunkan angka korupsi, karena politisi Indonesia menjadi bagian dari praktik korupsi yang menggila.

AI dapat membantu Indonesia untuk melewati periode tradisionalnya. Misalnya, pertanian berbasis AI dapat merevolusi sektor pertanian, memberikan manfaat besar bagi masyarakat pedesaan. Bukan dengan membabat 20 juta hektar hutan untuk membangun ketahanan pangan, karena teknologi pertanian di era AI tidak membutuhkan lahan yang luas, namun tetap efisien menghasilkan produk pertanian yang berlimpah dan berkualitas tinggi.

Bisakah Indonesia Menjadi Negeri Maju dan Sejahtera Segera?

Meskipun ada tantangan besar, Indonesia memiliki potensi untuk memanfaatkan kekuatan AI dan teknologi baru lainnya untuk secara signifikan meningkatkan posisinya di dunia. Jika pembuat kebijakan, pelaku bisnis, dan masyarakat bersama-sama merangkul peluang ini, Indonesia dapat mengalami era transformasi besar, terutama dalam menghadapi tantangan human capital (SDM) yang terabaikan sejak awal kemerdekaan Indonesia.

M. Jojo Rahardjo
Satu-satunya penulis yang sejak 2015 menulis ratusan artikel & video seputar perkembangan neuroscience, dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun