Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Beberapa Buku Seputar Mind-Wandering

25 Mei 2024   11:45 Diperbarui: 25 Mei 2024   11:59 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mind-wandering belum menjadi wacana yang populer di masyarakat, padahal menurut salah satu neuroscientist dari Inggris, Philip Asherson, mind-wandering berkaitan erat dengan ADHD (Attention-Deficit / Hyperactivity Disorder), serta ASPD (Antisocial Personality Disorder). Itu berkaitan dengan banyak hal dalam kehidupan sehari-hari, misalnya toxic person di lingkungan kerja, sekolah, pertemanan, bahkan lingkungan keluarga. Juga berkaitan dengan pelanggaran hukum yang cenderung dilakukan oleh ADHD atau ASPD.

Mind-wandering adalah kecenderungan pikiran untuk berkelana kesana-kemari tanpa kendali, bahkan tanpa bisa disadari. Termasuk berkelana ke masa lalu dan masa depan. Mind-wandering tentu ada gunanya, karena mind-wandering juga terjadi pada mamalia, apalagi primata. Michael Corballis, neuroscientist dari New Zealand, menyebut: pada mamalia mind-wandering berguna dalam proses belajar, misalnya mencari makanan.

Michael Corballis menyebut beberapa riset yang menunjukkan mind-wandering menyebabkan naiknya tingkat stress atau menurunkan tingkat happiness.

Mind-wandering bisa terlalu "liar" pada beberapa orang, sehingga menyebabkan munculnya gangguan (disorder). Siddhartha Gautama 2.500 tahun lalu sudah menemukan soal mind-wandering ini, dan memberi solusinya agar tidak menyebabkan gangguan.  Beberapa neuroscientists di masa kini yang mendalami mind-wandering menyebut Siddharta sebagai saintis pertama yang membahas mind-wandering dan memberi solusinya. Meski begitu sudah ada beberapa pemikir lain sepanjang sejarah peradaban manusia yang sudah membahas mind-wandering ini.

Buku yang membahas mind-wandering ini belum cukup banyak. Philip Asherson tidak menulis buku, meski ia cukup banyak dikutip, karena video ceramah atau kuliahnya beredar di Internet. Namun ada satu buku yang sangat direkomendasikan yaitu yang ditulis oleh James Kingsland, karena ia membandingkan apa yang ditemukan oleh Siddhartha dan apa yang ditemukan oleh sains masa kini seputar mind-wandering.

Artikel ini ingin membahas beberapa buku tentang mind-wandering yang sempat penulis baca. Semoga bisa menjadi pengantar yang berguna bagi yang ingin mendalami mind-wandering.

==o==


"Mindwandering: How Your Constant Mental Drift Can Improve Your Mood and Boost Your Creativity" by Moshe Bar, 2022, February.

Buku yang ini terasa sekali bermaksud menonjolkan benefit dari mind-wandering. Sementara buku yang lain lebih menonjolkan dampak negatifnya.

Philip Asherson dalam beberapa video (bukan buku) yang berisi kuliahnya berisi kaitan erat (yang mencengangkan) antara mind-wandering dengan ADHD, dan juga sociopathy. Philip jelas banget ingin menonjolkan sisi negatif dari mind-wandering.

Michael Corballis juga begitu ("The Wandering Mind: What the Brain Does When You're Not Looking"), menonjolkan dampak negatif dari mind-wandering, yaitu stress atau berkurangnya happiness.

Buku yang ditulis Jamie Kreiner, "The Wandering Mind" menunjukkan tentang bagaimana manusia dalam sejarah peradabannya berjuang "mengatasi" mind-wandering. Sebuah catatan sejarah yang tidak pernah ditulis oleh orang lain tentang mind-wandering, barangkali.

Sementara James Kingsland dalam bukunya yang cukup fenomenal: "Siddhartha's Brain: The Science of Meditation, Mindfulness and Enlightenment" menjelaskan bahwa science of mind bukan sains baru, karena Siddhartha sudah membahasnya 2.500 tahun lalu. Kingsland menjelaskan bagaimana mind-wandering dibahas oleh Siddhartha dan bagaimana hidup berdampingan dengan mind-wandering yang memang tidak bisa dihindari, namun tidak terkena dampak negatifnya.

Hanya buku Moshe Bar yang bersemangat menonjolkan sisi positif dari mind-wandering. Namun buku ini kurang menonjolkan peran meditasi untuk mengatasi dampak negatif dari mind-wandering.  Moshe Bar menawarkan solusi seperti self-reflection atau juga emotional processiong (regulation), empathy, dll. yang semuanya bisa diatasi dengan meditasi menurut berbagai riset sains.


Bagaimanapun juga buku Moshe Bar bisa menjadi pengantar bagi yang pertama kali mendalami mind-wandering, namun tidak ingin terjebak membenci mind-wandering. Namun buku James Kingsland akan melengkapinya dengan berbagai detil dari apa yang sudah ditemukan oleh Siddhartha 2.500 tahun lalu dan dilengkapi dengan apa yang sudah ditemukan oleh neuroscience di era digital sekarang ini.

M. Jojo Rahardjo

Sejak 2015 menulis ratusan artikel & video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. Sekarang sedang menyiapkan sebuah aplikasi berbasis smartphone yang bisa dimanfaatkan masyarakat untuk memperbaiki fungsi otaknya agar lebih maksimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun