Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pertanyaan Besar untuk Presiden Terpilih 2024

26 April 2024   21:14 Diperbarui: 26 April 2024   21:35 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: The Rockefeller University, NY.

Tuduhan besar yang bakal terus dipikul oleh presiden terpilih, Prabowo adalah: Seorang sociopath akan terus menjadi sociopath. Jika dulu pernah melakukan kejahatan kemanusiaan, maka itu akan diulangnya lagi.

Pertanyaan besar pun muncul: Benarkah Prabowo seorang yang memiliki ciri utama sociopath? Siapa yang pantas untuk membahas itu? Sains apa yang harus digunakan?

==0==

Pilpres sudah selesai, bahkan sengketa seputar hasil pilpres sudah diajukan ke Sidang MK dan hasilnya sudah diputuskan beberapa hari lalu: tidak ada keraguan pada kemenangan telak dari pasangan Prabowo-Gibran atas 2 pasangan capres lainnya.

Lalu apakah presiden terpilih, Prabowo Subianto akan berjalan mulus nantinya dalam menjalankan pemerintahan? Sudah pasti jawabannya adalah tidak, jika berkaca pada apa yang dialami oleh presiden Jokowi sepanjang 2 periodenya.

Sepanjang pemerintahannya hingga hari ini, yaitu selama 9 tahun lebih, Jokowi sudah dituduh macam-macam, dari yang paling ringan hingga yang berat, seperti memiliki ijazah palsu, hingga PKI, bahkan mencuri dana bansos untuk kepentingan sendiri atau kelompoknya. Yang menuduh atau memfitnahnya, bahkan ingin menjatuhkannya, mulai dari kelompok radikal agama, politisi kurang waras, hingga teman-teman seperjuangannya di partainya sendiri, PDIP.

Prabowo mungkin sekali bakal mengalami hal yang sama dengan Jokowi, bahkan mungkin lebih parah. Sejak masa kampanye hingga setelah kemenangannya di pilpres 2024, Prabowo dituduh memperoleh dukungan dari presiden Jokowi dengan cara yang curang. Tuduhan itu tidak berhenti meski Sidang MK sudah memutuskan perkara kecurangan yang dituduhkan oleh 2 pasangan capres lainnya. Nampaknya Prabowo akan mendapat serangan seputar itu sepanjang pemerintahannya nanti.

Tentu saja bukan hanya itu, tetapi juga ada beberapa sangkaan besar yang bergaung di kepala mereka yang tidak mendukung Prabowo:

1. Prabowo melakukan penculikan dan kejahatan kemanusiaan lain di masa dahulu.
2. Prabowo pernah bersekongkol atau berkolaborasi dengan kaum radikal agama di pilpres 2014 & 2019.
3. Prabowo memiliki kecenderungan pada kekerasan atau represi.
4. Prabowo memiliki beberapa ciri utama sociopath, atau cenderung untuk menghalalkan segala cara.
5. Kemampuan Prabowo memanipulasi masyarakat semakin bertambah tinggi di pilpres 2024, salah satunya saat ia terlihat sabar dan tidak pemarah lagi di beberapa ajang debat capres 2024.

==0==

Apa itu Sociopath?

Sociopath adalah sebutan populer terutama di berbagai media untuk orang yang memiliki ciri ASPD (Anti-Social Personality Disorder). Selain sociopath, ada sebutan popouler lain lagi, yaitu narcissist dan psychopath. Semuanya bagian dari ASPD.

Beberapa ciri utamanya seperti terlihat di gambar di bawah ini:

Gambar: StMU Research Scholars
Gambar: StMU Research Scholars
Tentu saja hanya para ahli saja yang boleh membuat diagnosa apakah seseorang menyandang ASPD atau tidak. Itu pun harus dengan bersandar pada buku panduan: DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition) yang diterbitkan oleh APA (American Psychiatric Association) tahun 2022. 

Meski demikian mereka yang bukan ahli bisa saja berspekulasi tentang apakah seseorang memiliki ciri utama ASPD atau yang populer disebut sociopath, narcissist, atau psychopath. Gambar di bawah ini adalah rincian yang lebih panjang dari ASPD traits yang bisa digunakan untuk membuat spekulasi.

Gambar: Mind Journal
Gambar: Mind Journal
Jangan lupa pula, bahwa mereka yang mengalami stres berat atau chronic stress, atau mengalami sebuah trauma berat bisa memiliki ciri utama sociopath atau ASPD untuk waktu yang terbatas hingga permanen.

Beberapa riset neuroscience menyebutkan tentang bagaimana interaksi beberapa bagian penting di otak menjadi menurun karena stres. Padahal interaksi bagian-bagian penting di otak itu menentukan kemampuan kognitif, kewarasan, pertimbangan moral, empathy, emotion regulation, dan lain-lain. 

Sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa mereka yang stres, empathy-nya menjadi menurun, moralnya menurun, yang itu berarti menjadi lebih cenderung pada pelanggaran norma atau pelanggaran aturan atau hukum. Belum lagi kemampuan kognitif menurun, emosinya menjadi tidak stabil, dan lain-lain yang menjadi bagian dari ciri utama sociopath.

Jadi siapapun bisa sesekali memiliki kecenderungan atau ciri sociopath, karena beberapa sebab, seperti stres yg sudah disebut di atas. Demikian juga kerusakan otak karena benturan keras di kepala, atau tumor di otak, pelatihan yang melibatkan praktik cuci-otak, stroke, dan lain-lain.

Fungsi otak tidak boleh terganggu. Jika terganggu maka mempengaruhi banyak hal seperti yang sudah disebut di atas, yaitu mempengaruhi kemampuan kognitif, perilaku, agresivitas, pertimbangan baik-buruk atau moralitas, Emotion Regulation, hingga kesehatan tubuh.

Namun stres adalah penyebab utama menurunnya fungsi otak. Padahal stres jika berulang-ulang terjadi, bakal memicu menurunnya fungsi otak yg lebih parah, bahkan bisa permanen.

Gambar: The Rockefeller University, NY.
Gambar: The Rockefeller University, NY.
Oleh karena itu banyak sekali riset atau buku seputar stres dan cara menurunkannya. Neuroscience yang berkembang beberapa dekade terakhir ini juga melakukan banyak riset seputar stres beserta cara menurunkan stres.

Stres mungkin sekali tidak dapat dihindari. Stres bisa datang kapan saja dan bisa sangat berat, atau berulang-ulaang, serta tanpa terduga. Misalnya ditimpa bencana alam, kehilangan orang tempat bergantung atau dicintai, kehilangan penghasilan atau pekerjaan, hubungan yang tidak harmonis dengan pasangan, terkena penyakit berat, lingkungan hidup yang kacau, keras atau menekan, dan lain-lain.

Itu juga sebabnya kajian Emotion Regulation menjadi satu kajian yang cukup populer di bidang: 1. kesehatan mental, 2. leaderships, 3. produktivitas.

Gambar: Mind Journal
Gambar: Mind Journal
Menurut beberapa riset neuroscience yang mengkaji Emotion Regulation, emotions memang berubah-ubah, karena dipengaruhi oleh 2 faktor: 

1. Peristiwa dari luar diri kita. 

2. Apa yang berkecamuk di pikiran kita.

Sudah ditemukan beberapa cara yang efektif untuk meregulasi emotions agar menjadi lebih stabil, atau tidak gampang berubah oleh 2 faktor yang sudah disebut di atas. Emotions diregulasi agar hanya positive emotions yang dominan untuk muncul.

Sekarang kita kembali ke Prabowo Subianto, presiden terpilih 2024.

Dari berbagai berita di berbagai media, Prabowo terlihat sudah berubah dibanding dengan saat pilpres 2014 & 2019 lalu. Nampak ia sekarang lebih memiliki Emotion Regulation. Namun bagaimana ia bisa terlihat seperti memiliki itu?

Seperti sudah disebut di atas, neuroscience telah menemukan cara yang efektif untuk menyetel Emotion Regulation. Mungkin sekali Prabowo menyetel Emotion Regulation-nya dengan menggunakan cara yang mudah, yaitu dengan berada di lingkungan yang positive. Apa artinya itu?

Prabowo Berada di Lingkungan yang Positive

Sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama, Jokowi di akhir masa jabatannya mendapatkan approval rating yang tinggi. Jarang ada di dunia. Approval ratingnya pernah mencapai 80%. Sekarang approval rating Jokowi setara dengan Narendra Modi (India) yang memperoleh 77%.

Di Amerika saja, sepanjang sejarahnya yang panjang, approval rating tertinggi diperoleh oleh Bill Clinton, yaitu 66%. Di negeri-negeri maju, approval rating biasanya di bawah 50% saja.

Prestasi Jokowi tentu bukan hanya di approval ratting saja, meski itu bukan berarti Jokowi adalah presiden yang sempurna, karena masih banyak yang mesti dibenahi di Indonesia. Namun Jokowi adalah presiden terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Daftar prestasinya membuat banyak ahli yang mencoba menganalisa untuk menemukan apa kelebihan yang dimiliki Jokowi.

Saya sudah menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience sejak 2015, yang artinya juga seputar kesehatan mental, leaderships, dan produktivitas. Ada banyak yang bisa dikutip dari berbagai riset neuroscience untuk membahas "rahasia" di balik prestasi Jokowi. Saya hanya akan mengutip dari seorang neuroscientist saja, yaitu Daniel Goleman yang merupakan pakar leaderships, productivity kelas dunia dan sekaligus juga pakar Emotional Intelligence.

Gambar: Membangun Posivity
Gambar: Membangun Posivity
Buku yang ditulis oleh Goleman dengan judul "Emotional Intelligence" di tahun 1995 laku keras di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, hingga terjadi demam Emotional Intelligence atau EQ selama bertahun-tahun. Goleman membahas dengan detil tentang apa pentingnya self-awareness, self-control, self-motivation, empathy, dan social skills. 

Di buku itu, Goleman memang tidak menggunakan sebutan Emotion Regulation, namun apa yang dibahas Goleman di buku itu adalah mengenai Emotion Regulation. Itulah syarat utama untuk menjadi seorang leader, atau menjadi lebih produktif, atau sekedar sehat secara mental yang juga berarti hidup yang berkualitas.

Gambar: Amazon
Gambar: Amazon
Semua yang digambarkan oleh Goleman dimiliki oleh Jokowi. Sebagaimana kita ketahui, Jokowi adalah "mentor" Prabowo di pilpres 2024.

Jokowi tentu tidak mengajarkan secara langsung Emotion Regulation kepada Prabowo. Bahkan mungkin sekali Jokowi tidak mengenal sebutan Emotion Regulation, meski ia mempraktikkannya. Emotion Regulation adalah juga sebuah positivity yang memang mudah menular ke orang-orang di sekitarnya.

Hasan Nasbi, salah seorang "konsultan politik" Prabowo pernah bercerita, bahwa Prabowo "menyesal" tidak menguasai ilmu seputar rekonsiliasi sebelumnya sebagaimana dipraktikkan oleh Jokowi sepanjang 2 periode. Jika ia tahu soal itu, maka Prabowo pasti sudah mempraktikkannya sejak dahulu, ujar Hasan Nasbi. Tidak hanya itu Hasan Nasbi juga menceritakan banyak hal dari Prabowo yang menurutnya adalah sebuah perubahan besar yang positif.

Gambar: katalogika.com
Gambar: katalogika.com
Apa yang ditunjukkan Prabowo sepanjang masa pilpres 2024 jelas menunjukkan adanya perubahan besar pada diri Prabowo, yaitu munculnya karakter positif. Prabwo tidak lagi terlihat tampil bernafsu ingin menjadi presiden. Ia terlihat lebih santai.

Shawn Achor seorang neuroscientist yang menulis buku "The Happiness Advantage" menyebut positivity menular ke orang-orang di sekitarnya. Jokowi bahkan menularkan positivity-nya kepada orang yang disangka oleh masyarakat memiliki ciri utama sociopath.

Gambar: Amazon
Gambar: Amazon
Penutup

Apakah Prabowo bisa menjawab keraguan masyarakat yang bakal terus bergaung seputar 5 hal yang disebutkan di atas? Jawabannya tentu bisa, jika Prabowo terus berada di lingkungan yang postif. Mungkinkah lingkungan Prabowo akan terus positif? Mungkinkah menjaga Prabowo agar terus memiliki Emotion Regulation yang baik?

M. Jojo Rahardjo
Sejak 2015 menulis ratusan artikel & video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun