Rocky Gerung tentu menarik untuk dibicarakan. Salah satunya, karena Rocky sering menampilkan dirinya sebagai akademisi atau intelektual, namun dari mulutnya sering keluar makian kasar atau hinaan kepada orang lain yang justru bisa menunjukkan ia kurang memiliki argumen akademis. Sejumlah nama sudah ia maki dan hina di berbagai forum, bahkan juga Presiden Jokowi.
Sejumlah elemen masyarakat baru-baru ini berusaha menjebloskannya ke dalam penjara, karena dianggap telah menghina Presiden Jokowi. Entah pasal hukum apa yang akan digunakan.
Rocky juga "dituduh" di berbagai media, Â memilliki kedekatan dengan beberapa "pembenci" Jokowi, sehingga banyak yang menduga bahwa Rocky "disangoni" oleh beberapa orang dari "pembenci" Jokowi itu, agar teguh dan lantang memaki dan menghina rezim Jokowi.
Di luar soal politik itu, Rocky adalah kasus menarik, karena ia bisa dianalisa dengan menggunakan sains yang populer beberapa dekade terakhir, yaitu  personality disorder. Meski demikian artikel ini bukan sebuah diagnosa untuk kesehatan mental Rocky, tetapi sebuah personality disorder analysis yang didasarkan pada sejumlah informasi seputar Rocky yang tersedia di berbagai media.
Sebagaimana sudah saya tulis di beberapa artikel sebelumnya (klik di sini), nampaknya Rocky memiliki ciri narcissism dan sociopathy.
Sociopathy, narcissism adalah sebutan populer untuk ASPD (Antisocial Personality Disorder) atau "gangguan" kepribadian yang bersifat anti sosial. Mereka sering disebut dengan toxic person, karena menjadi gangguan bagi orang di sekelilingnya, bahkan bisa tidak peduli pada keselamatan dan nyawa orang lain, karena toxic person kurang atau tidak punya empathy.
Ciri utama yang lain adalah mereka sulit menguasai konsep salah & benar yang berlaku umum atau universal, sehingga mereka cenderung menganggap dirinya yang paling benar. Meski begitu, mereka mampu memberi kesan mereka menguasai konsep salah & benar.
Dampak dari ciri utama itu adalah mereka cenderung untuk mendominasi orang lain, sehingga kesan arogan menjadi menonjol. Merendahkan orang lain menjadi enteng saja bagi mereka. Tak heran jika mereka mudah mencaci atau menghina dengan kata-kata: dungu, tolol, bajingan, pengecut, dll.
Dampak lainnya adalah adanya sikap self-centered yang bisa terlihat dengan mudah. Ia meyakini dirinya pusat dari dunia yang berputar. Ukuran benar-salah ada pada dirinya, alias ia yang menentukan. Jadi tak mungkin ia meminta maaf, meski ia yang berbuat salah atau melanggar aturan.
Ciri grandiosity yang ada pada dirinya membuat banyak orang melongo, karena ia meyakini dirinya sangat pintar, atau hebat, bahkan sangat spesial. Keyakinan yang di luar batas ini membuatnya butuh pengakuan atau puja-puji setinggi langit. Jika tidak diperolehnya, bisa membuatnya meradang.
Rocky setelah dipolisikan, ternyata tidak memilih diam untuk menghemat energinya, padahal sudah pasti ia akan segera diperiksa polisi dan masuk ruang pengadilan. Rocky malah terus muncul di media mengeluarkan berbagai statement untuk menunjukkan dirinya benar dan besar. Dari beberapa video yang beredar, Rocky bahkan mengatakan kira-kira begini: Indonesia belum siap menerima dirinya yang memiliki sikap kritis. Mungkin saja ia mengira ia satu-satunya orang yang memiliki sikap kritis, bahkan orang terhebat yang dimiliki negeri ini.
Ciri manipulatif terlihat di soal IKN yang menjadi salah satu konteks dari hinaan yang dilontarkan Rocky kepada Jokowi. Ia nampak 'berputar-putar saja' di soal itu, mungkin ia terganggu dengan desakan masyarakat adat Dayak yang ikut tersinggung dengan hinaannya pada Jokowi. Padahal mungkin sekali ia akan kewalahan di ruang pengadilan nanti soal tuduhannya seputar IKN itu.
Otak sociopath bekerja berbeda, karena bagian prefrontal cortex tidak berinteraksi sempurna dengan bagian lain otak, seperti amygdala. Sehingga amygdala yang "menentukan" perilakunya. Padahal semestinya ada pertimbangan kewarasan yang bisa diberikan oleh prefrontal cortex.
Akibatnya prefrontal cortex mereka lebih kecil, padahal bagian otak ini menghasilkan executive function, yaitu pemikiran rasional, pemecahan masalah, Â pemikiran waras, penuh pertimbangan, moralitas, baik-buruk, kreatifitas, dll.
Lalu mengapa mereka dikira pintar oleh masyarakat? Bahkan dikira memiliki pemikiran mendalam atau juga dikira filsuf. Itu karena sociopath terlatih dalam memanipulasi orang-orang di sekitarnya. Salah satu caranya adalah dengan menghapal kutipan-kutipan penting dari orang-orang terkenal, supaya ia disangka sehebat orang-orang yang dikutipnya.
Ciri lainnya yang belum banyak dibicarakan di Indonesia adalah: sociopathy berakar di mind-wandering yang terlalu aktif (dan pada hal-hal yang negatif). Soal mind-wandering bisa baca artikel saya di sini (klik di sini).
Mind-wandering yang terlalu aktif ini membuat Rocky tidak terlihat mengembangkan perhatiannya pada topik-topik lain yang bisa menghasilkan pemikiran yang lebih dalam. Tidak terlihat ia menyinggung secara serius apa yang sedang menjadi diskusi mendalam dari para pemikir dunia dalam soal perkembangan kritis peradaban manusia dewasa ini, misalnya AI. Ia juga terlihat abai pada global issues. Ia terus secara konsisten mengoceh soal local politics.
Mind-wandering yang terlalu aktif ini mungkin saja dipicu oleh trauma atau peristiwa negatif di masa kecil atau memang terlahir seperti itu, alias otaknya sudah terbentuk begitu sejak masih di rahim.
Penutup
Saya meyakini, Rocky akan segera masuk penjara, mengingat sudah cukup banyak para ahli hukum yang memberi saran tentang cara agar Rocky bisa dijebloskan ke dalam penjara.
Lalu apa selanjutnya setelah Rocky masuk penjara?
Saya teringat Hitler yang masuk penjara dan menulis "Mein Kampf" (my struggle) di tahun 1925. Buku ini menjadi terkenal karena berisi pembelaan dirinya mengapa ia melakukan kejahatannya, yaitu percobaan makar yang gagal total. Kegagalan itu sebagian besar disumbang oleh halusinasi seputar kebesaran dirinya.
Hampir mirip, ada tuduhan serius kepada Rocky yang disebut-sebut merancang percobaan makar di tanggal 10 Agustus nanti. Mungkin sekali Rocky melakukan hal yang mirip dengan Hitler, namun ada perbedaan yang mencolok, yaitu pada masa Hitler sedang terjadi kerusakan ekonomi yang parah, sehingga masyarakat Jerman mudah dihasut untuk menyalahkan pemerintah Jerman, menyalahkan warga Yahudi, menyalahkan komunisme dll. Saat itu Hitler fokus mengkambinghitamkan Yahudi dan komunisme, sedangkan Rocky fokus mengkambinghitamkan Cina dan mengkambinghitamkan kapitalisme. Anehnya Rocky "dekat" dengan Cendana.
Hitler memanfaatkan sistem demokrasi dengan cara ikut pemilu, dan partainya (NAZI) hanya menang tipis di tahun 1933. Namun tujuannya adalah untuk mengganyang demokrasi dan menggantinya dengan fascism, authoritarianism atau dictatorship. Itu sebabnya Hitler dan kelompoknya menggunakan nama NAZI yang kepanjangan dari Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (English: National Socialist German Workers' Party).
Sedangkan Rocky cukup terlihat sedang fokus menunggangi para kaum buruh atau pekerja, terutama untuk gerakan 10 Agustus nanti. Ia juga terlihat menunggangi atau memanfaatkan sistem demokrasi yang membuatnya bisa "bebas" melempar hasutan tentang pentingnya mengganti rezim Jokowi.
Ada 1 hal yang harus kita maklumi, karena mungkin sekali prefrontal cortex milik Rocky tidak berfungsi maksimal. Sehingga wajar jika Rocky lupa atau tidak mampu menyadari: Indonesia sedang berada di era berjaya penuh, bahkan dikagumi dunia internasional. Tidak ada kerusakan ekonomi, tidak ada angka pengangguran yang tinggi atau kerusakan sosial, dll.
Masyarakat menjadi lebih sulit untuk dihasut atau dimanipulasi, meski tetap saja itu bisa dilakukan. Sehingga jika Rocky menulis "Mein Kampf" di dalam penjara nanti, mungkin saja orang akan cekikikan, karena merasa geli.
M. Jojo Rahardjo
Sejak 2015 menulis ratusan artikel & video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H