Sejak lama akses Internet sudah menjadi kebutuhan dasar masyarakat yang harus dipenuhi oleh pemerintah manapun, jika tidak ingin tertinggal secara ekonomi. Namun kita semua terkejut saat banyak kalangan bertanya kepada Tifatul Sembiring beberapa tahun lalu mengapa Internet di Indonesia lambat? Tifatul malah balik bertanya: "Internet cepat untuk apa?"
Setelah periode SBY (yang mengangkat Tifatul menjadi menkominfo), tentu kualitas akses Internet di Indonesia sudah mengalami perubahan yang signifikan. Sehingga Indonesia mesti segera beralih ke persoalan baru yang muncul kemudian beberapa tahun belakangan ini, yaitu dampak negatif dari terbitnya berbagai platform medsos.
Sebagaimana semua teknologi, medsos memiliki benefit dan sekaligus dampak negatif. Namun dampak negatifnya terlalu serius, misalnya medsos sudah masuk ke dalam daftar global issues, sebagaimana juga Artificial Intelligence, mental health, nuclear war, global warming, climate change, dll.
Mengapa medsos masuk ke dalam global issues? Jawaban termudahnya mungkin bisa digali dari apa yang disampaikan Frances Haugen saat memberikan keterangan di US Congress, 5 Oktober 2021. Frances Haugen adalah product manager yang keluar dari Facebook, karena terdorong untuk menjadi whistleblower agar Facebook menghentikan fokusnya pada benefit semata sambil mengabaikan semua dampak negatif Facebook pada penggunanya. Lebih lengkap mengenai itu bisa dibaca di sini: (klik di sini). Mengenai itu saya sudah bahas di artikel saya sebelumnya: (klik di sini).
Selain Frances Haugen, Tristan Harris (mantan Google tech design ethicist) dan Sam Altman (CEO dari OpenAI) juga memberikan keterangan resmi kepada US Congress seputar ancaman medsos dan AI pada berbagai aspek kehidupan.
Apa saja dampak negatif dari medsos?
1. Mengakselerasi (3 kali lebih cepat) misinformation & disinformation, hoax, kabar bohong, fitnah, black campaign, hate speech, conspiracy theory, dll.
2. Menurunnya kesehatan mental pengguna medsos yang menular kepada masyarakat umum.
3. Mendorong polarisasi yang semakin jauh, atau kubu-kubuan yang semakin jauh, atau fanatisme yang menggila dalam politik yang bisa menjurus pada konflik kekerasan atau bahkan perang saudara.
4. Tiga poin di atas tentu saja mempengaruhi kualitas dari praktek demokrasi yang Frances Haugen menyebutnya: medsos membahayakan demokrasi.
5. Security & privacy concern, sejak AI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari medsos yang digunakan oleh hampir dari 5 miliar dari populasi dunia ini yang berjumlah 8 miliar.
Dampak negatif dari medsos ini terlalu besar untuk ditanggung oleh Kemenkominfo, apalagi Menkominfonya bukan dari kalangan profesional, tetapi dari kalangan politisi. Beban besar dari perkembangan pesat medsos yang AI-powered ini tentu harus dibagi dengan kementerian lain, seperti Kemenkumham, karena persoalan perkembangan medsos telah dipercepat oleh berkembangnya AI yang dianggap para ahli terlalu cepat.
Sam Altman, CEO dari OpenAI, perusahaan yang mengembangkan AI malah memohon kepada pemerintahnya, yaitu Amerika agar dibuatkan aturan kepada mereka yang sedang mengembangkan AI. Sam kuatir jika tanpa aturan, maka mereka akan menghasilkan AI yang membahayakan negara dan kemanusiaan.
Apakah Menkominfo yang baru sekarang ini telah mengidentifikasi persoalan baru ini? Nampaknya belum. Itu tergambar dari jawaban yang diberikan Budi Arie untuk menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan media. Budi Arie sebelumnya mengaku telah rapat mendalam dengan jajaran kemenkominfo sebelum diwawancarai oleh media. Namun apa yang disampaikan oleh Budi Arie berkutat pada pesan Jokowi agar menuntaskan persoalan BTS yang digarong oleh menkominfo sebelumnya. Budi juga menambahkan beberapa targetnya yang nampaknya bukan persoalan besar.
Sejak lama saya mengukur politisi atau pejabat pemerintah dengan kontribusinya pada global issues. Bukan pada local politics. Semakin ia memiliki jawaban atau solusi atas global issues, maka semakin ia mampu menjawab persoalan lokal. Bukan dibalik.
Penutup
Silakan renungkan kembali 5 dampak negatif yang dilemparkan medsos (yang AI-powered) di atas kepada negeri ini. Semoga terlihat ancamannya untuk NKRI.
Sayangnya pula, kemendikbud selama ini tidak terlihat mencoba mengangkat medsos dan AI sebagai persoalan pendidikan & kebudayaan. Tidak terlihat adanya upaya untuk menjadikan medsos sebagai diskursus yang penting di Indonesia.
Entah siapa yang harus mendorong semua agar mulai menyoroti persoalan medsos & AI sebagai sebuah potensi ancaman bagi NKRI? Atau mungkin penulis artikel ini yang mungkin hanya seorang gila yang berteriak-teriak sendirian?
M. Jojo Rahardjo
Menulis ratusan artikel & video sejak 2015 seputar perkembangan neuroscience di dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H