Perkiraan Yuval Noah Harari (sejarawan dan filsuf) tahun 2050 AI bakal mencapai puncak perkembangannya, meski nampaknya perkiraan itu tidak terlalu tepat. Pengamat perkembangan AI malah memprediksi AI bisa lebih cepat berkembang.
Sebelum useless class benar-benar tak terhindarkan lagi (di puncak perkembangan AI), hanya manusia yang berkemampuan beradaptasi yang tinggi yang tidak segera terjerumus masuk ke dalam useless class.
Harari bilang: Intelligence adalah kemampuan beradaptasi pada situasi baru, terutama pada situasi yang buruk. Namun tidak semua orang bisa memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi.
Jika robot (mesin produksi) mulai massive menggantikan manusia, maka itu tanda datangnya era otak manusia sudah dikalahkan oleh AI. Itu tanda datangnya era singularity. Di era itu manusia mulai berhenti menciptakan teknologi baru dan mengembangkan sains. Semua diambil alih oleh Super AI yang God-like.
Apakah itu artinya ummat manusia punah atau bisa dipunahkan?
Di era AI, pertanyaan seperti itu menjadi amat tidak relevan. Ummat manusia dalam bentuk daging, tulang, darah, dan syaraf hanya bermetamorfosa ke bentuk digital saja (menjadi Super AI yang disebut di atas tadi).
Nah, silakan Anda membayangkan jika pilpres dimenangkan oleh Sontoloyo. Indonesia bakal dijadikan apa? Namun jika pilpres dimenangkan oleh GP (misalnya), lalu apakah pemerintah yang berkuasa nanti mampu beradaptasi terhadap perkembangan AI yang terlalu pesat?
Yuk kita tanya AI, karena gak mungkin banget jika kita bertanya pada politisi yang terlalu sibuk dengan local politics.
M. Jojo Rahardjo
Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.