Setelah sebelumnya berbagai pesantren di berbagai tempat di Indonesia diramaikan oleh kasus kejahatan seksual, lalu dalam beberapa hari belakangan ini pesantren Al-Zaytun di desa Mekarjaya, Indramayu ikut meramaikan media. Al-Zaytun dituduh menebarkan beberapa ajaran sesat, termasuk juga perbuatan zinah yang konon di Al-Zaytun bisa ditebus.
Banyak orang, terutama agamawan telah sejak lama meminta Al-Zaytun agar berhenti membuat kontroversi di masyarakat. Tutuntan ini ditujukan kepada pucuk pimpinan Al-Zaytun, yaitu Panji Gumilang. Siapa Panji Gumilang ini, tentu bisa dengan mudah dibaca di berbagai media.
Mengapa Al-Zaytun di bawah pimpinan Panji Gumilang disebut berbeda dengan mainstream? Apakah Al-Zaytun sebuah sekte?
Dalam bahasa Inggris sekte juga disebut cult. Jika kita cari ciri utama dari sebuah cult atau sect, maka akan kita dapatkan beberapa ciri utamanya, yaitu:
1. Tertutup atau menutup diri dari orang/pihak luar. Artinya ia tidak membuka ruang dialog atau diskusi dengan orang luar mengenai apa yang mereka yakini.
2. Mengembangkan & mempraktikan nilai atau norma atau ajaran yang berbeda dari mainstream, bahkan termasuk juga bertentangan dengan aturan/hukum yang berlaku.
3. Pemimpinnya dianggap karismatik atau hebat atau suci atau mengetahui segala-galanya.
4. Pengikutnya dituntut untuk patuh secara buta hanya pada pucuk pimpinannya, atau orang yang ditunjuk oleh pucuk pimpinannya, bukan yang lain.
5. Mereka mengembangkan sikap diskriminatif pada orang di luar mereka, misalnya menyebut orang di luar mereka dengan sebutan kafir. Pada beberapa kasus, kelompok seperti ini juga melakukan kekerasan pada orang lain.
6. Sebuah sekte bisa disamakan dengan ideologi fasis, namun sekte lebih tertutup secara ekstrim.
Tentu saja beberapa ciri utama ini disebut debatable. Namun kebanyakan ahli menyebut ciri yang harus ada adalah ketertutupannya, karena ketertutupan bisa membahayakan masyarakat. Anggota dari sebuah sekte bisa dimanipulasi dengan mudah untuk kepentingan pucuk pimpinannya. Mereka dimanipulasi untuk dieksploitasi uangnya, hartanya, juga termasuk kehidupan pribadinya.
Salah satu sekte di Indonesia yang sudah "hancur" adalah sekte Lia Eden. Tentu masih ada lagi beberapa sekte lainnya, namun sekte Lia Eden yang paling populer, karena sering membuat berita. Sedangkan di seluruh dunia ada banyak sekte yang telah menewaskan ratusan pengikutnya dan juga orang di luar kelompoknya.
Beberapa sekte yang terkenal di dunia adalah Children of God, Aum Shinrikyo, Rajneeshpuram (Osho), Heaven's Gate, The Peoples Temple (Jonestown), dan lain-lain. Sebagian dari sekte ini meneruskan kegiatannya, karena ajaran pemimpinnya tetap hidup dan disebarkan. Sekte "sesat" berkembang bukan hanya di negeri berkembang atau miskin, namun juga pesat berkembang di negeri maju seperti Amerika (baca di sini profile beberapa sekte yang terkenal di dunia).
Â
Pengikut sebuah sekte biasanya tidak mampu menyadari dirinya telah menjadi korban dari pucuk pimpinannya. Jika tidak bisa menyadari, maka mereka tidak memberitahukan kepada masyarakat, dan tentu tidak meminta bantuan. Bahkan pengikutnya akan terus setia dan membela pucuk pimpinannya jika pucuk pimpinannya "diserang" masyarakat atau pihak yang berwenang.
Sekte Aum Shinrikyo di Jepang mencoba melakukan serangan gas sarin yang mematikan di sebuah stasiun kereta bawah tanah di tahun 1995 dan ratusan orang menjadi korban keracunan. Sekte ini hingga sekarang masih terus ada, karena tidak pernah dilarang oleh pemerintah Jepang. Shoko Asahara, pemimpin sekte itu baru dihukum gantung pada tahun 2018 lalu.
Di beberapa kasus, sebuah sekte bisa meminta pengikutnya untuk membelanya dengan cara gila-gilaan, termasuk mengorbankan dirinya. Jadi kelompok seperti Al-Zaytun ini tidak bisa dianggap enteng, terutama karena pimpinannya bisa meminta pengikutnya untuk melakukan sesuatu yang berbahaya. Itu bisa terjadi jika pimpinannya merasa terdesak dan melihat kejatuhan di depan matanya.
Apa analisa yang akurat dan mendalam untuk profile para pemimpin sekte ini? Apakah mereka memiliki kelainan jiwa atau personality disorder? Tunggu di artikel berikutnya.
M. Jojo Rahardjo
Menulis ratusan artikel & video seputar neuroscience sejak 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H