Anda mungkin tidak asing dengan sebuah feature yang sudah ada sejak lama: predictive text yang ada di HP atau komputer saat Anda mengetik satu atau beberapa huruf. Komputer atau HP akan segera menawarkan huruf selanjutnya yang akan membentuk sebuah kata.
Feature itu lalu berkembang menjadi menawarkan satu kata lainnya setelah sebuah kata yang kita ketikkan. Tentu saja kata-kata selanjutnya mengarah pada pembentukan sebuah kalimat. Feature ini adalah cikal-bakal dari Large Language Models, yaitu sebuah computer program (LLMs are computer programs that use artificial intelligence to generate human-like text by predicting the next word or phrase based on the context of the input).
Itu yang dilakukan oleh GPT (Generative Pre-trained Transformer). Generative artinya mampu memproduksi, sedangkan Pre-trained artinya sudah ditraining sebelumnya dengan menggunakan data yang sangat besar, dan Transformer artinya mesin.
GPT ini yang kemudian menghasilkan beberapa tools, seperti ChatGPT (chatbot), DALL-E untuk memproduksi gambar, dan lain-lain.
Kemampuan memprediksi kata selanjutnya inilah yang membuat dunia gempar, seperti yang dilakukan oleh ChatGPT dalam beberapa bulan terakhir ini. Kemudian beberapa perusahaan pengembang AI lainnya ikut meluncurkan beberapa AI Tools-nya. Dan dunia pun tambah gempar.
Feature itu dimungkinkan berkat pengembangan Large Language Models (LLMs) sejak tahun 2017 lalu. LLMs ini berakar di beberapa riset seputar natural language processing, deep learning, machine learning, dll., yang telah menghasilkan AI dalam beberapa tahun terakhir ini.
LLMs ini tentu bergantung pada data yang sangat besar yang telah disediakan atau di-input oleh pengembang AI tools ini, seperti pada ChatGPT dan chatbot lainnya. Data yang sangat besar ini tentu berasal dari apa yang sudah dihasilkan oleh manusia sepanjang peradabannya.
Menurut pembuat ChatGPT dan yang sejenisnya, mereka mengira hanya membuat tools yang hanya akan memproduksi apa yang telah atau pernah dibuat oleh manusia (hanya mengulang apa yang telah pernah dibuat oleh manusia). Namun beberapa orang yang terlibat dalam pembuatan ChatGPT mengatakan ChatGPT ternyata juga memproduksi text (kalimat) yang nampaknya baru. Itu artinya ChatGPT telah memproduksi pikiran baru yang mungkin tidak ada sebelumnya. Artikel ini menggunakan kata 'pikiran' untuk mengganti kata 'pemikiran', karena kata 'pemikiran' memiliki konotasi adanya tingkat kerumitan yang lebih tinggi.
Kehebohan ini menjadi pembahasan yang seru oleh para ahli di dunia. Beberapa yang bekerja untuk pengembangan AI, seperti di Google mengundurkan diri untuk memberi peringatan pada dunia, tentang "ancaman" dari AI yang berkembang terlalu cepat ini. Ada ahli yang menyebut AI telah menjadi new sentient being, new species, atau bahkan alien.
Microsoft sendiri menyebutkan adanya tanda bahwa AI berkembang terlalu cepat melebihi apa yang sudah diprediksi oleh para ahli sebelumnya. Microsoft menerbitkan laporan dari risetnya berjudul "Sparks of Artificial General Intelligence" untuk menunjukkan bahwa AI yang ada sekarang memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya sendiri (bisa dibaca di sini).
Evolusi Pikiran Manusia dan Peran AI
Sebelumnya, yaitu di masa lalu, pikiran baru (dari sebuah pemecahan masalah) mengikuti pola tertentu: satu individu atau lebih berpikir keras untuk menciptakan solusi inovatif untuk tantangan yang ada. Hasilnya adalah sebuah pikiran baru yang tidak sepenuhnya unik, karena di suatu tempat, pada waktu yang sama atau waktu yang berbeda bisa muncul pikiran baru yang sama. Mesti Anda ingat, bahwa ada sekitar 8 miliar orang yang saat ini menghuni Bumi dan sekitar 100 miliar orang yang telah hidup sebelumnya, bisa menghasilkan pikiran baru yang mungkin sama.
Namun, sekarang cara pembentukan pikiran baru mengalami pergeseran yang amat dramatis. Manusia sekarang memiliki pilihan baru, karena manusia dapat memanfaatkan bantuan dari LLMs untuk menjelajahi koleksi data dari peradaban manusia yang sangat besar untuk mencari informasi relevan dan lalu melakukan sintesa yang bisa menjadi pikiran baru yang lebih komprehensif.
LLMs tentu akan merevolusi cara manusia menghasilkan pikiran baru atau ide baru atau melakukan pemecahan masalah. Tidak itu saja, LLMs mereduksi durasi dalam menciptakan pikiran baru.
Pada akhirnya arah evolusi pikiran manusia akan ditentukan oleh LLMs. Ada banyak bidang yang dijangkau oleh pikiran baru, seperti cara kita berdemokrasi, pengembangan science atau teknologi, hingga cara kita melakukan perjalanan antar planet.
Yang juga sudah terbukti adalah bagaimana LLMs mampu mensimulasikan apa yang bisa terjadi di laboratorium biotechnology. LLMs mampu memangkas waktu yang dibutuhkan untuk memprediksi sebuah rekayasa genetika. Sehingga LLMs memangkas waktu manusia untuk melompat maju puluhan tahun ke depan hanya dalam hitungan bulan saja.
Delapan miliar otak manusia tidak saling terhubung di waktu yang sama. Itu berbeda dengan semua LLMs yang bisa saling terhubung satu sama lain. Hasilnya adalah kecepatan yang luar biasa dalam memproduksi pikiran baru. Untuk satu pemecahan masalah, LLMs bisa menghasilkan beberapa pikiran baru. Lalu beberapa pikiran baru ini bisa digabungkan menjadi beberapa pikiran baru selanjutnya, begitu seterusnya tanpa berhenti dalam menghasilkan pikiran baru.
Lalu muncul pertanyaan besar: Lalu apa yang dikerjakan oleh otak manusia, jika semua diambil alih oleh LLMs? Jawabannya tentu mudah, karena bisa ditanyakan pada LLMs. Tentu saja itu ironi, karena itu bisa berarti akhir dari evolusi pikiran manusia. Atau justru inilah evolusi pikiran manusia, yaitu tidak lagi diproduksi oleh otak yang organic, namun oleh sesuatu yang inorganic.
Namun sebelum evolusi itu benar-benar terjadi nanti, kita boleh (masih memiliki kesempatan) mengajukan pertanyaan ini: Apakah pikiran baru yang diproduksi oleh LLMs akan sejalan dengan prinsip kemanusiaan yang sudah dibangun setidaknya 50 ribu tahun belakangan ini? Atau sudah saatnya untuk mengubah prinsip kemanusiaan itu?
M. Jojo Rahardjo
Menulis ratusan artikel & video seputar neuroscience sejak 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H