Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Salah Paham tentang Dalai Lama

12 April 2023   22:43 Diperbarui: 13 April 2023   09:37 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah beberapa hari ini media, apalagi medsos diramaikan dengan kutukan netizen kepada Dalai Lama, pemimpin spiritual dan sekaligus pemimpin negeri Tibet sejak 1940.

Suck my tongue, kata Dalai Lama sambil menjulurkan lidahnya pada seorang anak lelaki berumur 7 tahun di hadapan banyak kamera yang menyala dan juga di depan banyak orang, termasuk kedua orangtuanya. Lalu dunia pun gonjang-ganjing.

Dalai Lama nampak dalam video yang beredar, mempersilakan seorang anak untuk memeluknya, setelah anak itu meminta izin pada Dalai Lama. Lalu mereka berpelukan, lalu Dalai Lama menunjuk ke pipinya dengan maksud minta dicium pipinya oleh anak itu. Setelah itu Dalai Lama menunjuk bibirnya, yaitu minta dicium bibirnya. Lalu bibir anak itu menyentuh bibir Dalai Lama sekejab saja. Kemudian Dalai Lama menjulurkan lidahnya dan berkata suck my tongue!

Ini beberapa reaksi netizen di medsos yang dengan enteng dan gencar mengutuk Dalai Lama selama berhari-hari terakhir ini:

1. Ternyata pemimpin spiritual ini punya minat seksual pada anak kecil?
2. Pedofilia.
3. Itu sexual harassment, lebih gila lagi itu kepada anak kecil.
4. Sangat tidak pantas jika itu hanya bercanda.
5. Meditasi rutinnya ternyata kebohongan, karena otaknya ternyata rusak.
6. Ia ternyata tak ada bedanya dengan para spiritual leader lainnya, yaitu memiliki kontroversi atau memiliki sisi kelam.

==0==

Dalai Lama beberapa tahun terakhir ini menjadi salah satu dari berbagai obyek riset saya di seputar neuroscience. Beberapa documentary dan buku tentang Dalai Lama telah saya pelajari.

Setidaknya ada 2 hal yang mengingatkan saya jika nama Dalai Lama disebut:

1. Do not believe in anything simply because you have heard it. Do not believe in anything simply because it is spoken and rumored by many. Do not believe in anything simply because it is found written in your religious books. Do not believe in anything merely on the authority of your teachers and elders. Do not believe in traditions because they have been handed down for many generations. But after observation and analysis, when you find that anything agrees with reason and is conducive to the good and benefit of one and all, then accept it and live up to it (Dalai Lama).
2. Richard Davidson, seorang neuroscientist dari University of Wisconsin-Madison mendapat support yang besar dari Dalai Lama untuk risetnya selama bertahun-tahun seputar pengaruh meditasi pada otak. Davidson salah satu neuroscientist yang pertama menemukan dampak positif meditasi pada otak dan fungsinya.

Salah satu hasil riset pada meditasi, menunjukkan otak mereka yang rutin bermeditasi, apalagi sejak kecil, akan terjaga dari proses kerusakan. Otak mereka tidak mengalami penyusutan fisik maupun penurunan fungsinya, padahal otak orang normal akan mengalami penurunan sejak berusia 25 tahun dan penurunan itu semakin cepat di usia di atas 50 tahun. Dimentia dan Alzheimer adalah gejala yang menonjol dari penurunan fungsi otak itu.

Apakah otak Dalai Lama mengalami penurunan fungsinya di usianya yang 87 tahun? Padahal Dalai Lama rutin melakukan meditasi, bahkan sejak kecil.

Apa yang terjadi sebenarnya saat Dalai Lama berkata suck my tongue pada anak kecil itu?

Jika Anda sedikit saja mempelajari tradisi Tibet, maka akan terlihat mencium pipi dan mencium bibir biasa dilakukan. Ada banyak foto Dalai Lama sedang mencium banyak orang, anak-anak, lelaki, dan perempuan, serta para tokoh dunia sekalipun.

Menjulurkan lidah juga cara orang Tibet memberi salam. Namun pengecam Dalai Lama bertanya: mengapa Dalai Lama meminta suck my tongue? Apakah dia sudah gila, karena ada banyak kamera merekamnya.

Ternyata jika kita berhati-hati mempelajari berbagai video yang beredar, ada banyak video yang menunjukkan seolah terjadi penghisapan lidah itu. Dahi Dalai Lama memang saling bersentuhan dengan dahi anak itu dan hanya sekejab saja. Namun dari sudut kamera yang tertentu, adegan itu bisa disangka terjadi penghisapan lidah.

Lalu saya mencari dengan hati-hati dari berbagai sumber tentang mengapa Dalai Lama mengatakan suck my tongue pada anak itu.

Satu penjelasan yang masuk akal diwakili oleh seorang aktivis asal Tibet yang tinggal di Minnesota, Amerika, bernama Jigme Ugen.

Seharusnya Dalai Lama berkata begini: bite my tongue, atau grab my tongue, atau you can have my tongue, it's all yours. Namun Dalai Lama memiliki keterbatasan dalam bahasa Inggris. Padahal yang ia maksud memiliki makna yang mendalam, yaitu my life is yours, namun ia mengatakannya dengan cara bercanda.

Sayangnya itu ditafsirkan oleh mereka yang tidak memahami Buddhism dan tradisi Tibet sebagai sexual harassment. Menjulurkan lidah adalah tradisi Tibet, sedangkan penjelasan suck my tongue ada di Buddhism.

Nyaris semua yang mengenal Buddhism dan tradisi Tibet berkata begini: I felt only love and affection shown to the boy.

Medsos memang tempat yang mengerikan, karena disinformation dan misinformation bisa sangat liar beredar dan ditelan mentah-mentah oleh para netizen.

M. Jojo Rahardjo
Menulis ratusan artikel & video seputar neuroscience.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun