Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Artikel Utama

Potensi Positif dari ChatGPT dan AI yang Masih Embrio

27 Februari 2023   16:28 Diperbarui: 28 Agustus 2023   10:45 1482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setidaknya sudah 3 artikel yang saya tulis seputar ChatGPT, yaitu sejak Februari 2022. Tulisan pertama mengenai AI secara umum dan perubahan apa yang bakal terjadi pada peradaban manusia. 

Tulisan kedua mengenai kehebohan ChatGPT di seluruh dunia dan sejarah singkatnya yang dikaitkan dengan GPT (Generative Pre-Trained Transformer). Lalu tulisan ketiga mengenai apakah kekuatiran pada ChatGPT memiliki alasan yang bagus?

(Baca di sini untuk membaca ketiga artikel itu: artikel pertama, artikel kedua, artikel ketiga)

Artikel ini saya mulai dengan melampirkan screenshot di bawah ini yang hanya menampilkan bagian akhir dari interaksi saya dengan ChatGPT beberapa waktu lalu.

Gambar: M. Jojo Rahardjo
Gambar: M. Jojo Rahardjo
Gambar di atas menampilkan bagian akhir dari interaksi saya dengan ChatGPT. Di interaksi itu saya menegaskan kepada ChatGPT, bahwa ChatGPT telah salah menyebut bahwa gempa bumi Aceh di tahun 2004 disebabkan oleh Sunda Megathrust. ChatGPT lalu mengakui, bahwa ia telah salah dalam hal itu.

Itu adalah salah satu contoh kesalahan yang bisa dibuat oleh ChatGPT. Ada banyak kesalahan lain dari ChatGPT yang screenshot-nya wara-wiri di Internet atau medsos.

Meski demikian ChatGPT disebut mampu menjawab pertanyaan di ujian kedokteran dengan nilai memuaskan. Begitu juga di ujian lain, seperti ujian pengacara, analis keuangan, dan lain-lain. Daftarnya bisa dilihat di sini: (klik di sini).

Mengapa ChatGPT bisa salah menjawab pertanyaan tentang Gempa Aceh tahun 2004? Padahal seharusnya ChatGPT memiliki cukup banyak data mengenai itu, karena Gempa Aceh cukup ramai menjadi berita dunia. Dampak gempa itu cukup jauh mencapai negara-negara lain dan di benua lain. Angka korbannya pun fantastis.

Jawabannya akan muncul jika Anda mengenal apa itu ChatGPT menurut pembuatnya sendiri, yaitu OpenAI, sebuah organisasi yang awalnya nirlaba yang fokus mengembangkan Artificial Intelligence (AI) sejak lama (baca artikel mengenai itu di sini).

Gambar: Komunitas Membangun Positivity
Gambar: Komunitas Membangun Positivity

ChatGPT dibuat dengan basis AI. Meski demikian ChatGPT belum AGI (Artificial General Intelligence), tapi masih Narrow AI (untuk kegunaan yang sangat spesifik). ChatGPT adalah AI Language Model yang sebenarnya belum bisa berpikir seperti manusia, namun seolah bisa berpikir. 

ChatGPT hanya menebak kata berikutnya setelah satu kata diberikan kepada ChatGPT berdasarkan sejumlah data yang sangat besar yang sudah di-input kepadanya sebelumnya. Itu sebabnya nama GPT disandang oleh ChatGPT, yaitu Generated Pre-Trained Transformer (GPT).

ChatGPT karena beberapa alasan tertentu, dibuat tidak bisa mengakses langsung Internet, sehingga ChatGPT tidak bisa memperbaharui sendiri data yang sudah dimilikinya. Data yang dimiliki ChatGPT terbatas hingga tahun 2021 saja.

Jadi tidak usah mengajak berdebat ChatGPT ya, sebagaimana screenshot yang terlihat sering beredar di berbagai medsos. Bahkan ada yang mengajak ChatGPT berdebat soal agama. Tentu saja itu terlihat menyedihkan.

Perlakukan ChatGPT seperti memperlakukan Google sebagai search engine, meski ChatGPT tidak akan memberikan link seperti Google, kecuali Anda memintanya secara khusus, seperti terlihat dalam gambar di bawah ini. Dan ingat, links yang diberikan oleh ChatGPT terbatas hingga tahun 2021 saja.

Gambar: M. Jojo Rahardjo
Gambar: M. Jojo Rahardjo
Tentu saja ChatGPT memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh Google. Anda bisa mendapatkan inspirasi (sebagai misal) dengan meminta ChatGPT menulis untuk Anda 3 paragraf tentang Neuralink, sebuah produk yang katanya sebuah interface antara otak dan komputer yang sedang dikembangkan oleh Elon Musk. 

Kali ini saya meminta ChatGPT menggunakan bahasa Indonesia untuk menulis jawabannya sebagai terlihat dalam gambar di bawah ini.

Gambar: M. Jojo Rahardjo
Gambar: M. Jojo Rahardjo
Dari 3 paragraf yang diberikan oleh ChatGPT itu saya mendapatkan inspirasi dari mana saya harus menggali informasi yang lebih dalam. Misalnya meminta links seputar Neuralink agar saya bisa membaca lebih banyak seputar informasi itu. 

Hasil dari membaca atau riset kecil itu yang akan saya gunakan untuk menulis artikel seperti artikel yang sedang Anda baca ini.

Sebelum menggunakan ChatGPT, saya juga sudah memanfaatkan AI untuk menulis artikel. Sebelumnya saya menggunakan CopyAI yang bisa membantu saya dalam menulis artikel seperti saya memanfaatkan ChatGPT.

Jadi intinya adalah manfaatkan ChatGPT untuk memperdalam pengetahuan atau skill Anda di bidang-bidang tertentu. Misalnya seperti yang sering saya lakukan: mencari kuliah penting dari berbagai pakar atau profesor dari berbagai universitas ternama di dunia.

Jika Anda mengamati ratusan artikel yang sudah saya tulis sejak tahun 2015, Anda bisa melihat semua artikel tentang neuroscience ditulis berdasarkan riset yang cukup mendalam dengan memanfaatkan Google sebagai search engine.

Silakan mencari apakah ada orang lain yang menulis ratusan artikel tentang neuroscience di Indonesia? Itu semua berkat Google, dan sekarang sudah ada ChatGPT yang pasti melengkapi cara saya dalam mendalami topik tertentu.

Penutup

Perkembangan AI sekarang ini sebenarnya masih embrio banget, karena pengembangan computing power masih "megap-megap", meski dilakukan oleh beberapa perusahaan raksasa. AI tentu saja butuh computing power yang "maha dahsyat".

Ada 1 lagi yang menarik dari ChatGPT ini, yaitu AI disebut telah menjadi salah satu global issues di urutan atas. Topik AI dan humanity adalah topik yang seru di kalangan pemikir dunia. Ada yang bilang AI mengancam humanity, ada yang bilang tidak.

Apakah ChatGPT bisa bikin orang menjadi lebih pintar? Jawabannya: Ya, karena apa yang sudah saya jelaskan di atas. Dan sudah pasti saya tidak sendiri sebagai orang yang bisa memanfaatkan ChatGPT secara maksimal.

Jadi Anda yang bergerak di bidang pendidikan atau SDM tak perlu khawatir dicurangi oleh anak didik atau calon karyawan, karena mudah sekali untuk membandingkan tulisan (yang dibuat dengan AI) dengan isi kepalanya saat interview langsung. Dan tentu saja AI memiliki dampak atau potensi merugikan. 

Namun sebagaimana semua teknologi yang muncul, selalu seperti pisau bermata dua. Pilihlah mata pisau yang memberi nilai positif bagi peradaban manusia. Lihat artikel seputar ancaman ChatGPT atau AI (klik di sini).

Teknologi juga tak bisa membuat pintar semua orang. Contohnya media sosial, hanya sedikit yang mampu memanfaatkannya dengan baik. Sebagian besar pengguna medsos adalah pecandu medsos yang dikendalikan oleh algoritma yang dipasang seperti jerat oleh pengelola medsos. Begitu juga dengan Google. Berapa banyak orang yang menjadi pintar karena munculnya mesin pencari Google? Tentu sedikit saja.

Jadi demam ChatGPT & AI akan seperti demam medsos saja. Tentu akan ada segelintir orang tertentu yang mendapat benefit yang besar dari pengembangannya. Selebihnya hanya terkena demamnya saja, atau terkena FOMO (Fear of Missing Out).

M. Jojo Rahardjo
Sejak 2015 menulis ratusan artikel & video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun