ChatGPT bisa dicoba dan masih gratis? Tapi tunggu dulu, apa itu ChatGPT?
Tentu sudah banyak yang membahas ChatGPT melalui artikel atau video. Salah satunya adalah artikel yang saya tulis setahun lalu. Di artikel itu ada sedikit sejarah yang melatarbelakangi munculnya ChatGPT, yaitu kelahiran AI dan selanjutnya GPT-3, lalu kemudian ChatGPT.Â
Bahasan soal GPT-3 tentu cukup penting, supaya gak tersesat, gak salah ngomong, gak salah menetapkan sasaran atau goals saat terbawa arus atau terkena demam ChatGPT. Klik di sini untuk membaca artikel tentang OpenAI, dan GPT-3
ChatGPT adalah semacam aplikasi yang tersedia di link ini: OpenAI.com, lalu klik tombol Chat. ChatGPT baru diluncurkan akhir November lalu.Â
Hingga saat ini ChatGPT masih gratis, namun sebentar lagi akan berbayar. ChatGPT boleh dibilang kelanjutan dari Google search engine, karena apapun yang Anda tanyakan akan dijawab oleh Google dengan memberikan link. (Jangan lupa Google juga sedang mengembangkan chatbot-nya sendiri: LaMDA).Â
Namun ChatGPT tidak memberikan link (seperti Google), tapi memberikan jawaban seolah dari seorang ahli di bidang yang Anda tanyakan. Ini membuat Anda seperti memiliki assistant atau consultant yang hebat.Â
Meski demikian Anda tetap harus waspada, karena jawaban dari ChatGPT tentu bisa "salah", karena ChatGPT adalah sebuah mesin yang "dilatih" yang artinya diberi masukan berupa data (yang sangat besar), sehingga kesalahan tetap saja dapat dibuat oleh mesin ini (sebagaimana human assistant atau consultant bisa bikin salah).
Ada yang menarik dari demam ChatGPT ini. Ternyata Microsoft berada di balik upaya pengembangan ChatGPT di OpenAI (organisasi yang mengembangkan AI). Butuh 1 artikel lagi untuk menjelaskan soal yang menarik ini.Â
Anehnya Elon Musk pernah ada di OpenAI ini namun di 2018 ia keluar dari OpenAI. Padahal beberapa perusahaannya sangat membutuhkan AI untuk berkembang, seperti Tesla, Neuralink, SpaceX, termasuk Twitter. Tanpa memanfaatkan AI, maka setiap perusahaan akan sulit menjadi kompetitif.
Microsoft sejak 2019 sudah menggelontorkan setidaknya belasan miliar dolar hingga "lahir" ChatGPT ini. Dipakai apa aja uang sebanyak itu? Ya untuk mengembangkan computing power lah.Â
AI yang sekarang ada itu sebenarnya masih embrio banget, karena pengembangan computing power masih "megap-megap", meski dilakukan oleh beberapa perusahaan raksasa. AI tentu saja butuh computing power yang "maha dahsyat".
Ada 1 lagi yang menarik dari ChatGPT ini, yaitu AI telah menjadi salah satu global issues di urutan atas. Topik AI dan humanity adalah topik yang seru di kalangan pemikir dunia. Ada yang bilang AI mengancam humanity, ada yang bilang tidak.
Apakah ChatGPT bisa bikin orang menjadi lebih pintar? Pasti ada yang bisa memanfaatkan ChatGPT secara maksimal. Ingat ChatGPT adalah sebuah aplikasi yang lahir karena berkembangnya AI.Â
Ada beberapa aplikasi lain yang mirip dengan ChatGPT, seperti misalnya Copy.ai. Karena gratis, maka saya cukup sering memanfaatkan Copy.ai untuk menulis artikel.Â
Namun artikel yang sudah dibuat oleh Copy.ai tetap saja mesti saya edit agar sesuai dengan tujuan saya menulis artikel itu. Agar saya bisa mengedit dengan baik, saya tetap melakukan riset juga yang kadang melakukan riset yang mendalam. Jika tidak, maka saya tidak paham dengan apa yang ditulis oleh Copy.ai untuk saya.
Jadi Anda yang bergerak di bidang pendidikan atau SDM tak perlu kuatir dicurangi oleh anak didik atau calon karyawan, karena mudah sekali untuk membandingkan tulisan (yang dibuat dengan AI) dengan isi kepalanya saat interview langsung.
Teknologi tak bisa membuat pintar semua orang. Contohnya media sosial, hanya sedikit yang mampu memanfaatkannya dengan baik. Sebagian besar pengguna medsos adalah pecandu medsos yang dikendalikan oleh algoritma yang dibuat oleh pengelola medsos. Begitu juga dengan Google. Berapa banyak orang yang menjadi pintar karena munculnya mesin pencari Google. Tentu sedikit sekali. Saya di antara yang sedikit itu, karena saya bisa menemukan ribuan ebooks gratis yang sangat penting, sehingga saya bisa menulis ratusan artikel & video seputar neuroscience sejak tahun 2015 lalu. Adakah yang lain seperti saya? Mungkin ada, namun saya belum menemukannya.
Jadi demam ChatGPT ini akan seperti demam medsos saja. Tentu akan ada segelintir orang tertentu yang mendapat benefit yang besar dari pengembangan AI, khususnya ChatGPT. Selebihnya hanya terkena demamnya saja, atau terkena FOMO.
M. Jojo Rahardjo
Menulis ratusan artikel & video seputar neuroscience sejak 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H